Chapter 39 : Black (part 1)
Ustadzah Shaipah

Ustadzah Ayni

Ustadzah Laila

PLakkkkk....plaakkkkk...
Suara gamparan terdengar digedung Ri'ayah saat ust Fian masuk kedalam...
Roy sudah ikut Dharma mengejar pelaku, semenjak dirinya turun kebawah melihat langsung situasi. Para Santri yg seharusnya masuk kelas pagi ini terlihat dari wajah2 mereka yg kaget dan shock. Mereka tak percaya dengan kejadian ini. Begitu pula para ustad Dan Guru.
Baru kali ini, Selama pesantren berdiri, baru sekarang terjadi aksi vandalisme yg menyulut emosi seperti ini. Bukan saja pihak pesantren, tapi juga menyulut pihak sekeliling kampung pesantren. Terlihat wajah Dharma tadi sangat emosi sambil memegang Golok panjangnya.
Sebetulnya, Ust Fian Bersyukur karena Roy berhasil menarik Dharma untuk menjadi bagian dari pesantren lagi. Karena bukan tidak mungkin, bila Roy tidak berhasil melobby tokoh masyarakat Jawara itu, mungkin reaksi masyarakat sekitar kampung cuek bebek dengan semua kejadian yg menimpa pesantren Awwabin.
Juga kepercayaan masyarakat sekitar kembali normal sebagaimana dulu kala.
DAri situ,...
Ust Fian mengakui siapa pemuda itu. Dari situ pula lah ia memberi Hormat, bahkan istrinya pun mendukung bila Roy tak masalah memanggil suaminya dengan sebutan nama. Meski merasa sedikit direndahkan, tapi memang kenyataannya, Roy sudah menjadi orang yg harus Fian hormati.
Agak benci sebetulnya Fian menghadapi kenyataan ini. Tapi melihat istrinya Hormat terhadap Roy, ia sebagai suaminya harus Hormat Pula kan ?.
Ustazah Ayni melihat juga kenyataan ini. Kenyataan suaminya, sekarang menghormati Roy. Kenyataan ini pula membuat dirinya di entot oleh lelaki yg dihormati suaminya, membuat Roy mengentoti istri ustadnya dikamar kesayangan suaminya seakan menjadi hak Domainnya, juga ngecrot sprei putihnya.
Ngecrot Dengan peju kental tentunya...
Ayni ikut kebawah kepesantren bersama suaminya saat ia mendengar kabar itu. Ayni bisa melihat Pak Ustad masih memakai sarung itu, sarung yg terkena ceceran PEJU..
Peju crotan dari wajah ke sprei putih suaminya nya. Crotan dari lelaki yg dihormati suaminya. Ustazah mau menyuruhnya ganti sarung sebetulnya, tapi suaminya ingin buru2 ke bawah.
Well.. Nasi sudah jadi Bubur...
-________-------
Plakkk ... plaakkkk... plaaakkkkk..
Terlihat para santri yg menjadi Bulis malam tadi sedang digampar oleh ustad Ujang. Mereka digampar digedung Ri'ayah ini karena lalai menjaga pesantren, bagaimana bisa mereka kecolongan ada orang yg melakukan vandalisme mereka tak tahu.
Suara gamparan itu terdengar keras saat ustad Fian datang ke gedung Ri'ayah itu. Berulang ulang terdengar ustd Ujang menanyakan perihal mengapa lalainya Bukis malam ini.
Ada ustad Boim juga disana...
Ia berdiri dibelakang ustad Ujang yg juga terlihat sangat marah kepada santri Bulis malam yg jaga malam ini.
Plakkk plaakkk....
"Kenapa Antum Ceroboh sekali !! .. Hah..
Plakkkkk... plakkk!!!!
"Bagaiamana orang jelas2 naburin kotoran sebanyak itu antum tidak bisa melihat.. antum tidur semalam ?.... antum ga mau belajar tanggung jawab terhadap pesantren ?.. antum tidak punya rasa memiliki ke pesantren.... ini pesantren antum... tempat antum dibesarkan.. kenapa antum tertidur dan tega meninggalkan tanggung pesantren sampai Surau penuh kotoran seperti itu.."
PLAKKK!!! .. PLAKKK!!.. PLAKK!!!..
Ada sekitar tujuh Bulis santri yg jaga tadi malam. Mereka menjadi sasaran kekesalan ust Ujang. Bisa dilihat, para santri pun menyesal. Mereka menangis,
Tidak, mereka tidak menangis karena kesakitan digampar....
Mereka sudah biasa dengan gemblengan gamparan macam itu dipesantren. Mereka sudah terlatih digembleng seperti itu.
TApi yg membuat mereka menangis, mereka menyesal, pesantren tempat mereka dibesarkan kena aksi vandalisme, namun mereka tidak menjaganya dengan baik. Apalagi mereka mendapat jadi bagian tugas Bulis malam ini. Mereka sedih karena pesantren tidak mereka jaga.
Ustad Fian langsung menaruh simpati sesaat ketika melihat lara santrinya digampar seperti itu. Ustad Boim pun yg berdiri dibelakang ustad Ujang mulai menaruh simpati. Tapi harus mereka tahan rasa simpati mereka. KArena walau bagaimanapun, ia ingin santrinya memperhatikan terhadap tanggung jawabnya bila sudah menerima tugas. Ini pendidikan penting bagi mereka ketika mereka diluar nanti. Tidak seharusnya memang Bulis lengah sampai ada orang yg menaburi kotoran di Surau mereka tidak tahu.
" Kemana antum sebelum jam empat hmm"?..
Ustad Fian menghampiri, ia menenangkan ustad Ujang yg sedang marah besar. Mengingatkannya agar nyebut, jangan sampai lepas kendali,
"ishbir (sabar) stad ".. ucapnya.
Ust Ujang berhenti menggampar. IA atur nafasnya dan bertanya lebih tenang..
"Apa antum tidak mendengar suara kendaraan yg datang, atau orang2 yg ribut, menaruh kotoran sebanyak itu pasti membutuhkan banyak orang" tanya ustad Boim.
"seperti biasa, seHabis makan nasi Goreng sebelum jam tiga kita keliling pesantren.. kita juga cek surau, Ga ada apa - apa .. Kita kaget pas ada Santri yg menjerit mau subuhan". Jawab salah satu santri Bulis.
"Iya stad.. afwan jiddan (maaf benar2 maaf ) kami pun bingung, kami keliling sebagaimana biasa, ke surau ke aspi (asrama Putri).. bahkan dapur kami periksa.. proyek ustad Royhan juga kami kontrol... ga ada kendaraan yg datang, ga ada terdengar orang ribut2, tapi kami kaget ketika membangunkan santri subuhan ada yg menjerit dan heboh disurau.." Ucap Bulis yg lain.
Ustad Ujang, ustad Fian dan Ustad Boim saling bertatap muka....
Mereka bisa melihat mata para Bulis ini berkata jujur. Lalai.. tapi para ustad bisa tau mereka jujur. Mereka biasa melakukan apa yg seharusnya bulis lakukan tiap malam.
"Jam berapa antum selesei keliling?" Tanya ustad boim.
"Sekitar setengah empat stad, karena kami harus membangunkan santri subuhan.." jawab santri yg masih memakai sarung bekang hijau itu.
Para ustad Bingung, kenapa aksi vandalisme itu bisa terhindar dari kontrol Bulis.. kecuali.........
" jam setengah empat kalian kumpul dimana?" tanya ustad Ujang
"Didepan situ tadz, depan gedung Ri'ayah, kami juga sempat ngopi bareng sebelum membangunkan para santri"..
Memang....
Letak surau itu lebih dekat ke gerbang pesantren ketimbang ke Gedung Ri'ayah. ...
Karena gedung Ri'ayah itu seperti mercu suar pesantren. Letaknya ada ditengah - tengah. Sedangkan luas pesantren amat sangat luas. Wajar bila anak2 santri kumpul digedung ini, tak mungkin mereka busa mendengar apapun yg terjadi disurau..
Baik ust Fian, ust Ujang dan Ust Boim masing2 bisa menyimpulkan.. bila pelaku aksi vandalisme ini pasti hafal tentang aktifitas Bulis malam..
Artinya.. mereka berasal dari orang pesantren juga.
Mereka tahu, kapan waktu bulis keliling, kapan pula waktu Bulis lengah. Bisa jadi ketika Bulis sedang jauh digedung Riayah, mereka datang ke surau. Wajar bila para Bulis tak mendengar suara mencurigakan, karena memang letaknya jauh.
Ditambah lagi, baik Kyai Basri Ataupun Ustad sedang kelelahan setelah mengikuti Kegiatan Reuni kemarin yg jauh jaraknya. Sehingga pesantren terlepas dari kontrol para ustad Senoirnya. Para aksi vandal ini tentu mengetahui seluk beluk kegiatan kyai dan ustadnya disini. MAngkanya, mereka menganggap menyerang waktu subuh tadi adalah waktu yg tepat.
Tapi semua tak bisa dipastikan...
Itu hanya dugaan sementara, karena ust Boim, ujang dan Fian sementara hanya bisa menduga duga, mereka saling mengobrol satu sama lain sambil menyidang para santrinya.
Ustad Boim menilai, orang yg melakukan Vandal ini tahu betul seluk beluk kapan waktu Bulis sedang lengah, dan dilanjutkan dengan pengeroyokan salah satu pegawai proyek Guest House.
Kita hanya menduga... otak pelakunya adalah mantan santri sendiri....
Para Bulis sudah dilatih dan dipersenjatai Tongkat kayu, dan menhetahui proses apa yg mesti dilakukan bila ada bahaya. Terutama bila ada yg benar - benar nekat melakukan kejadian ini.
Mungkin bukan salah Bulisnya.... Tapi otak pelakunya.. otak pelakunya yg lebih pintar dan lebih tahu.
" Abah Haji Sudah tahu?" Tanya ustad Fian ke Ustad Boim. Meskipun ia tadi lewat rumahnya, . Bisa jadi ia sudah turun,
"Abah Haji bukan cuma tahu, tapi lagi mengejar keluar sama ustad Juned.." jawab ust Boim.
Benar tebakan ustad Fian, sekaliber Kyai Basri tidak mungkin belum tahu segala yg terjadi dipesantrennya. Mungkin Kyai Basri sudah tahu ini bakal terjadi sebelum subuh tadi.
"Roy juga ikut Dharma lagi mengejar pelaku" ucap ust Fian.
"Mudah2an mereka bisa ketemu abah haji disana... karena kalo pelakunya ketangkap.. saya justru khawatir Roynya.. Bisa lepas kendali.. Lain cerita kalo ketemu abah haji.. bisa cepat selesai masalah..".. ucap ust Boim.
"Ohh mungkin itu alasan abah haji ikut mengejar pelaku.. mungkin udah tau Roy dan Dharma Ikut.."
"Bisa jadi.. kita tahu Kyai kita selalu menyimpan rahasia dalam rahasia.. saya sudah menyuruh anak2 santri silat saya suapaya ikut dengan beliau menjaga.. jadi saya tidak terlalu khawatir".. jawab ust Boim.
"Ana malu stad.. " ucap ust Fian.
"Malu kenapa..?"
"Abah Haji sudah turun tangan kebawah, tapi ana masih diatas tadi.. kenapa abah haji ga memberitahu ana langsung..?.. ane jadi ga enak sama Mudir (pimpinan)"..
" Abh haji tau, ustad masih lelah karena acara kemarin, itulah bijaknya kiayi kita stad..
"Tapi tetep stad ana ga enak... tadi pagi ana malah santai angkatin jemuran, sebenernya ana ngedengar tadi syara ramai dipesantren, mangkanya ustad Juned langsung turun... ana kira cuma hal heboh kecil.. tapi ternyata..... ahh ana serius malu sama Kyai".
"Itulah karakter guru kita stad, mungkin beliau punya alasan Lain, mungkin beliau juga tahu kalo ustad kelelahan setelah acara kemarin, , atau mungkin beliau memang buru2 ingin mengejar pelaku, tenang tads, saya sudah nyuruh santri silat saya tadi mengamanka.. ditambah juga Royhan ikut kan, Kyai kita dalam keadaan aman.. seperti biasa, selalu ada rahasia dalam rahasia bila sudah masuk ke ranah urusan abah haji, hanya Abah haji yg tahu stad, sementara tugas kita cari tahu siapa pelakunya".
"Kayaknya Abah Haji sudah Tahu yah stad pelakunya..?".. Tanya ust Fian, secara ia ingat hebatnya ilmu Mukasyafah sang Kyai.
Boim menghela nafas, ua tahu sesuatu.. kemudian ia Berbisik di Kuping Fian.. "
" Sedikit kayaknya stad ... Katanya .. ada kaitannya dengan Reuni Kemarin.. saya bingung maksudnya apa.. Tapi saya masih belum Yakin jelas stad.. kita ga boleh suuzan.."
Fian merenung....
Ia sedikit melamun... apa maksud ada kaitannya dengan Reuni kemarin ?.. yg jelas karena Reunin kemarin, pesantren lepas dari kontrol Kyai dan ustad seniornya. Karena itulah penyerang tahu dan melakukan penyerangan. Tapi jauuuhh berpikir kesana, ust Fian hanya berharap pelakunya dibuka oleh Abah Haji.
Para ustazah datang ke gedung Ri'ayah. Ibu Kyai, Nyi Laila terlihat was - was wajahnya, karena tahu suaminya ikut mengejar pelaku bersama sutad, tapi ketika beliau mendengar Royhan ikut kesana, ia merasa aman. Tanpa alasan yg bisa dijelaskan ia yakin Abah Haji merasa aman. Sedikit rasa khawatirnya.
Kebalikan dari ustad Boim tadi, ia merasa aman bila abah haji yg ikut kesana, Royhan bisa terkendali, dan berharap, Dharma, Roy , abah haji dan ustad juned bersama para santrinya yg jago silat itu bisa bertemu dijalan.
Nyi Laila ditemani oleh Ustazah2 senior yg lain. Ustazah Ipah yg suaminya ikut mengejar bersama Abah Haji ada disampingnya. Mereka berusaha menghilangkan rasa khawatir mereka, karena Nyi Laila sendiri sudah merasakan hal yg tidak beres dari reuni kenarin.
Teringat bagaimana Abah haji memegang tangannya sangat kencang dan menyebut ada cacing didalam gedung Reuni itu, meski awalnya ia bingung, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa ada yg tak beres dan berkaitan dengan penyerangan pesantren akhir2 ini.
"Ummi.. itu ada cacing.. ada cacing.... astagfirullah.." begitulah kiranya ucapan Abah haji yg diingat Nyai. Memang sudah biasa bila suaminya sedang merasakan mukasyafahnya sendiri, pasti berucap dan bertingkah tiba - tiba.
Ustad Fian melihat para santri sudah masuk kedalam ruang kelas masing masing, dan ia melihat para ustazah senior berbaris duduk di ruangan Lobby. Termasuk istrinya yg terlihat cantik pagi itu, padahal ia belum mandi, tapi wajahnya kenapa terlihat lebih cantik dari biasanya ?, apa karena sedang hamil ?.
hahay, ia hanya senang istrinya yg sedang hamil itu wajahnya lebih cantik dari biasanya. Ia hanya teringat dikamar wajahnya terlihat sedikit basah,tapi ia tak melihat jelas karena buru2 mendengar kabar ini. Ustazah Ayni juga melihat suaminya masih memakai sarung itu, ia melihat sambil sedikit menunduk tak melihat seraya menggigit bibir bawahnya, suasana memang mendadak genting, tapi tentu wanita cantik ini tidak bisa melupakan kejadian tadi.
Nyai Laila sudah sedikit hilang rasa khawatirnya semenjak tahu Roy ikut kesana. Ia memegang secangkir teh hangat ditemani ustazah2 cantiknya kiri dan kanan. Dasar pesona makhluk yg cantik, keadaan genting atau tidak tetap saja kecantikannya terpancar. Pesona Nyi Laila istri Kyai itu selalu istimewa pancarannya. Wajar bila sedang berkumpul dengan ustazah lain Nyi Laila terlihat paling memukau pesnanya.
Meski ia sendiri tadi khawatir, tapi pancaran kedewasaannya keluar, terlihat bagaimana rapihnya ia menenangkan ustazah2 yg lain untuk tenang menghadapi kejadian ini. Sebagaimana seorang ibu Kyai seharusnya. Wajar bila beliau merupakan ibu Kyai yg paling dihormati oleh ustazah2 lainnya.
Saat ia mengingat suaminya menyebut kata cacing itu, ia mulai curiga bila pelakunya ada disekitar pesantren Awwabin. HAnya satu Orang yg ia beritahu perihal cacing itu,
ROY.. ketika acara Reuni kemarin...
Meski ia ingat nakalnya pemuda itu melihat tonjolan toketnya karena tak sengaja mengobrol terlalu dekat. mentang2 pak kyai ga bisa nerawang, matanya jelalatan sama bu Kyai, pdahal pak Kyai jelas ada dikamar mandi, mentang2 ga bisa dtrawang, bebas ngeliat. Begitulah omelnya dalam hati. Sampai sekarang Nyi Laila belum tau pasti dan penasaran kenapa suaminya tak bisa nerawang pemuda itu. Cepat atau lambat pasti ia tahu. Hanya masalah waktu.
Tapi sampai sekarang.. setiap ia ganti baju, ia hanya berpikir pemuda itu bebas menghayalinya, tanpa harus takut suaminya, siapa sih dia? Ucapnya dalam hati.
Namun...
Nyi Laila Yakin ketika beliau cerita tentang cacing itu Roy mengerti pointnya. Yg melakukan ini orang yg tak jauh dari sekitar pesantren. Bisa jadi keluarganya yg dendam, atau mungkin santrinya, masih belum pasti, tapi abah haji selalu berpesan agar tidak suuzan.
"Abah haji kebawahnya jam berapa nyai, koq ga langsung ngabarin abi juned atw ustd Fian dan Royhan ?"
Pertanyaan ustazah Ipah mengagetkan lamunan Nyi Laila...
'Sekitar jam 6 cantik.. abah ga mau bangunin memang sengaja.. biar kalian istirahat dulu setelah jalan jauh kemarin.." ucap Nyi Laila yg memang sering menyebut wanita ini dengan panggilan ipah cantik.
"Abi Fian keliatan ga enak loh sama kyai stazah, soalnya kita pagi tadi.. betulin jemuran hihiii" ucap ustazah Ayni tanpa melepas ingatan pagi tadi.
"Ga apa2, yg penting Abah haji sama abi Juned aman, ditemani Roy sama Pak Dhrama.. sebenarnya Nyai udah merasakan hal yg ga beres sebelum subuh.. biasa si abah kalo sebelum subuh Qiyam lail (salat malam) trus badannya berkeringat hebat, padahal cuaca dingin, tapi bilangnya panas, dari situ nyai ngerasa kaya ada yg ga beres dipesantren, ternyata iya. dapet info dari ustd Boim abah langsung kesini.."
Penjelasan panjang lebar itu membuat ustazah2 yg mendengar paham, mengingat siapa Kyai Basri dan juga tinggi ilmunya..
"Ukhti semua disini tenang, sabar jangan was was, para suami kita sedang menyelesaikan ini.. " Ucap Nyi Laila lagi ia menenangkan kembali para ustazah seniornya.
-_---------------
Tuntun akuuuuu.. dijalan muuuu....
Suara Rington Maher zein berbunyi dihape ust Fian, ternyata dari ustad Juned...
"Halo stad.. gimana sekarang ada dimana?".. tanya ustad Fian langsung terdengar super Kepo..
"Kita Dikampung depan stad.. ada satu motor dari orang yg ngeroyok itu ketangkep warga"..
Dengan langsung wajah ust paling senior itu ceria "Alhamdulillaaah... berhasiil.. terus gimana?.."
"Habis dihajar Roy sama anak buahnya "
"Trus pak Kyainya gimana?"
"Untung karena kita datang, ditahan sama Abah Haji, mungkin kalo ga ada aBah haji bisa mati dua orang itu dihakimi masa"
"Alhamdulillah, mungkin itu alasannya Abah haji ikut kesana..beliau sUdah tahu" ucap ustad Fian.
"Ya, ana juga menyangka begitu, sekarang orang2 ini mau dibawa ke kantor polisi, sekalian melaporkan kejadian vandalisme di surau, mereka lagi dibawa Dharma sama Roy kesana.."
"Syukurlah, saya mau beri tahu ustad2 disini"..
"Ya Kabari, Pak Kyai baik2 saja.."
Seketika suasana pesantren dimata Ust Fian terang kembali. Segera ia memberi tahu ustad ustazah digedung Ri'ayah itu, mereka bahagia mendengar pakKyai mereka baik2 saja dan ditangkapnya salah satu pelaku"
Ust Boim bercengkrama dengan hangatnya mendengar kabar itu. Tinggal masalah waktu pikirnya, permasalahan pesantren pasti baik - baik saja. Beliau pun menyuruh para Bulis malam yg digampar tadi untuk istirahat ke asrama masing2 mereka. Mereka diberi bekal tausyiah akan pentingnya tanggung jawab atas tugas yg diberikan.
Saat sedang senangnya merayakan kabar itu. Datang Bulis Siang ke gedung Ri'ayah.
Adalah Yusron yg menjadi Bulis siang itu, detektif Conan itu membawa sepucuk surat ditangannya , dan saat dipintu ia melihat ustad Boim..
"Kholas (sudah) ngebersihin Suraunya sron?" Tanya ustad Boim.
"Kholas tadz, tapi ana menemukan surat tadz"..
"Ayatu surah (Surat yg mana)?" tanya ust Boim lagi sambil menerima sepucuk surat itu..
"Fil Mimbar Masjid stad (Di mimbar masjid/Surau tadz)"..
ust Ujang merasa kaget sekaligus aneh, surat apa?, begitu pula ustad Boim yg menerima sepucuk kertas itu di tangannya dari Yusron.. Saat dibuka.. Isinya membuat ustad Boim kaget..
.....Awwabin tak mungkin bisa tenang... Sebelum ada daging sate yg tertusuk disini.."
Saat dibaca, semua merasakan Odd.. Weird.. Aneh... Apa maksud dari daging sate yg tertusuk?, Apa ini ancaman?, atau hanya kerjaan santri yg iseng.
"Dari mana antum nemu surat ini?" Tanya ust Boim meyakinkan.
"Di Balik... Afwan (Maaf) Tadz.. Dibalik kotoran yg Yusron bersihkan dimimbar, dibungkus plastik hitam pake karet ada bacaan kecil disitu.. Baca saya.. Yusron buka langsung Yusron bawa kesini."
Jelas surat itu berasal dari orang2 yg melakukan vandalis tadi subuh. Tak mungkin ada santri yg iseng menulis surat semacam itu. Tapi apa ini ancaman?, tak mau menyepelakan Ust Boim langsung menelepon Sang Mudir untuk mengetahui apa ini, sekaligus ia ingin melaporkan surat ini.
Saat ust Boim menelpon Abah Haji, Ujang Dan Fian menerka nerka maksud surat itu, seperti detektif Conan mereka menyimpulkan "Pasti ini Teka - Teki"..
Namun ustad Boim membantah....
Dengan wajah lemas ia menutup kembali teleponnya setelah selesei bertanya dengan beliau.. "Itu bukan Teka teki".. Ucap Ustd Boim setelah menutup telepon itu, nampaknya, ia sudah diberi tahu pak Kyai...
"itu berupa surat ancaman... Dia mau salah satu dantara kita dipesantren Awwabin ini.. Harus Mati!!" ucapnya lagi..
Mendadak mendengar itu suasana pesantren Awwabin terasa hitam....
Black..