Chapter 25
Kak Zaskia


Umi Laras

Tubuh Aurel ambruk dengan posisi menungging, Aurel memalingkan wajahnya ketika Azril menatapnya tak percaya. Sementara Dedi cs tertawa terbahak-bahak, mereka sangat puas mempermainkan kedua anak manusia yang tak berdaya itu dalam menghadapi takdirnya.
Dedi yang belum puas berlutut di belakang Aurel, sembari tersenyum kearah Azril ia membelai pantat Aurel.
"Sorry bro." Ledek Dedi.
Pemuda itu menuntun kembali kontolnya untuk memasuki lobang peranakan Aurel. Tubuh indah Aurel kembali menegang, gadis cantik itu mendekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara erangan dari bibir manisnya.
Kedua tangan Azril mengepal, mencengkram tanah yang ada di dalam genggamannya. Hatinya hancur, remuk tak terkira melihat wanita pujian hatinya luluh lantak di buat Dedi.
Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss....
Plaaaaak... Plaaaaak... Plaaak...
Suara benturan selangkangan mereka di padu dengan suara tamparan telapak tangan Dedi di pantat Aurel, menjadi saksi betapa panasnya persetubuhan mereka.
"Aaahkk... Aahkk... Aahkkk..." Lenguh Aurel.
"Sepertinya pujaan hati kamu sangat menikmatinya." Ledek Efran, sembari menjambak rambut Azril agar wajahnya tetap menadah kedepan.
"Aarrrtt... Sakit." Keluh Azril.
Aurel menatap Azril, ia merasa kasihan dengan sahabatnya itu. Ia tau betapa hancurnya hati Azril melihat dirinya yang tengah bersenggama dengan Dedi, karena ia pernah merasakannya ketika melihat Dedi bercinta dengan Clara di depan matanya.
Tapi ia juga tidak bisa memungkiri kalau sodokan kasar kontol Dedi membuatnya melayang, walaupun ia berusaha untuk tidak mengakuinya.
"Aaahkk... Maaf Zril! Aku sayang kamu." Bisik Aurel.
Air mata Azril menetes perlahan, ada rasa bahagia dan juga sedih mendengar pengakuan Aurel. "A-aku juga sayang kamu Rel." Lirih Azril.
"Cie yang baru jadian." Ledek Boy.
"Hahahaha...."
Ferdi berlutut di depan Aurel sembari menyodorkan kontolnya. "Sory bro, gue pinjam mulut cewek Lo dulu ya, gue gak tahan ni." Kata Ferdi meminta izin.
Apa yang bisa di lakukan Azril, menolak permintaan Ferdi? Tentu saja ia tidak bisa melakukannya, yang bisa di lakukan Azril hanya diam, melihat sang kekasih menyelesaikan tugasnya, memuaskan hasrat birahi para pejantan yang menginginkan kekasih hatinya.
Mendengar ungkapan hati Azril, membuat hati Aurel sedikit merasa lega walaupun miris. Ia membuka mulutnya membiarkan Ferdi menikmati hangatnya mulut dirinya di hadapan sang kekasih.
Sembari membelai kepala Aurel, Ferdi memaju mundurkan pinggulnya, menyodok-nyodok mulut Aurel.
"Gila Zril, enak banget kuluman cewek Lo."
Slookss... Slookss... Slookss...
"Rel... Gue keluar." Jerit Dedi.
Sembari menahan pinggul Aurel, Dedi membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam memek Aurel.
Croooottss... Croooottss... Croooottss...
Pantat Aurel ikut tersentak-sentak, merasakan terjangan sperma Dedi di dalam rahimnya, yang terasa hangat hingga membuatnya menjerit kecil.
Ploooooppss...
Setelah puas Dedi mencabut kontolnya, membiarkan sisa-sisa spermanya mengalir keluar dari cela lipatan bibir memek Aurel yang imut itu.
"Puas banget gue Zril." Ungkap Dedi.
"Kampret, sperma Lo banyak banget anjing." Umpat Gio.
"Sorry bro, soalnya enak banget! Hahaha..." Tawa Dedi tanpa merasa berdosa.
Gio yang tidak kehabisan akal meminta Azril berbaring di tanah. Tentu Azril menolak, tapi satu pukulan membuat Azril sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa, sehingga Azril mematuhi perintah Gio yang di iringi tawa oleh teman-temannya. Seakan tidak puas menyiksa Azril, merekapun memaksa Aurel untuk berjongkok di wajah Azril.
Bola mata Azril tak berkedip menatap nanar kearah kemaluan Aurel. Ia bahkan dapat melihat sperma Dedi yang berada di celah-celah memek Aurel.
"Jilat sampai bersih." Perintah Giio.
"Hahahaha..."
Aurel menggelengkan kepalanya. "Toloooong... Jangan seperti ini." Mohon Aurel, ia benar-benar tidak tega melihat kekasih barunya di perlakukan bak seorang pecundang.
"Nikmati saja sayang." Bisik Dedi.
Mantan pacarnya itu menuntun tangan Aurel untuk membelai kepala Azril.
Dan bodohnya Aurel menuruti permintaan Dedi, ia mengusap lembut rambut Azril sembari menatap matanya. Ada perasaan aneh yang menyeruak di hati Aurel, sebuah perasaan nyaman yang sulit di gambarkan, begitupun Azril, ia merasakan perasaan nyaman yang luar biasa walaupun terasa semu.
Reflek Azril mendekap kedua paha Aurel, dan Aurel dengan sendirinya menurunkan pantatnya hingga ujung hidung Azril menyentuh selangkangannya.
Sluuuppss...
"Oughkk..." Lenguh Aurel saat Azril mulai menjilati memeknya.
Persetan dengan tanggapan mereka semua, karena pada dasarnya Azril juga menginginkan Aurel, ia juga ingin menikmati memek sang kekasih walaupun dengan cara yang menjijikan.
Tak hanya sekedar menjilati bibir kemaluan Aurel, Azril juga menyeruput memek Aurel, menyedot sperma Dedi yang tertinggal di dalam memek Aurel. Dan tampak Aurel sangat menikmatinya.
"Hisap Rel!" Pinta Ferdi.
Mata Azril mengintip keatas melihat sang kekasih yang tengah menggenggam kontol Ferdi. "Cup... Cup... Cup..." Berulang kali Aurel mengecup kontol Ferdi sembari menatap mata sang kekasih yang tengah memandanginya.
Tidak sampai di situ saja, Aurel juga menjilati kontol Ferdi dan menghisapnya dengan penuh penghayatan. Dan Azril melihat itu semua dengan jelas.
"Oughkk... Sluuuppss... Aaahkk..." Rintih Aurel.
"Cukup Zril, memek pacar Lo kayaknya udah bersih." Ujar Gio menepuk paha Azril.
Bagaikan budak yang patuh Azril berhenti menjilati memek Aurel. Walaupun hatinya menjerit tetapi Azril memilih untuk menyerah, karena ia sadar kalau dirinya tidak akan bisa merubah apapun.
Aurel yang mengerti keinginan Gio segera mengambil posisi menungging, ia bertumpu dengan lututnya sembari menurunkan sedikit selangkangannya yang masih berada diatas wajah Azril. Entah kenapa adrenalin Aurel berpacu, yang membuatnya sampai sesak nafas.
"Maafkan aku sayang." Bisik hati Aurel.
Azril sampai menelan air liurnya yang hambar, menatap memek sang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi santapan kontol Gio.
Dengan perlahan Azril melihat kontol Gio membela bibir memek kekasih.
"Aahkkk..." Erang Aurel.
"Lo harus tau Zril, memek cewek lo enak banget." Celetuk Gio yang tengah melakukan penetrasi di dalam memek Aurel, kontolnya bergerak maju mundur, keluar masuk di dalam memek Aurel.
Ternyata tidak hanya Gio yang menikmati memek Aurel, Azrilpun juga menikmatinya walaupun dengan cara yang berbeda.
Hampir lima belas menit Gio menghajar memek Aurel, hingga akhirnya di depan mata Azril, Gio melepaskan spermanya di dalam rahim Aurel. Saat Gio menarik kontolnya, tampak beberapa tetes sperma Gio jatuh mengenai wajah Azril yang tampak diam seakan ia sangat menikmatinya.
Aurel yang masih sibuk mengoral kontol Ferdi kembali membelai rambut Azril, membuat Azril tersadar dari lamunannya.
Mata mereka berdua kembali bertemu, dan entah kenapa dari tatapan mata Aurel, Azril merasa kalau kekasihnya itu ingin dirinya membersihkan kembali memeknya dari sperma Gio barusan. Dan Azril melakukannya, ia kembali menyedot sperma yang ada di dalam memek Aurel.
"Doyan lu ama peju gue." Ledek Gio sembari tertawa.
Tapi Azril tidak mengubris cemoohan-cemoohan mereka kepada dirinya.
Jilatan dan sedotan bibir Azril di selangkangannya membuat Aurel semakin bersemangat mengoral kontol Ferdi, hingga akhirnya Aurel merasa kalau dirinya sudah hampir sampai, yang membuatnya seakan lepas kontrol, ia menduduki wajah Azril sembari menggerakan pantatnya maju mundur, menggesek memeknya di wajah Azril.
"Anjing aku keluar!" Jerit Ferdi.
Aurel berusaha memasukan semua kontol Ferdi tepat sperma Ferdi meledak di dalam mulutnya. "Eenghkk..." Erang Aurel, ternyata tidak hanya Ferdi, Aurel juga mencapai puncaknya, ia orgasme di wajah Azril.
Aurel melepaskan kontol Ferdi yang mulai mengecil di dalam mulutnya. Kemudian menyingkir dari wajah Azril, menatap wajah sang kekasih yang basah karena orgasmenya barusan. Aurel merasa bersalah, tapi di sisi lain Aurel merasa sangat puas.
Ia membantu Azril untuk duduk, selama beberapa detik mereka saling pandang, dan tiba-tiba Aurel melumat bibir Azril yang tampak terkejut.
Mata Azril membeliak ketika merasakan ada lendir yang masuk ke dalam mulutnya, dan terasa sangat asin. Sejenak Azril sadar, kalau lendir itu adalah sperma Ferdi yang di transfer oleh Aurel kepada dirinya. Antara jijik dan tak ingin kehilangan momen berciuman dengan sang kekasih, Azril menerima transferan sperma Ferdi dari mulut Aurel ke mulutnya.
"Maaf Zril." Bisik Aurel setelah melepas ciuman mereka.
Azril berusaha tersenyum walaupun hatinya perih. "Kamu tidak salah sayang." Bisik Azril menenangkan kekasihnya kalau dirinya baik-baik saja.
"Udah belum main dramanya?" Ejek Dedi.
Ucapan Azril sebelumnya membuat Aurel seakan memiliki kekuatan. Ia menatap Efran, dan kemudian ia berbaring di pangkuan Azril sembari membuka lebar kedua kakinya menghadap Efran.
"Ini yang kamu maukan?" Lirih Aurel.
Efran segera beranjak mendekati Aurel. "Sepertinya cewek Lo sangat tau apa yang gue suka." Ledek Efran, sembari memposisikan kontolnya diantara lipatan bibir kemaluan Aurel yang merekah.
"...." Azril diam membisu, sembari menatap wajah sang kekasih yang tengah meringis ketika kontol Efran menyeruak masuk ke dalam memeknya.
Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookkss... Ploooookks... Ploooookkss...
Selagi Efran menyetubuhi kekasihnya, Azril tanpa berpaling menatap mata kekasihnya, mendengar suara erangan Aurel yang terdengar bagaikan melodi cinta di telinga Azril, hingga menjadikannya sebagai candu.
Begitu juga dengan Aurel, gadis cantik yang selama ini merasa tersiksa oleh rasa nikmat yang di berikan Dedi dan kawan-kawannya, kini merasa terbebas dari belenggu siksaan batin yang di berikan mereka kepada dirinya, bahkan sekarang Aurel benar-benar menikmatinya.
"Aahkkk... Aaahkk... Aaahkk... Sayang!" Erang Aurel.
Azril membelai pipi mulus kekasihnya. "Aku mencintaimu sayang." Bisik Azril, dengan tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Aku juga Zril! Aaahkk..." Lenguh Aurel.
Ferdi yang mendengar ocehan mereka semakin bersemangat menyetubuhi. "Makan ni cinta." Jerit Ferdi sembari mencabut kontolnya dan menembakan spermanya diatas perut Aurel.
Croooottss... Croooottss... Croooottss...
*****
Sementara itu di tempat yang berbeda, Daniel bersama Haja Laras dan keempat satpam ponpes Al-Tauhid tampak sibuk berberes di kediaman baru Daniel yang akan ia tempati beberapa hari lagi.
Selagi para satpam sibuk mengangkut barang-barang bawaan Daniel, Laras sendiri menyibukkan dirinya di dapur yang masih tampak berantakan, menyiapkan makanan ringan dan minuman untuk mereka.
"Sudah selesai?" Tegur Daniel.
Tanpa melihat Daniel Laras menjawab. "Iya, sudah hampir selesai. Nanti saya antarkan." Jawab Laras.
Wanita paru baya itu berharap Daniel segera meninggalkannya, tapi ternyata harapannya tinggal harapan. Daniel yang gemas dengan tingkah Laras mendatanginya untuk sedikit menggoda Istri KH Umar. Ia membelai pantat Laras dari belakang sembari mencium tengkuknya.
Ingin sekali Laras menangis dan berteriak, tapi ia takut suaranya akan di dengar oleh satpam yang tengah sibuk menata rumah baru Daniel.
"Duh galaknya." Goda Daniel.
Laras menatap marah kearah Daniel. "Lepaskan Dan! Nanti di lihat mereka?" Geram Laras, menahan gejolak emosi yang membuncah di hatinya.
"Terus kenapa?" Tantang Daniel, ia meraih buah dada Laras dan meremasnya. "Aku memang berencana ingin menjadikan Tante hadiah buat mereka, jadi tidak masalah kalau ada yang libatkan?" Ujar Daniel, ia menarik dagu Laras dan melumat bibir Laras.
Mendengar perkataan Daniel, Laras benar-benar sakit hati, ia sangat marah, tapi tidak berbuat apa-apa. Ia merasa Daniel benar-benar memanfaatkan dirinya untuk keuntungannya sendiri.
Tapi tangisnya tentu tidak akan merubah apapun, tapi setidaknya dengan menangis Laras merasa sedikit bisa menumpahkan kekesalannya.
"Kurang ajar kamu Dan." Umpat Laras.
Tapi wanita paruh baya itu hanya pasrah ketika Daniel menarik keatas gamis yang ia kenakan.
"A-AKU lagi dapat Dan." Jujur Laras.
Ia berharap dengan begitu Daniel akan berhenti memaksanya untuk melayaninya.
Daniel yang seakan tidak perduli menurunkan celana legging dan celana dalam Haja Laras, dan benar saja ada pembalut di sana.
"Masih ada lobang lainnya kan." Bisik Daniel.
Kedua tangan Laras mencengkram erat pinggiran meja dapur Daniel. "Pelan-pelan!" Hanya itu yang keluar dari bibir manis Laras.
"Tentu Tante! Lonte Haja Laras." Jawab Daniel.
Wajah Haja Laras meringis beberapa saat ketika merasakan ada benda asing menyeruak masuk ke dalam lobang anusnya yang sempit. Di dalam hati ia hanya bisa mengetuk apa yang di lakukan Daniel kepada dirinya, tanpa bisa melawan keinginan sang predator yang ingin memangsanya.