Wide Awake
Ustadzah Ayni

Memang benar...
Pesantren INI seperti getaway untuk siapa pun yg mengunjunginya. Roy bangun pagi itu dengan wajah guratan sehabis tidurnya.
Ia berjalan perlahan keluar sambil melihat area perkebunan di selatan yg dipenuhi pepohonan yg rindang. Kemudian ia berjalan kebelakang Rumah, disana ada turunan yg melandai menuju Sungai. Tempat INI sebenarnya terdapat sejuta kenangan Untuk Roy.
Teringat masa - masa Kecilnya yg nakal disini, yah Roy pernah menghabiskan waktu selama 4 tahun disini sampai ia berumur 15 tahun. Sungai itu sering disebut kali yg deras karena arusnya memang benar - benar deras. Menelusuri kali itu lebih jauh, disana Roy dan teman teman masa kecilnya dipesantren bermain dan berenang karena ada semacam batu besar yg tinggi, cocok untuk spot jumping menuju renang disungai.
Di tempat itu pula, Roy Berkelahi dengan kk kelasnya dan menimpanya dengan batu kali sampai kk kelasnya Koma.
Susah Buat Roy untuk tidak pernah menyukai tempat sesegar ini.
Wajar jika Roy ingin kembali kesini ketika ia ingin merubah hidupnya. Ia sudah lelah hidup tanpa arah seperti itu. Ia tidak pernah menemukan kedamaian terutama ketika ia diluar saat sekolah Sma nya. Dia dan teman2nya memang berandalan, melampiaskan kesehariannya lewat pesta, Narkoba dan mabuk-mabukan.
Dia sering berganti ganti cewe, dia memang terkenal playboy bandel, Womanizer,
Memiliki tampang serta fisik seperti dirinya, tentu sangat mudah baginya dekat Dengan wanita yg diincarnya , dan berakhir melampiaskan nafsu bejatnya dengan berakhir diranjang.
Pada dasarnya, Roy sangat easy Going, santai Dan berotak Cerdas. Ia dikenal pintar Dan cerdas oleh teman sekolah Dan guru2 nya, namun sayang, ambisinya hanya untuk kesenangan dan bernakal nakalan.
Namun masa masa itu, nampaknya akan segera berakhir..
Wide Awake....
Sekarang ia ingin membuka mata, ia ingin menyimpan semua kenangan buruk itu dibelakang.
Ia seperti disentuh tuhan.
Artinya.. Setelah dibacok itu di tawuran terakhir itu, suddenly ia teringat dengan Pesantren ini, tempat dimana dia pernah tumbuh disini. Dan pernah mengusirnya dulu. Namun ia ingin kembali ketempat ini, ingin mencari ketenangan. Tempat ini memang menjanjikan ketenangan, itulah alasannya kenapa ia ingin tinggal sementara disini , Ia teringat orang2 disini dan keadaan lingkungan ini.
Pagi itu, Roy terbangun dengan perasaan nyeri dibahunya. Luka bacok ini masih meradang. Nampaknya harus segera diolesi alkohol - Refanol dan diganti perbannya.
"Kamu udah bangun?" Terdengar suara wanita dibelakang Roy, saat ia sedang melamun sambil melihat sungai. Ustazah Ayni berdiri membawa ember cucian, masih memakai pakaian yg semalam, Roy kaget dan merasa sungkan.
"Iya ustzah, nostalgia ngeliat sungai ",
" hmmm.. Nostalgianya yg baik baik aja, yg buruk jgn diingat ingat" Ucapnya sambil membawa ember itu ke sumur dibelakang Rumah,
"Siap ustazah".
" Gimana lukanya ?".
Ia masih berdesis sedikit menahan rasa sakit. Ustad Fian yg memang masih ada dirumah menyusul kebelakang setelah mendengar ada yg berbicang bincang kecil..
"Kamu harus rebahan dulu, belum pulih",
" Cuma santai kebelakang Ust "
"Kirain mau mandi di kali.."
"Hehehee"
" ya udah saatnya ganti Perban"
Ucap Ustad Fian memegang lengan muridnya itu dan membimbingnya ke dalam, disusul istrinya ayni ia juga sempat iba mendengar desisan tadi,
"Kamu sudah subuh?" tanya ust,
"Belum"..
"Subuh dulu, Tayammum baru nanti ganti perban, nanti ustazah yg nyiapin"
Roy lupa2 ingat cara bertayammum, ustazah pergi ke dalam rumah untuk mempersiapkan alat2 obat, Roy tempelkan kedua telapak tangan ditembok ia laksanakan tayamum, lupa tata caranya, akhirnya, ia kena omel gurunya salah tata caranya, "Kamu Gimana, masa tayammum ngoles kaki",
" Hahahahaha"
Mereka berdua tertawa dikamar, disusul ustazah yg masuk membawa kotak obat ke dalam kamar, ia ikut tersenyum dan mulai mempersiapkan gunting serta perban.
Selesai Tayammum dan subuhan, Roy membuka Kaosnya sambil berdiri, tanpa aba2 ia tarik perban yg menempel dibahunya itu, " akhh" ucapnya menahan sakit sedikit. Ustad Fian kaget dengan lukanya yg dalam itu, namun tak sedikitpun Roy merasa lemas atau sakit atau tumbang, ia tetap masih bisa berdiri tegap, lengannya yg berotot dan dadanya yg bidang tanda bahwa fisiknya memang kuat.
"Kenapa kamu keliatan baik baik aja dengan luka sedalam itu ?"
Ucap ustad Fian bertanya sambil mengambil peralatan obat yg disiapkan oleh istrinya,
"Jangankan Ustad, orang dirumah sakit aja bingung tad,"
"Untung kamu sering latihan fisiknya, mangkanya kuat, badan kamu berotot",
Ustazah melirik sedikit ke dada bidang itu, hushh.. Kenapa harus melirik saat tepat suaminya disini, bahkan suaminya menyebut badan pemuda itu kekar berotot, ia memang cukup kagum dengan badan yg kekar itu, pemuda ini rajin olah raga, ciri ia bukan tipe pria yg pemalas, ustazah ayni berharap bisa menyembunyikan lirikan tadi dari suaminya, Jauh diluar dugaan memang, ustazah ayni kagum dengan kekuatan fisik anak itu.
ia mengambil refanol kemudian menyuruh suaminya mengolesi luka itu dengan perban yg sudah disiapkan, ketika di olesi ia hanya berdesis perlahan. Hebat sekali bisa menahan sakit. Bila suaminya seperti itu, mungkin pak ustad sudah menjerit, dan jeritannya terdengar sampai sesisi depan Pesantren.
"Udah jangan lagi2 kamu nakal seperi ini, buktikan kamu jadi baik" Ucap ust Fian sambil menasehati Roy.
"Siap ust, mungkin ini jadi codet terakhir saya"
"Ya, codet tukang berantem", Ucap ustad sambil sedikit tersenyum.
" Biar pulih dulu, nanti kalo sudah pulih kamu harus ikut pengajian dipesantren " lanjut ustad Fian.
Ustad Fian memang paling senior dipesantren itu. Tentu bila orang2 seisi pesantren tau bahwa trouble maker ini diurus olehnya, mereka akan memberi kesempatan yg sama kepada Roy sebagaimana ust Fian memberi kesempatan kepadanya.ustad Fian bilang jangan sungkan untuk mengikuti semua kegiatan pesantren bila sudah pulih nanti.
"" jangan ingat2 yg dulu, Kamu itu manusia, dan manusia bisa berubah, yg penting kamu tidak mengulangi, nanti kamu jatuh lagi, hanya keledai bodoh yg terjatuh dua kali dilubang yg sama,
Ustad Fian terus menasehatinya sambil mengolesi luka itu, berbagai macam cerita, kenangan dan kata - kata bijak terlontar dari mulut ustad Fian, mengena dihati Roy, Istrinya hanya melihat Roy , menyilangkan tangannya di dada, membuat tampilannya menonjol bagian payudara besarnya itu, diam2 Roy menikmati gelembungan itu.
"Uh Toge" ucap Roy sekilas dalam hati, namun ia memejamkan matanya sejenak, menghilangkan perasaan tak sopan itu, tak sopan melirik itu disepanjang ceramah suaminya.
"Ustazah coba tempel perban itu" perintah Fian ke istrinya, ustazah ayni memegang Perban sambil di lihat olehnya, ia melihat ustzah melumuri perban itu dengan Refanol, ia melumuri perban itu tepat di samping payudaranya, karena ia tidak ingin Refanol itu berserakan mengenai bajunya, "Coba sini tempel, biar kamu bisa saat saya ga ada" ucap suaminya,
Entah ayni merasa ragu atau memang sedikit canggung, menempalkan perban ke pemuda yg kekar itu, namun karena perintah suaminya, ia tak memikirkan apa2, ia hanya berjalan kebelakang Roy dan duduk dibelakang Roy, sementar sang ustad ada disampingnya. Ustad Fian sengaja menyuruh istrinya agar bisa, takut takut ustad Fian ada panggilan mendadak ke pesantren sehingga tak sempat mengganti perbannya, biar ustazah ayni yg harus bisa.
Secara perlahan ia pasang perban baru itu disekitar luka yg memanjang. Awalnya, ustazah tak memikirkan apa2, ia hanya fokus menempel peeban itu disamping suaminya. Namun karena dari dekat, Ustazah bisa melihat jelas perawakan kekar pemuda ini, ototnya terasa sangat keras.
Ia bisa mencium aroma kelaki lakian dari tubuh pemuda kekar ini..
hmmm, cowok banget, ucap ustazah, baunya cowok banget.. Tentu itu ucapan dalam hatinya, meski tetap ia fokus menempelkan perban itu,
Rambutnya terlihat tebal sedikit spike, Rahangnya terlihat tegas, tanda menunjukan ia cowo yg kuat, terlihat great shape lengan dan punggungnya, Muscular.
Menunjukan bahwa pria ini adalah tipe yg bisa melindungi siapa saja yg ada disekitarnya. All muscular, termasuk wanita seperti dirinya,
Belum apa2 Ustazah sudah merasa aman ketika dekat dengannya. Ibaratnya, bila ada maling atau perampok yg datang ke rumahnya, ia merasa aman dekat dengan pemuda INI. Ia yakin pemuda ini pasti menghajar maling itu. Entah kenapa ia tidak berpikir bahwa bukan suaminya yg harus menghajarnya, karena mungkin ia tau pak ustad tak akan mampu, ustazah pikir, suaminya sama takut seperti dirinnya.
Diam - diam ustazah mengagumi badan Roy tepat di samping suaminya.
"Hmmss" suara Roy berdesis ketika tangan ustazah nenempel di punggungnya, entah berdesis karena sakit, atau karena lembut kulit telapak tangan istri ustad Fian ini, bahaya, Roy harus mengalihkan pikirannya ke hal yg lain, sebelum otongnya berdiri disamping suami ustazah ini.
"Sakit?" tanya ustad,
"Ngga ustad, dingin Refanolnya" ucap Roy beralasan.
ustazah menyentuh otot kencang lelaki itu, sangat terasa bahwa lelaki kekar ini lebih cowok dibanding suaminya.
Ustazah sendiri cuek saat tak sengaja telapak tangannya menyentuh bagian berotot dari pemuda ini, karena suaminya melihat, ia hilangkan rasa canggung itu. Mesti terasa kencang otot itu, pemuda ini lebih kekar dibanding suaminya. Namun ia berusahan hilangkan rasa tak pantas itu dan tetap fokus ke pengobatan.
" Nanti bakal banyak ustad yg datang ke sini, ustad mau ngajar dulu seharian ini, kamu disini dulu sama ustazah, kalo ada apa2 bilang ustazah. " cerocos ustad Fian
"Iya stad",
Ustad Fian pergi keluar kamar untuk bersiap siap mengajar, ustazah berdiri karena telah selesai memasang perban itu, ia berjalan menuju meja merapihkan kotak obat, posisinya membelakangi Roy.
Karena membelakanginya, Roy kaget saat melihat pantat montoknya dibalik Rok warna ungu itu, Roy berusaha membuang wajah namun tak bisa, begitu besar bokong semok milik istri ustad itu. " kalo sarapan datang aja ke Rumah.. Sudah ustazah siapkan " ucap ustazah masih merapihkan obat namun tak menyadari ada pemuda kekar dari belakang yg tak sengaja melihat dengan tak sopan bokong besar miliknya. "Iya ustazah.. Syukron".. Roy berusaha agar menghilangkan pikiran macam2nya, namun cetakan bokong itu, yah super montok itu mulai terlihat garis celana dalamnya, ah shit, kontolnya mulai perlahan berdiri.
" Kamu masih inget bahasa arab" ucap ustazah membalikan badan sambil tersenyum karena suprise dengan jawaban syukronnya.
Roy ikut tersenyum, dia memakai kaos warna putihnya itu sambil bilang "lla Qaliila (Hanya sedikit)," entah itu bahasa yg benar atau yg diucapkan Roy, ia bahkan mengucapkannya sambil tersenyum, karena itu yg dia ingat. See, Roy sebenarnya anak yg cerdas, hanya kenakalannya saja yg menutupi kecerdasannya itu.
"Hahaa.. Bisa aja kamu" ucap ustazah menertawakan mantan anak muridnya yg bandel ini. Tapi tunggu, kenapa Roy diam saja, setelah memakai kaos tadi Roy diam sambil memperhatikan dirinya. Ustazah melihat kebawah ternyata setelah memasang perban tadi, tak sadar membuat jilbabnya tersingkap kesamping tak menutupi kemeja panjangnya yg ngepas, membuat tampilan cetakan payudaranya itu menonjol, ohh , Dia sedang melihat Lekuk tubuh istri gurunya ini.
Buru- buru ustazah merapihkan penampilan hijabnya itu, langsung bersikap sopan, bersikap santai. Melihat pemuda kekar itu, membuat pipinya sedikit memerah. Lekuk tubuh Ustazah memang menjadi pesona bagi lelaki yg melihatnya. Begitu pula wajahnya yg cantik Serta manis
"Hmmm.. Ya sudah nanti mandi makan masuk aja kerumah"..
Roy berharap ustazah tidak melihat kedepan celananya, kontol 8 setengah inchi miliknya yg tebal itu sedang berdiri. Roy mulai mencari bahan pikiran yg lain agar bisa menghilangkan ini semua " itu istri gurumu, bodoh, jangan macam2".pikir Roy dalam hati.
"Luka sebesar itu ustazah baru liat sekarang, untung fisik kamu bagus" ucap ustazah "berantem melulu sih"
Ustazah meninggalkan Roy sambil berjalan keluar, dan membawa kotak obat itu, hampir dekat pintu keluar ustazah bicara pelan
"Anak Bandel" ucapnya lagi.
Pemuda itu tak menjawab pernyataan ustazah, ia hanya bilang terima kasih sambil tersenyum.
Ustazah menggeleng gelengkan kepala, secara syariat harus menjaga pandangan dari lelaki yg bukan mahromnya, itu dosa besar, ustazah hanya kembali melakukan aktifitasnya dan melupakan kejadian tadi.
_-_____________
Ustazah Ipah sedang bersiap siap untuk pergi ke tempat kuliahnya dikota, anaknya ia titipkan ke bibi yg tinggal bersamanya, karena suaminya ustad juned hari ini sedang ada jadwal mengajar dipesantren. Ustad juned mengajar fiqh dasar dipesantren itu, sedang kan ustad Fian mengajar Fiqh atas dan kitab2 klasik. Kadang mereka mengajar muthala'ah dan kesenian menulis dasar. Tentu selain itu mereka diberi jadwal pelajaran yg lebih banyak, mengingat seniornya mereka ditempat ini.
"Pah.. Katanya Roy anak yg dulu bandel itu udah ada disamping Rumah ayni" ucap ustazah ipah yg sedang memakai lipstik sebelum berangkat kuliah itu.
"Iyah.. Papah tau.. Nanti siang banyak guru yg mau ngeliat..".
" mudah2an mau berubah yah pah ga kaya dulu"
"Abah haji (Kyai Basri) percaya dan menyetujui dia tinggal disni sementara, kita juga harus percaya",
" ya sudah, mamah berangkat dulu ya pah, udah ditungguin temen, nanti jadwal mamah ngajar udah digantiin sama ustazah Iza .. "
"Yah hati hati dijalan"
Ustazah ipah pamit sambil cium tangan ke suaminya dan beranjak keluar. Memang pesantren punya tanggung jawab penuh terhadap perkembangan kemampuan para ustad ustazah nya. Bila ada diantara pengajar yg belum strata satu maka dikuliahkan mereka semua disalah satu kampus islam dikota. Peejalanan dari pesantren ini ke kota memakan waktu satu jam setengah. Untung ustazah ipah tidak sendiri, ia bersama ustazah - ustazah yg lain yg belum strata satu berangkat bersama sama naik kendaraan yg disediakan dipesantren.
Saat melewati Rumah Ayni, terlihat dua ustad senior sedang berdiri didepan Kamar samping rumah ayni itu mengobrol. Mereka sedang berkumpul dengan pemuda yg tak ia kenal, pemuda itu terlihat menarik..
Ga mungkin itu Roy.. Itu Royhan" ucap ustazah sahipah yg kaget saat melihat pemuda atletis itu berdiri dengan ustad ujang dan ustad boim. Udah beda bgt, ucap ustazah lagi. Kerena penasaran ia pergi ke rumah ayni yg kebetulan ustazah ayni sedang menyapu dipipir rumah pagi itu,
"Asaalamualakum eyni itu siapa?" tanya ipah yg memang memanggil ustazah ayni dengan sebutan eyni, karena itu adalah panggilan kesayangannya.
Ustazah ayni tersenyum "Itu Roy.. Royhan.." ucapnya sambil meneruskan nyapunya.
"Ganteng " ucap ustazah ipah kaget bahwa tebakannya benar itu Royhan, anak bandel yg dulu dikeluarkan.
"Hihii.. Aku juga liat pertama kaget, udah berubah .. Dia lagi luka, lagi masa pemulihan.."
"Oh ya.. Mudah2an cepet sembuh.. Nanti sepulang kuliah aku mampir".
" Jangan bawa ustazah jomblo kesini, bisa ribet" ucap ayni sambil tertawa.
"Hihi bisa aja kamu eyn, udah aku brangkat dulu, assalamu'alaikum"
"Wa'laikumsalam".
_-__
Hari - hari berikutnya, Roy tidak melakukan apa- apa sesuai dengan instruksi ustadnya, ia menunggu pulih. Kadang ia melakukan video call dengan Kyai Basri yg sedang melaksanakan haji disana. Sambil vc kyai basri sambil menasehati bahwa harus dipergunakan baik baik waktu selama dipesantren. Namun selalu berpesan tetap tinggal di Rumah yg disediakan ustad Fian jangan terlebih dahulu bersatu dengan santri santri yg lain.
Namun Menjelang hari yg ketiga dipesantren,
Luka Roy sudah sembuh, ia mulai pulih, meski tetap ia masih dalam tahap pengobatan. Ia mulai mengikuti kegiatan kegiatan pengajian dipesantren, sejujurnya itu seperti beekah untuk Roy, karena belajar kembali ilmu yg dulu didaoatnya, belum satu minggu Roy sudah terkenal disana, karena sifatnya yg supel dan gampang berteman ia sudah dekat dengan beberapa santri senior dan ustad yg mengabdi. Pesantren itu memang luas, mungkin lahannya hampir 15 hektar namun hanya sebagian yg diisi bangunan sebagiannya masih kebun kebunan.
Hampir setiap hari ustad dan ustazah dengan apik merawat dan mengobati Royhan dirumah setiap pagi. Mereka semakin akrab, meski sekali atau dua kali Royhan suka melirik istri ustadnya itu, namun Roy berusaha menjaga sikap untuk bersopan santun disini. Semuanya berjalan seperti biasa. Seperti pagi ini.
Luka Royhan memang terlihat mulai pulih pagi ini, namun ia harus tetap mendapatkan terapi yg terus menerus. , Ustad serta ustazah bergantian menyembuhkan luka itu.
Ustazah tak pernah berani mengganti perban sendirian sehingga berduaan dikamar sebagaimana waktu ITU. Mesti mereka sudah dekat, sering melempar canda satu sama lain, namun tetap ia mengganti perban dengan ditemani suaminya,
Namun tidak pagi ini nampaknya..
Ustad Fian Harus mengajar ngaji subuh dipesantren sampai jam sembilan siang, mengharuskan Ayni mengganti perban swndiri tanpa ditemani suaminya. Meski Ustazah ayni menolak, namun karena perintah suaminya, ia harus tetap mengganti perban itu seperti biasa.
Mungkin pikir ustad, hal itu bukan menjadi masalah lagi, karena disamping ustazah sudah lancar mengganti perban itu, Roy juga menunjukan perubahan yg baik lima hari ini. Tak mungkin bila salah cara sedikit bisa membuat lukanya semakin parah, disamping itu pula, mereka sudah dekat dan tak lagi canggung.
Saat ustzah mempersiapkan kotak obatnya dan hendak pergi kamar Roy,, tak sengaja ustzah melihat cermin dikamarnya, ia malah melihat cermin itu melihat penampilannya sebelum pergi ke kamar Roy pagi itu, entah kenapa ia ingin terlihat bagus didepan pemuda ganteng itu. Ini memang pertama kalinya kalinya ia akan berduaan dengan lelaki kekar itu, tanpa ada suaminya. ia merapihkan pakaiannya, Ustazah melihat Rok hitam yg dipakainya pagi itu terlalu ketat untuk bokong besarnya itu,
Ia diam memperhatikan, dan bilang dalam hatinya, ganti.. Ganti.. Itu terlalu seksi untuk dilihat lelaki yg bukan suaminya, terutama dilihat pria kekar itu, ia juga menunjukan sikap yg mengesankan selama disini, namun diam diam dia malah tetap beranjak ke kamar Roy, ia tahu bahaya bila Roy melihat rok ketatnya, entah kenapa ia merasa malas, ia beranjak menuju kamar Roy dengan stelan rok hitam nge pas dan jilbab coklatnya,
"Roy.. Udah bangun belum? Assalamua'laikum... Royhaan "
ucap ustazah memanggil sambil mengetuk pintu itu,kemudian karena sudah terbiasa setelah salam ustazah langsung masuk kedalam tanpa mendengar jawaban dari Roy.
Ustazah kaget melihat Roy terkelungkup dibawah berkeringat tanpa kaos, ternyata Roy sedang latihan Push up, ia melihat ustazah dan berdiri tersenyum sambil menahan malu, "Maaf stazah aku sedang mau gerak ga betah kalo ga latihan" ia mengambil kaos dan segera menutul dada telanjangnya,
"Jangan pake kaos, ganti perban dulu," perintah ustzah saat melihatnya merasa malu dan hendak menutupi dada bidangnya, otot lengannya terlihat kekar, karena berkeringat, ustazah bisa mencium aroma kelaki lakiananya dari tempatnya berdiri.
Awalnya Hendak memakai kaos, karena mendengar ustazah tadi, ia simpan kembali kaos itu ke atas kasur. Ia melihat ustazah dengan jilbab coklatnya dan setelah coklat hitam yg ngepas di tubuhnya, memang ustzah cantik itu terlihat hot dimata Roy, apalagi dengan tampilan aslinya yg belum mandi.
Ustazah berjalan ke meja "Pak ustad mana ustazah?" tanya Roy.
Ia membelakangi Roy menyiapkan obat di atas meja, oh shit Rok ketat itu", jerit Royhan dalam hati saat melihat Rok yg terlalu ketat menutup bokong semoknya.
"Sekarang Jumat, mangkanya ngajar ngajinya subuh sampe jam sembilan nanti"
"Uhmm.." jawab Roy sambil mengalihkan pikiran ke hal yg lain, tanpa melihat ke cetakan bokong semok itu, sambil menasehati diri nya sendiri "itu istri ustadmu"
"Kamu olah raga ?"
"Cuma push up ustazah"
"Tapi kan harus nunggu pulih total dulu",
" Aku ga biasa diem ustazah kalo badan udah enakan",
"Hmm, tapi tetep harus pulih total, nanti sia sia terapinya".
" Sudah kuat lagi ustazah, sudah seger"
Ustazah mendekat, mulai menaburkan alkohol dan Refanol di bekas luka yg memang sudah keliatan mengering itu, apa cuma pikiran Royhan?, atau memang dia mulai mencium bau tubuh ustazah yg memang belum mandi itu, bau tubuh yg enak dihidung Roy, membuatnya sedikit ngaceng.
"Kamu emang banyak Latihan dirumah ?"
"Hmm.. Kebetulan emang . ikut MMA ustazah dideket rumah"
"Apa itu MMA ?"
"Semacam seni bela diri campuran, fighting, mangkanya harus tetap dilatih tubuhnya supaya kuat"
"Oh pantes" ucap Ustazah mulai memegang otot lengannya dengan telapak tangan lembutnya "Tapi buat olah raga aja yah, buat kesehatan, jangan nakal berkelahi lagi".
Roy tersenyum " Hehee iya ustazah" ia menganggukan wajahnya, Kemudian Royhan bercerita tentang alasan perkelahian terakhirnya itu, sambil ustazah mengobati luka itu, Roy bercerita banyak Hal tentang kehidupannya, kesehariannya, benar Bahwa Roy anak yg cerdas, meski ayahnya sangat kaya Raya, tapi dia mandiri, hanya saja kenakalnnya yg menjadi penghalangnya. Kalo seandainya ia tidak nakal ia bisa menjadi pemuda yg sukses.
"Ustazah tau otak kamu itu encer, kalo kamu tidak nakal dan mau sedikit serius kamu pasti bisa sukses"
"Hidup kan ga ada yg tau ustazah, mudah2an kalo disini Roy bisa tenang dan ada perubahan"
"Polisi masih nyari nyari kamu?"
"Kata daddy sih masih ustazah, cuman daddy lagi nge lobby orang2 aana yg pernah saya hajar agar dihentikan laporannya, daddy maunya secara kekeluargaan"
"Terus kamu ngumpet disini yah, dirumah ustad mu, ustazah jadi ngerasa ikut jadi kriminal"
"Hehee.. Tenang ustazah, daddy orangnya rapih koq, pasti masalahnya juga rapih"
"Emang berapa orang yg kamu hajar ?" ucap ustazah saat sedikit meremas otot kencangnya itu..
"Ga keitung ustazah, kan namanya juga tawuran, asal hajar, karena tak hati kena sabetan pedang",
Entah kenapa, Ustazah ada sedikit perasaan kaget tapi takjub saat pemuda ini bilang bahwa tak terhitung orang yg sudah dihajarnya, pasti pemuda ini kuat, terlihat dari ototnya yg disentuh telapak tangannya ini.
" Ya sudah, jangan diulangi lagi.. Udah.. Selesai" ucap ustazah saat selesai memasang perbannya,
Ia berjalan ke meja, karena sibuk memasang perban tadi, jilbab coklatnya seperti biasa tersingkap, payudaranya montok menggunung dibalik kemeja hitam terlihat jelas. Ia kembali membelakangi Roy, karena menyimpan kembali obat obatan itu, sungguh ketat Rok yg dipakainya itu membuat Roy kembali salah Fokus.
Ustazah terdiam setelah merapihkan obat, ia tau Rok yg dipakainya itu menampilkan bokong semoknya, namun entah kenapa, lagi - lagi ia seperti membiarkan laki laki kekar itu melihatnya, ia memutar badannya dan bilang,
"Kamu tau, pertama kali ustazah ngilat kamu ustazah kaget"
"Kenapa ustazah ?"
"Kamu makin.. " agak ragu2 ustazah mengucapkannya terlebih tak bersama suami disini "Beda....." ucap ustazah akhirnya keluar, sedikit pelan ia mengucapkan kata gagah itu, "Beda sama yg dulu, ustazah sahipah juga kaget, kamu sama yg dulu beda, sekarang juga ustazah liat kamu sudah bisa jaga sikap, lebih dewasa",
" hehee.. malu saya ustazah, saya juga belum ketemu ustazah ipah cuma sama ustad juned,"
"Soalnya dia lagi kuliah bareng yg lain, program pondok harus menguliahkan guru yg belum s1"
"Ohh pantes".
Ustazah ayni duduk disebrang kursi Royhan didekat meja obat " Ya sudah kalo udah seger seperti ini gpp kamu ikut pengajian yg diadaain suami saya dipesantren, sambil kamu memikirkan masa depan kamu seperti apa nanti"
"Iya ustazah"
Mereka berbicara mengenai kegiatan kegiatan pesantren yg bisa diikuti Roy setelah dia pulih nanti, sampai akhirnya Roy memnaggil..
"Ustazah...."
"Ya"
"Ustazah belum ada momongan",
Raut ustazah berubah, ia terlihat resah " Hmm.. Belum "..
"Mau saya bantuin ?" ucap Roy dalam hati, tentu itu hanya pertanyaan batinnya yg sableng.
"Nanti juga dapet ustazah" ucap Roy menghibur.
"Iya sih semua ada waktunya",terlihat diraut ustazah sudah tidak sabar menunggu tapi ia tetap pasrah. Mungkin ada masalah di ustad Fian pikir Roy namun ia tak enak bila harus menanyakannya, ustazah ayni sangat terlihat sehat walafiat secara fisik.
" 8 tahun yah ustazah",
"Iyah udah coba ini itu kalo belum waktu belum bisa"
Mereka kemudian sedikit membicarakan masalah ini sampai akhirnya ustazah sendiri membuka bahwa masalahnya ada di suaminya..
"Sabar aja ustazah, nanti pasti dapet"
"Aamiin"
"Ustazah bilang ngeliat saya kaget, Saya juga pas pertama liat ustazah kaget"
"kenapa ?"
"Makin cantik"
"Bisa aja kamu"
"Iya" sebenarnya Roy ingin bilang semakin Semok, namun mengingat tempatnya disini, sepertinya tak mungkin, "Bener ustazah, makin cantik, berisi".
" Iyalah dikasih makan, pasti berisi"
"Hehee, makin berisinya dimana mana"
Ustazah masih melihat pemuda itu sambil tersenyum, memang kata berisi itu paling cocok sebagai kata yg dilontarkan pemuda yg sedang menggodanya ini,
"Kamu ada pacar?
Roy melihat jilbab coklatnya masih tersingkap menampilkan gelembungan toge itu,
" Belum"
"Masa cowo kaya kamu belum ada pacar, ga percaya aku".
" susah dijelasin ustazah",
"Kalo bisa jangan pacaran, dosa",
" bukan pacaran sih ustazah"
Karena kenakalannya, juga fisik yg dimilikinya, sebenarnya Roy tentu sering dengan wanita dan berakhir dengan menidurinya, Ustazah paham dengan maksudnya, ia hanya menggeleng- gelengkan kepalanya tanda paham..
"Ya udah kamu jangan nakal lagi, cari yg kamu mau, fokuskan"
Ah andai ustazah tau, kalo Roy sedang Fokus ke istri ustadnya yg semok itu, bahkan mungkin ia punya kesempatan untuk bisa menghamilinya.
Ustazah sendiri Sebetulnya tidak yakin dengan ucapannya itu, dengan ucapan jangan nakal lagi, tidak dengan lirikan matan pemuda gagah itu yg sesekali melihat tonjolan payudaranya, entah kenapa seharusnya dia merapihkan kembali jilbab yg tersingkap itu, namun malas dan membiarkannya terbuka, ustazah masih yakin kalo ia masih bandel.
"Suami aku sebentar lagi pulang" Ucapnya sambil berdiri, dan melihat pemuda itu lagi dan lagi, dan sedikit mendekat berjalan keluar melewati Roy dan membiarkan bau tubuhnya tercium kembali, bau tubuh nikmat seorang istri ustad yg belum mandi. Disamping itu saat melihatnya dari samping, bokong montoknya kembali terlihat, Roy mulai berpikir akan tinggal lebih lama lagi disini.