Chapter 4 : The Cuckold Husband
Mbak Wati

P.O.V Hendra
(ruang isolasi polsek, pkl 13.30).
"BANGSATTTT..." ANJIING .!!!
Suaraku meggema keras diruang isolasi ini, aku berteriak sambil memukul tembok yg berwarna kuning gading yg terlihat pucat ini, sampai - sampai tono terbangun Dari tidurnya.
"Kenapa mas.."? Tanyanya.
Aku tak menjawab, melihatku diam saja. Kemudia ia tertidur kembali, karena menganggapku marah biasa.
Aku marah berat karena melihat foto yg tidak sopan.
Foto istriku bersama Ryan yg menempel ketat dibelakangnya, terlihat mesra karena istriku menjulurkan lidahnya ke arahku sambil dipeluk bossku itu Dari belakang.
Sangat Tidak sopan bukan...
Bila anda melihat istri anda ditempel dengan lelaki itu. Terlebih lagi, ditempel oleh orang yg menghajarku habis - habisan kemarin.
Apa yg ada dipikiran istriku ?. Malah berani ia mengirim foto tidak sopan itu padaku siang - siang itu. Harusnya ia ada di sekolah, namun nampaknya ia janjian dengan boss proyekku itu disebuah tempat makan.
Bossku yg mengajak makan?, atau istriku yg malah mengajak lelaki yg berbahaya ini makan dengannya. Mengajak makan istriku, bercengkrama dengan istriku, atau mungkin saling melempar senyum dengan istriku. Aku lihat ia memakai jilbab warna pink yg kecil itu, aku yakin ryan bisa dengan nikmat melihat dada istriku yg membusung itu dibalik baju pegawai negerinya itu. Atau mungkin menggodanya, memegang tangannya, atau justru hendak mengajaknya kencan. Aku mulai berpikran yg tidak - tidak tentang istriku yg terlihat dekat dengan ryan. Sementara aku, suaminya, mendekam diruangan isolasi ini. Tak bisa berbuat apa - apa.
Atau mungkin seandainya pun aku tidak di penjara, apa mungkin aku bisa menahan Ryan bila tertarik dengan istriku ?. Umurnya yg masih muda dengan fisik menarik itu, bila ia tertarik dengan istriku yg seksi itu. Apa aku bisa berbuat apa - apa ?.
Melihatnya mengajak istriku makan keluar, melihatnya menggoda istriku, saling mesra, dan melihatnya memghabiskan makan malam dengannya.
aku cemburu.. Aku marah.. Itulah alasannya tadi aku memukul tembok sambi marah.
Tapi...
Tapi kenapa.. aku malah mulai merasa ada yg bangun dari selangkanganku,
aku ereksi.. Oh iya aku ereksi. Memikirkan istriku yg didekati oleh pria ini. Terutama oleh pria yg menghajarku habis - habisan kemarin. Selain mengalahkanku, ia malah mengajak makan istriku, berdekekatan, bercengkrama, berfoto dekat dengannya, sambil memeluknya dari belakang.
"Anjing" umpatku sambil mengepalkan tanganku.
Dari foto itu, aku bisa yakin bahwa ryan bergesekan dengan istriku. Bergesekan Menempeli pantat bohay istriku, pantat yg sering menjadi bahan fantasi para pria bila melihatnya, pantat yg seharusnya hanya bisa di nikmati olehku suaminya, namun sekarang, malah dinikmati oleh bossku. Aku yakin ryan bisa merasakan ketebalan bohay pantatnya istriku.
Jangan - jangan ia ngaceng.. Siall..
Ditambah, saat istriku dipeluk olehnya, lidah istriku menjulur kedepan, menjulur ke arahku di foto itu sambil mengedipkan matanya, seakan - akan meledekku..
"Ini orang yg ngehajar elu kemarin, ga bisa lu berbuat apa apa ".
Ah bangsat.. kenapa istriku malah mengirim foto ini kepadaku,
Aku merasa dadaku ingin meledak, terasa sesak, tapi kenapa.. Kenapa lama maan aku malah memijit - mijit " penisku ini" yg sudah sangat mengeras dibalik celana. Aku harus buru - buru menyembunyikan ereksi ini agar tak ada yg curiga.
_----_______________________
Mbak Wati

P..O.V MBAK WATI ( sebagaimana yg di tuturkan olehnya sebagian ke ryan)
Tuk... Tuk... Tukk.. Tukk...
Suara hak tinggiku bergema di sebuah lorong di ruang polsek ini, dilorong polsek menuju tempat isolasi suamiku, sepatu hitam hak tinggi ini terdengar cukup keras saat aku hendak menengok suamiku ke ruang isolasi.
Setelah melobby polisi ke sana kemari, akhirnya aku diperbolehkan untuk menengok suamiku. Dengan memakai stelan celana yoga berwarna Hitamku serta dipadu dengan sepatu hak yg tinggi, aku sangat yakin kalo pantat bebekku bergoyang ke sana kemari, Namun teatap aku berpenampilan sopan dengan kemeja coklat serta jilbab hitamku.
Namun... meski memakai jilbab ini, Aku berharap tak ada orang dibelakangku. Karena bila ada, pasti bisa menikmati pemandangan Pantat besar ini, Tercetak indah di celana yogaku. Karena nampaknya, para lelaki sekarang banyak yg tak perduli bila wanita yg memakai celana yoga ini sudah memiliki suami.
Aku berjalan sambil merasakan rasa pegal di area kewanitaanku.
Aku sembunyikan rasa pegal itu dengan berjalan pelan berusaha agar tidak terlihat "berjalan egang' Sambil mengusap - usap wajahku dan membawa bungkusan makanan untuk suamiku.
Saat disana, aku duduk di disofa dan menyimpan makanan suamiku di atas meja. Kami disediakan ruangan khusus bila ingin bertemu dengan para tersangka yg sudah di tahan.
Muncul Suami ku, ia datang bersama salah satu polisi yg berpakaian seperti preman yg menjaganya. Saat melihatku, kami saling melemparkan tersenyum. Polisi itu mulai membuka borgol suamiku dan membiarkannya duduk disofa bersamaku sampai polisi itu keluar.
Awalnya ia hanya terdiam memandangku, dengan jilbab hitam, kemeja coklat dan celana yogaku, sempat aku bertanya apa ia melihat yg berbeda dari penampilanku ?. Ia melihatku seperti aku habis kelelahan, karena wajahku terlihat agak sedikit basah karena keringat.
" udah mandi belum ? " tanyanya yg mulai memecah kebisuan dengan terlihat senang dengan makanan yg kubawa.
"Belum.. Sepulang ngajar sore langsung salin, langsung kesini " ucapku.
Kami membicarakan keadaannya selama di penjara tiga hari ini, tentang keadaan ruang isolasinya, perlakuan yg diterimanya selama diruang isolasi ini, bagaimana makannya, sampai membicarakan keadaan mas Tono didalam sampai ia selesai makan.
Kemudian kami sama - sama terdiam.
Aku hilangkan perasaan nervous Ku ini dengan berdiri sambil mengambil minuman diruang tunggu ITU dan duduk kembali, Tiba - tiba ia memecah keheningan
" Terusss... Gimana..?" Tanyanya pelan Dan datar sambil melihatku yg memegang gelas minuman itu.
Aku melihatnya sejenak dan meminum minuman itu perlahan kemudia bertanya.
"gimana.. Apa?"
Ia mendekatkan wajahnya kedekatku sambil berbisik.
"Kamu udah ngomong sana ryann.."?
Mendengar pertanyaan suamiku itu. Aku terdiam sebentar,
Kemudian menggigit bibir bawahku karena mengingat Ryan ia sebenarnya ada masih menungguku dimobil mengantarku menemui suamiku ini.
" iiiii..ya... Semacamnya"
Ucapkku masih memegang gelasku Dan memutar mataku mengalihkan wajahku Dari suamiku,
Aku menggigit bibirku karena mengingat ketika mengucapkan "semacam" nya itu, Adalah bayangan penis Ryan yg menyodok - nyodok memekku, mengaduk - aduk sebelum aku bertemu suamiku ke sini.
Selangkanganku masih terasa pegal saat tadi berjalan menemui suamiku kesini.
-__------------
Sebelum aku melanjutkan pembicaraan dengan suamiku ini, ada baiknya aku beralih kebelakang untuk menjelaskan bagaimana semua ini dimulai.
Aku tak menyangka, bahwa awal semua bencana di proyek ryan itu adalah Dari foto yg diperlihatkan Ryan dua hari yg lalu dari rumah makan itu bersamanya.
Aku membuka mataku lebar - lebar, kaget Dan tak Percaya dengan foto yg kulihat di Hape Ryan waktu itu. Apalagi ketika Ryan menjelaskan, bahwa orang ini berbicara "membunuh suamiku Dan mengancam akan mengacak - ngacak proyek" bila hukuman suamiku tidak di tambah.
Aku kaget ternyata awal bencana dari kejadian kasus di proyek suamiku adalah dimulai lelaki itu.
Aku memang sangat mengenal lelaki itu, namun setelah lama - lama berpikir sambil melihat foto lelaki itu, aku mulai paham, dan berpikir tak terlalu menyalahkan lelaki itu.
Namun pada dasarnya, Aku justru menyalahkannya suamiku..
Ya, setelah melihat dan kaget melihat foto itu aku mulai mengingat masa lalu, dan suamiku lah yg menjadi biangnya permasalahan di proyek itu,
ketika aku melihat foto lelaki itu. Aku mulai mengingat kesalahan masa lalu yg di perbuat oleh suamiku sendiri. Sifat kepengecutannya, sampai - sampai jadi bencana tersendiri buatnya.
**
Aku adalah Wati Sheila pratama, seorang wanita sederhana yg lahir di semarang, aku memang lahir di semarang, namun aku besar dan sangat lama dibogor, hampir lebih dari lima belas tahun aku tinggal dipinggiran kota bogor untuk mengajar, umurku 34 tahun, dan bersama suamiku telah membina rumah tangga selama 7 tahun ini. Hampir semua saudaraku dan teman - temanku justru banyak yg ku kenal adalah berasal kota hujan ini. Sehingga aku hafal seperti apa pola masyarakat dan juga lingkungannya.
Aku adalah tipe istri yg sederhana.
Aku lulusan pesantren di kotaku dulu, sehingga sifatku agak pemalu dan selalu menjaga nilai nilai kesopanan sehari harinya. Walau setidaknya.. Tidak sampai sekarang.
Aku Sama sederhananya sebagamana istri - istri lain yg ada dilingkunganku. Aku mencuci, memasak untuk suamiku, mengerjakan pekerjaan rumah untuk suamiku, dan hobyku adalah mengajar. Awalnya aku hanya menjadi Sub's disalah satu sekolah madrasah diikotaku. Kemudian pada awal 2010 lalu aku diterima sebagai guru Negri sipil disekolah SMP negeri yg tak jauh Dari rumahku.
Awal rumah tangga antara aku Dan mas hendra semua berjalan lancar. Kami dikaruniai dua orang anak. Mas hendra awalnya bekerja dari pabrik - kepabrik, sampai akhirnya ia pindah menjadi kepala gudang di proyek properti tak jauh dari rumahku. Proyek itu sedang membangun ruko yg banyak memanjang dipinggir jalan utama itu. Untungnya karena jabatan kepala gudang ini, kami bisa hidup layak dari penghasilan suami sebagai kepala gudang di proyek itu.
Walau..
Akhir - akhir ini aku merasa aneh dan curiga, bagaimana mas hendra bisa menambah penghasilannya sehingga akhirnya kami bisa pindah ke rumah yg lebih mewah, lebih besar, dan mengganti kendaraan kami diluar mobil pasaran. Yang membuatku curiga, ia mendapatkan nya dengan cara instan, tiba - tiba saja dia bilang ini adalah hasil kerja sampingannya bersama tono di luar proyek. Walau curiga, aku percaya saja omongan suamiku ini. Karena berpikir sudah kewajibannya membiayai rumah tangga kami.
Yang telah diketahui oleh orang - orang sekitarku, mereka mengenal bahwa mas hendra pendiam. Namun pada dasarnya ia adalah orang yg sering ku sebut "pendiam yg menyebalkan". Aku adalah orang yg suka berkumpul dan bertemu keluarga dan teman - temannku, namun mas hendra lebih suka menyendiri, ia selalu menyendiri, walau akhir pekan ketika ia tak bekerja, selalu saja membuat alasan agar tidak ikut untuk kumpul dengan teman - temanku.
Sifat mas hendra yg paling membuatku benci dan "Tak ketelan" adalah sifat pengecutnya, atau sifat tidak beraninya terhadap orang atau masalah atau pekerjaan yg dihadapinya. Namun diam - diam dia suka licik, karena pendiamnya, jarang orang yg tahu kelicikan sifat aslinya. Sering ia berbuat sesuatu namun tak meneruskannya karena sifatnya pengecutnya yg plin-plan dan tak berani, sebuah sifat yg menurutku kabar buruk Bagi setiap lelaki.
Ketika menghadapi orang tertentu, dia tak berani langsung bicara ke orangnya, ia malah menyuruhku untuk menghadapi orang itu. ketimbang ia sendiri harus berani seperti laki - laki sejati menemuinya. Namun ia malah menyuruhku, tak berani menemuinya.
Seperti seorang penagih hutang yg datang ke rumah kami sebelum kami pindah ke rumah mewah, berkali - kali ia malah menyuruhku menghadapinya ketimbang ia sendiri yg harus maju.
Awalnya aku hanya mengira karena sifat pendiamnya, namun lama - lama aku mulai tau bahwa itu hanya sisi pengecutnya yg malah ia bebankan kepadaku. Lama - lama aku alergi dengan sifatnya yg satu ini. Benar - benar merepotkan, APA - apanya dalam menghadapi masalahnya harus aku yg harus Turun tangan.
Bahkan banyak diantara pekerjaan laki - laki ia malah menyuruhku untuk mengerjakannya, kadang aku kesal dan malas.
Namun.. Karena ia suamiku, aku harus tetap menuruti perintahnya, karena ajaran dipesantrenku dulu aku harus taat terhadap suami.
Aku suka mencuci bajuku dibelakang rumah ketika aku dan suamiku tinggal dirumah lama. Kamar mandiku adalah tipe yg terbuka, terdiri dari sumur dan halaman yg luas dibelakang rumah dengan bale coklat yg menjadi dindingnya. Disekelilingnya bale luas, namun atapnya terbuka. Tak mungkin ada orang yg bisa melihatku kecuali orng itu memang sengaja bermain dikebunku dibelakang, sehingga bisa melihat ke arah sumur belakangku.
Ada seseorang yg membuatku risih...
Dia adalah pemuda kampung yg suka bermain di kebun rumahku untuk mengambil kayu. Anehnya.. Ia datang mengambil kayu itu sesuai dengan tiap waktuku ke sumur. Baik untuk mandi maupun untuk mencuci pakaian.
Ake memang selalu merasa tak nyaman bila sudah disumur memakai baju yg tertutup, sepulang mengajar aku selalu memakai pakaian yg terbuka tiap ingin mencuci ke sumur. Baik walau hanya memakai kain sarung yg di kaitkan ke tubuhku, atau memakai tanktopku, bahkan karena ingin merasa nyaman, sering aku hanya memakai bra saja bila ke sumur.
Payudaraku memang besar, bulat putih, Aku memang mempunyai tubuh yg agak chubby namun tak bisa dibilang gemuk. Cukup membuat para lelaki hidung belang bersiul bila melihatku, di anugrahi kulit yg putih, dan payudara yg bulat besar. pantatku seperti bebek, besar alurnya menungging kebelakang.
Bayangkan...
Bila pria yg melihatku memakai baju tertutup saja sudah terlihat tergila - gila, suka dan mabuk setiap melihat tubuhku dibalut baju tertutup itu. Bagaimana bila aku telanjang didepan mereka ?. Aku yakin banyak di antara mereka yg mati ditempat, karena serangan jantung mendadak.
Setiap laki - laki yg berada disekitar tempat ku ngajar, tak sedkit di antar mereka yg mencoba merayuku, mencoba - coba mendekatiku, agar bisa mengajakku kencan, aku selalu bilang ke mereka kalo aku sudah menikah. Namun nampaknya, percis yg pernah kubilang, meski sudah kubilang bahwa aku telah bersuami, namun itu tak menghentikan langkah mereka untuk bisa mendekatiku. Walau semuanya tak pernah ku gubris.
Ada seorang pemuda desa di kampungku yg sering bermain di kebun rumahku. Setiap ia main, tentu ia pernah melihat ke arahku yg hanya memakai sarung coklat kecil yg hanya dikaitkan ke tubuhku, walau sumurku dikelilingi bale, namun dinding bale itu amat pendek, bila orang memang sengaja main ke kebun rumahku dengan mudah ia bisa melihat tubuhku yg setengah telanjang ini.
"Reza" ucapku kaget sambil menutupi belahan dada dan bahu telanjang mulusku dengan tanganku sendiri. Namun tetap, walau tertutup tanganku, ia tetap bisa melihat montoknya belahan payudaraku yg dijepit kain jangkrit ini, karena malah menggunung ke sampingnya.
Ia adalah Reza, salah satu kepala genk ormas kejawaraan di kampungku. Ia memang masih kehitung tetanggaku, karena rumahnya hanya beberapa belokan dari rumahku. Badannya kurus dan tinggi, dan sudah mempunyai istri dan anak. Aku merasa risih dan tak nyaman, ketika dia melihatku, segera aku masuk kembali ke rumahku. Dan setelah melihatnya lama pergi, baru aku keluar kembali menuju sumurku untuk mencuci baju.
Anehnya....
Kejadian ini berulang dan berulang lagi, walau waktunya hanya sebentar, ia berdiri di kebun ke arah sumurku dan melihatku yg keluar menuju sumur ini setiap sore, tentu aku merasa risih lagi, dan masuk kembali kedalam rumah. Dan keluar lagi setelah ia lama pergi untuk mencuci kembali bajuku ke sumurku.
Sering setelah kepergiannya itu, sebelum aku mencuci, aku sering melihat lihat lagi ke sekeliling kebuun, takut tiba - tiba ia datang lagi.
Kejadian itu terjadi lagi dan lagi dan lagi berulang - ulang, di waktu yg sama dan tempat yg sama.
Aku mulai menyangka kalau dia memang tahu dan menghafal waktu setiap aku keluar rumah menuju sumurku, sehingga walau sebentar, yg penting ia bisa melihatku dengan pakaian terbuka ini. Meski sebelum keluar sumur itu aku mengecek terlebih dahulu apa ia ada dikebun, namun ketika kulihat aman dan aku mulai mencuci ia selalu ada datang ke kebun walau sebentar, dan melihatku tanpa berkedip setiap melihatku setengah telanjang ini dan segera aku pergi ke dalam. Ia seperti hafal kapan waktu mencuciku.
Ia selalu beralasan ingin mengambil kayu, atau ingin meminjam ember atau apapun alasan yg ia utarakan setiap kali ku tanya dari dalam rumah. Setiap hari selalu , selalu dengan alasan yg berbeda - beda. Aku mulai curiga, ia memang sengaja ingin melihat tubuhku dengan pakaian terbuka ini walau sebentar. Masa alasan meminjam ember ?. Apa tetangganya yg dekat tidak punya ember ?. Sehingga harus jauh - jauh meminjam ember ke rumahku.
Karena aku merasa risih dan tak nyaman...
Aku ingin melaporkan hal yg mengganggu ini ke suamiku, minimal dia harus melarangnya main kekebunku lagi, agar dengan leluasa aku bisa mencuci dibelakang tanpa merasa risih,
"Mas.. Inget kan sama mas reza ketua genk pemuda kampung itu, yg rumahnya didepan warung babeh giman"
"Iya kenapa? Ucap suamiku menjawab pertanyaanku singkat sambil membaca koran.
" dia sering main ke kebun belakang, tiap hari, alasannya bebeda - beda" ucapku
"Hmm.. Teruss"
"Datang nya tiap hari pas aku lagi mau nyuci kesumur...truss...
Aku berhenti karena takut ia marah. Aku menundukan wajahku dan bicara pelan
" ...yaaaa ngeliat aku make baju Kebuka..." ucapku sambil melihat ekspresi wajahnya.
Ia menghentikan bacaan korannya, menruhnya ke atas pahanya dan melihatku..
"Kenapa kamu ga pake pakean biasa aja kalo nyuci"
Aneh.. Kenapa ia ga marah, ucapku dalam hati.. Padahal JELAS aku sudah menjelaskannya ia datang tiap hari dengan alasan yg berbeda - beda. Dia juga tahu aku paling tidak betah memakai pakaian tertutup bila mencuci.
"Ngga betahh mass.. Aku nyuci lebih enak pake yg kebuka... Mas tau kaan..".
" terus dia ngintip?"
"Bukan ngintip mas, tapi ngeliat buka - bukaan.. Tapi cuma sebentar soalnya aku risih, tiap ngeliat, aku pasti masuk kedalam, kalo dia udah pergi aku nyuci lagi.. Anehnya tiap hari.. Kaya sengaja gitu"
"Dia ngeliat badan kamu.."?
"Hmmmm... Mas tau lah, aku kalo disumur pakeannya apa.. Aku ga bebas mas.. Risih.. Masa tiap hari dateng.. dan terang - terangan gitu ke kebun.. Kaya... sengaja"
Aku pun terdiam menunggu reaksinya, aku berharap dia marah, dia tegas, bila tahu ada laki - laki yg terang - terangan menggangu istrinya mencuci disumur rumahnya itu.
Namun anehnya, dia diam saja, dia malah terus menanyakan detail bagaimana ketua pemuda genk kampung itu melihatku. Ia sama sekali tak menunjukan ekspresi memarahiku, atau minimal kesal dengan lelaki itu, ia terus malah menanyakan detail kejadian, yg lama - lama membuat ku.. Risih.
"Mas bisa ngga.....
" Nyuruh dia berhenti gitu........supaya ga main ke kebun lagi.. "
ucapku memerintahnya
Ekpresi suamiku benar - benar membuatku tak percaya. Ia terlihat tegang, terdiam, sulit menjawab perintahku, bahkan terkesan ada ketakutan, seperti pecundang yg membiarkan kehormatan istrinya dilecehkan orang lain, membiarkan kehormatan dirinya sebagai lelaki juga di injak - injak oleh orang lain.
"Mamah aja deh yg ngomong, mas ga mau ribet" ..ucapnya sambil bergetar tangannya memegang koran lagi.
Aku baru ingat....
Salah satu sifat suamiku selalu tak berani bila berhadapan langsung dengan orang yg seharusnya berurusan dengannya. Seperti biasa, ia malah menyuruhku, menyuruhku langsung bicara ke orangnya, orang yg terang - terangan yg ingin melihat tubuh istrinya.
Pengecut.. Pikirku, harusnya ia menjaga kehormatan istrinya, sudah terang - terangan ia ingin melihatku telanjang. Aku mulai bete, aku marah sambil bilang.
"Mas aja dong.. Yg lelaki... marahin dia, usir dia.. bilang jangan dekatin istriku, usir dia.. tendang" omelku padanya.
"Mamah aja.. Supaya aman.."
"Kalo dia ga mau dan tetep detang gimana?"
"Mamah ngomong lagi"
"Dia ga bakal ngedenger, harus suami yg ngomong mas gini, tunjukin mas berani...,mass suamiku... lelaki.. Jangan mau istrinya di liat orang....... Jangan payah.... " omelku sambil ngedadak memegang penisnya. Ih... Aku kaget, kenapa keras penisnya ( mesti sekilas dan cepat, aku bisa merasa bahwa penisnya keras)..
Karena masih kaget dengan temuan itu, aku mencoba ingin memegang penisnya lagi untuk memastikan apa benar dia keras. Namun sekuat tenaga suamiku bangun dari duduknya menangkis serangan tanganku. Dia menagkis sekuat tenaga agar tanganku tak menyentuh penis nya.
"Koq mas" ucapku sambil berusaha memenuhi rasa penasaranku dengan sekuat tenaga ingin meraba penisnya lagi. Namun ia terus menangkisku
"Jangan mahh.." ucapnya itu..
"Itu kenapa koq kayanya kenceng gitu" ucapku.
"Mamah pake pakean seksi gitu wajar mas keras" alasannya
Aku tak tahu apa itu alasan, atau aku merasa ada keanehan disini. Namun aku tak menggubrisnya. Malam itu aku memang hanya memakai tanktop belang hitam putih dirumahku, kedua anakku sudah tidur. Aku tak menggubrisnya dan bilang lagi ke arahnya.
"Hayuu mass.. Harus yg lelaki nyuruhnya supaya ga main ke kebun kita lagi.. Nanti ngeliatin mamah lagi.."
"Ngga mau.. Takut.. Mamah aja" ucapnya.
Inilah, disinilah puncak kemarahanku ke suamiku, aku membalikan wajahku dengan memasang wajah marah sambil bilang keras..
"PENGECUTTTT.."
Braakkkk
Aku membanting pintu kamarku dengan keras, dengan perasaan kesal, aku tiduran di atas kasur. Aku berfikir
" harus aku lagi yg menghadapi orang yg seharusnya dihadapi oleh suamiku itu".
Aku berpikir bagaimana aku bisa melarang lelaki itu. Pengecut sekali suamiku pikirku, meski aku tak yakin dengan penisnya yg keras tadi, bagaimana mungkin ketika beragumentasi seperti itu ia keras bila melihat tubuhku. Apa ia memikirkan yg lain?. Aku tak berpikir apa - apa malam itu, aku hanya menangis dikasurku dan berpikir bagaimana caranya mengusir reza agar tak lagi main di kebunku.
_-_________________
Malamnya sekitar jam dua aku bangun, aku masih mendengar suara tivi ditengah rumah. Aku bertanya Mengapa suamiku masih melihat tivi dan tak masuk ke dalam kamarnya ini denganku. Padahal ketika menutupnya tadi, walau keras, aku tak mengunci pintu kamarku. Apa ia malah tidur diluar ?. Apa mungkin memang sengaja sedang menonton bola,?. dia biasa bergadang menonton bola sampai malam bila ada acara itu, walau besoknya paginya ia pergi kerja dengan mata yg terkantuk - kantuk.
Aku berniat keluar untuk memberitahunya, bahwa aku tak marah, aku memang menangis tadi, namun aku tak pernah lama bila kesal dengan suamiku. Dan agar bila dia sudah selesai nontonnya, ia harus segera tidur denganku.
Namun sekilas demi sekilas aku mendengar, nampaknya suara ditengah rumah itu bukan suara bola. Melainkan hal yg lain. Samar - Samar aku malah mendengar suara desahan wanita Dan laki laki, seperti suara desahan orang yg sedang bersetubuh. Aku mengenyritkan dahiku dan penasaran untuk segara bangun dari tempat tidurku.
Ketika aku membuka pintu kamar aku kaget, dia sedang duduk sambil meloco penisnya sendiri dan melihatnya ke arah tivi yg gambarnya sedang menunjukkan video orang bersetubuh. Dia sedang liat film porno.
Aku mulai kesal kembali, lelaki macam apa yg malam - malam begini menonton film porno sedangkan istrinya ada didalam sambil memakai pakaian seksi di biarkan.
Mas hendra belum sadar aku memperhatikan apa yg dilakukannya itu, aku melihat ke fim porno itu, melihat ada laki - laki yg berbadan gagah bersetubuh dengan perempuan dengan panasnya,
Namun ada lagi satu laki - laki lain.....
Laki - laki itu hanya diam dan duduk, ia hanya duduk sambil melihat wanita itu bersetubuh dengan pria yg gagah terlihat panas.
Aku bingung, apa yg dilakukan laki - laki itu ?. cuma diam dan duduk melihat orang lain bersetubuh, memang siapa dia?, kenapa dia tidak diposisi mas hendra saja, sambil santai melihat adegan itu bebas di ruangan tertentu, sambil meloco itunya seperti mas hendr ini, ketimbang harus kesorot kamera melihat orang bersetubuh.
Apa sutradanya sudah kebayakan uang sehingga mampu membayar orang yg ga penting yg kerjanya hanya duduk melihat orang bersetubuh.
Namun aku kaget ketika lelaki yg duduk itu ternyta memanggil "honey" ke wanita yg disetubuhi itu, wanita yg di setubuhi oleh lelaki yg lebih gagah darinya...
Lelaki itu memanggil "honey" "sweety' yg mungkin artinya sekitar " sayang.. "Cinta". Itu adalah panggilan Kesayangan yg biasanya di ucapkan oleh Suami ke istri atau sebaliknya.
Apa LELAKI itu justru Suami Dari wanita yg sedang disetubuhi itu sendiri... ?
Dan Wanita yg sedang disetubuhi pria yg lebih gagah itu adalah istrinya ?...
Aku memang tidak terlalu mengerti tentang film - film porno sekarang - sekarang ini, meski tak munafik, walau aku dididik dengan Norma agama yg kuat dilingkunganku.
Aku pernah sekali dua Kali melihat film porno waktu sebelum menikah dulu.
Tapi apa benar lelaki yg bilang sayang ke wanita itu justru adalah suaminya sendiri,?. ia terlihat duduk membiarkan wanita itu ditindih pria lain,
Waktu itu aku tau terlalu memikirkan apa - apa. Aku hanya berpikir aneh sekali film porno sekarang - Sekarang ini.
Mana ada lelaki yg ngebiarin istrinya disetubuhi orang seperti itu.
Bila misalnya ada....
lelaki macam apa yg begitu ?.
Aku hanya berpikir itu adalah lelaki paling pecundang yg pernah ada.
Karena itu hanya film, Dan film itu biasanya bohong, dan bohong itu fiktif, Dan fiktif itu di buat buat, aku bilang ke suamiku
"Maassss" ucapku
Seperti orang yg kebakaran jenggot..
Suamiku Dengan cepat memasukkan lagi penisnya yg ia loco itu kedalam celananya, ia melihatku kebelakang dan buru - buru mematikan tvnya begitu pula blue disc playernya.
"Mass.. Ngapain sihh, malem malem jam segini malah ngeliat begituan"?
Ia hanya terdiam dan terlihat Malu karena terpergok olehku, buru - buru ia bangkit Dari duduknya dan merapihkan celananya.
" Mamah udah lama disitu"
"Ngga Baru" padahal sudah ada sekitar 3 menit aku mengikuti adegan itu dibelakangnya.
"Mamah kira mas lagi liat bola , tau taunya liat begituan malem - malem, hayu tidur, ngapain liat begituan, ada Istri juga di kamar ?"
Ia menaruh remot tivinya dan merapihkan barang di atas meja, aku menghampirinya membantu - Bantu merapihkan.
"Ngga APA APA.. Cuma iseng.. Mas kira ada bola eh ternyata engga"
Jawabnya sambil mulai merapihkan meja, lama kami saling terdiam sesudah jawaban itu.
Mas hendra hendak masuk ke dalam kamar, aku masih hendak ingin mengambil piring Kotor yg tergeletak di atas lantai bekas makan anakku tadi sore, setelah menunduk Dari mengambil piring itu dan mulai berdiri aku bersuara.
"Itu suaminya ?"
Tanyaku tanpa melihat ke arahnya dan membawa piring itu ke atas meja.
Mas hendra berhenti seperti kaget Dengan pertanyaanku, ia bilang
"Hah ?"
"Itu suaminya yg diam aja nonton ngeliat cewe itu asik ndut - ndutan sama cowo lain?"
Tanyaku lagi dengan Nada bercanda.
Mas hendra kaget Dengan pertanyaanku, dia pasti menyangka kalo aku juga lama berdiri dibelakangnya melihat film porno itu. Ia seperti Malu, bahkan terlihat sangat Malu Dengan pertanyaanku itu.
"Iya Kali.. Ngga tau.." Ucapnya lagi tertutup, sambil masuk kedalam kamar,
Aku tersenyum sambil menyusulnya masuk ke dalam kamar,
"Lelaki macam apa yg ngebiarin istrinya di di ewein laki lain.."?
Ia diam saja. Aku tau terlalu memikirkan banyak tentang hal ini, yg kutahu suamiku terlihat Malu saat kupergok melihat film porno seperti aneh seperti itu, tepat dimalam hari, sebelum kami Berargumentasi bahwa ia harus mengusir lelaki yg melihat tubuh istrinya ini, namun ia Malah takut, ia malah memilih liat film aneh dimalam hari, ketimbang menjamah istrinya, apalagi disuruh mengusir lelaki itu. Aku belum memikirkan hal yg aneh - aneh malam itu. Aku berpikir kesal, dan mulai tidur disamping suamiku sambil menyebut.
"Pengecut"
Aku tak tahu apa ia mendengar atau tidak. Namun ia diam tak bereaksi.
Pagi - paginya aku hendak berangkat mengajar, sedangkan SuamiKu sudah hendak berangkat ke proyek, aku menyiapkan sarapan untuk mereka. Tak ada percakapan yg berarti pagi itu setelah argumentasi semalam, apalagi membicarakan tentang film porno aneh yg ditonton suamiku malam - malam itu.
Pagi itu terlihat cerah dan ceria seperti mengundang kami untuk berangkat kerja dan sekolah lebih cepat.
Anak - anaku sudah pamit, suamiku sudah hendak berangkat, aku beranjak menuju sumur untuk menaruh piring Kotor hasil sarapan anak - anakku tadi.
Sampai di sana aku agak kaget.
Tuu kaan..
Ucapku dalam hati. Dia ada lagi dikebun, tepat di setiap kali aku pergi ke sumur. Nampaknya ia ingin memgambil peruntungan...,
Sukur - sukur kalo dia melihatku yg tiba - tiba keluar Dengan handuk yg melilit ditubuhku. atau memakai pakaian minim yg terbuka.
Walau sebentar, Namun ia tak mau melewati kesempatan itu. Dan ia tak tahu kalo aku selalu membiasakan mandi setiap sehabis sholat subuh, tak mungkin aku mandi di jam yg sudah siang seperti ini, sehingga aku masuk ke dalam sumurku Dengan pakaian mengajar full. Aku keluar Dengan tentang menuju sumur itu walau aku tau ia tetap melihatku.
"Met pagi mbak watii, " ucapnya Ramah.
"Ohh pagii" ucapku berpura - pura tidak tahu.
",sudah rapih aja nihh"?
" iya mau ngajar" ucapku, aku berpikir harus bicara Apa agar ia tak selalu main dikebunku, namun aku memutuskan untuk berbicara dengannya sore aja, karena Sekarang aku harus buru - buru mengajar.
Aku meninggalkannya pamit, dan kami tak bicara banyak pagi itu.
Sorenya aku pulang mengajar, anak - anakku sudah tidur karena mungkin lelah bermain, suamiku belum datang Dari tempat kerjanya. Cucian sudah banyak menumpuk di basket besar tempat menyimpan pakaian kotor itu.
Setelah siap dengan peralatan menyuciku, tak buru - buru aku berpakaian seksi. Aku takut lelaki itu sudah ada di kebun. Aku mengintip keluar, ke kiri dan ke kanan sambil melihat kebun itu tak ada tanda - tanda dari dia. Merasa aman aku pun keluar dengan hanya memakai tanktop belang hitam putih yg teramat kecil untuk tubuhku. Aku mulai menimba air disumur itu untuk mulai mencuci sambil melihat - lihat ke arah kebun, dan untungnya ternyata ia tidak ada.
Amaan.. Girangku sambil mulai mencuci kembali.
Sekitar lima belas menit aku mencuci, membilas, hingga tak terasa sebagian tubuhku basah, tanktopku basah dan belahan payudaraku terlihat mengkilat karena terkena gelembung sabun dari bak yg ku cuci ini, ketika aku menunduk hendak mengangkat satu pakean yg full sabun dari bak itu hendak kubilas.
Aku kaget...
Aku mendengar suara dari kebunku...
Itu reza..
Sambil mengambil sesuatu ia berdiri melihat ke arahku dengan tanktop kekecilan yg basah ini, dan belahan payudara yg sangat besar ini terlihat licin mengkilat karena air sabun. Ahh.. aku langsung menutupi tubuhku dengan baju yg penuh sabun itu. Malah itu gerakan salah karena membuat bahuku yg terbuka ini ikutan mengkilap dan berbusa karena pakaian penuh sabun ini. Ia hanya tersenyum ke arahku, tersenyum dan mata yg tak berkedip.
Bahkan ia menggoyang - goyangkan tangannya di depan celananya seperti meremas - remas sesuatu, langsung aku setengah lari kedalam membawa pakaian penuh sabun itu. Aku risih dilihat seperti itu, sayangnya suamiku belum pulang bekerja.
Langsung aku ke kamar tanpa membasuh badanku dulu dengan mengambil jaket dri lemari dan menutupi seluruh tubuhku aku memakai celana mengajar yg Ku pakai tadi, dan memakai jilbab kecil Dan keluar.
"Mas reza" panggilku.
Ia datang dengan memakai kaos putih itu sambil tersenyum ke arahku.
"Mas.." Ucapku menunduk tak berani menatap wajahnya" Kata mas hendra.. Mas reza jangan sering kesini" ucapku pelan.
Sudah bisa ketebak, karena bukan suamiku yg bicara ia malah tersenyum sambil bilang santai..
"aku kesini ga sering kan, jarang - jarang, sebentar sebentar "
ucapnya tersenyum dan tak menghiraukan omonganku.
" lagian yg ngomong harus mas hendranya lngsung lah.. Mas hendra sendiri ga ngomong kan ?. Mana mas hendranya?" Ucapnya lagi
Duh.. Harus ngomong apalagi aku, membawa nama suamiku saja ia tak takut, ia malah asik tersenyum melihatku, aku bisa tahu Kalo itu adalah senyuman setan.
"Mas hendranya masih kerja " alasanku.
Ia tersenyum kepadaku " Kalo dia dateng, suruh dia ngomong langsung ke saya kenapa ?" ucapnya lagi.
Jelas ia memang tak takut pada suamiku, bahkan ia menantang suamiku agar melarangnya untung melihat istrinya di setiap kesempatan, terutama kesempatan saat melihat payudaraku yg besar berkilat seperti tadi ke arahnya.
Aku berpikir, ke suamiku saja ia tak takut, bagaimana kepadaku. Ia kepala Genk ormas pemuda di kampung ini.
Pembawaannya sudah ketebak....
sombong Dan suka menantang...
Aku takut bila aku yg marah ia akan tersinggung, Dan takut malah nanti suamiku yg akan dihajar olehnya.
",ya udah.. Nanti aku bilang" ucapku diam sambil jalan ke dalam rumah.
"Ga nyuci lagi " ucapnya kencang,
Aku berbalik melihatnya dengan tatapan tajam, ia hanya tersenyum tertawa dengan santai" hehehehe ".
Malamnya aku bilang masalah ini kepadanya dia malah diam saja, aku bilang ia ditantang oleh lelaki itu agar melarangnya mendekatiku.
Tapi ia bilang itu hanya becanda, dan tak usah bila dirinya harus berhadapan face to face dengannya.
Sering aku maki dia dengan ucapan " c'men .. Atau ,payah atau pengecut.." Tapi dia diam saja.
Setiap hari dia selalu stand By bila setiap melihatku mencuci, bahkan sekarang lebih berani,.
Dia terus nongkrong dikebun itu sambil melihatku, Dan menunggu suamiku untuk melarangnya, seperti menantang suamiku, aku benar - benar tak nyaman Dan takut, hingga akhir - akhir INI aku jarang mencuci ke sumur kecuali bergerah - gerahan memakai pakaian tertutup.
Puncaknya adalah hari ini.
ketika datang hari libur. Aku merasa nyaman karena suamiku ada dirumah, aku Beres - bereskan rumahku, Dan merasa senang karena hendak mengajak suamiku ke sumur untuk membantuku mencuci pakaian.
Karena suamiku ada dirumah Dan menemaniku mencuci, dengan bebas aku memakai pakaian terbuka lagi, dengan berharap ketika dia datang, suamiku bisa mengusirnya keluar.
Aku memakai kain jangkrit berwarna kuning, warna kuning kain ini membuat warna kulitku terlihat makin putih dan bersih, karena hanya di ikatkan ke bawah ketiakku, tampilan dada ku seperti mengembang terjepit dan terlihat lebih besar dari sebelumnya.
Aku tenang merasa nyaman memakai sarung ini karena ada suamiku di samping.
Seperti dugaanku, lama - kelamaan lelaki itu datang, aku tak masuk kedalam karena ada suamiku disamping , aku sudah terlihat basah, banyak titik - titik air segar diatas payudaraku yg putih bersih ini, mengembang besar karena terjepit kain jangkrit.
Namun ternyata, meski ada Suami ku disamping, ia tak pergi dari kebun itu, tetap melihatku, menikmati pemandangan payudaraku yg segar, aku berbisik ke suamiku ia langsung memperhatikan ke arahku dan mengalihkan pandangannya ke reza.
"Mass.. Tu orangnya.. Usir cepet.. Dia. NUngguin mass tu.. Nantangin mass.. MASA dia diem aja ngeliatin ke aku padahal ada mas disini.." bisikku menyuruhnya.
Namun ia diam, malah yg membuatku kasihan + sedih + marah,.
Suamiku malah pura - pura seperti bersembunyi ke dalam kamar mandi. membiarkan istrinya dilihat laki - laki lain yg jelas menantangnya.
Tak berani melarang laki - laki yg dengan tenang melihat istrinya memakai sarung seksi ini, padahal suaminya ada disini. Aku bisa melihat pancaran wajah kemenangan dari wajah reza, setelah tahu mas hendra tak berbuat apa - apa malah pergi ke kamar mandi.
Suamiku tak menjaga kehormatan istrinya, dan yg lebih parah lagi ia tak menjaga kehormatan dirinya sebagai seorang suami dengan membiarkan istrinya dilihat lelaki lain.
Ia malah bersembunyi seperti itu. Aku melihat suamiku seperti seorang banci, bukan sebagai lelaki sejati yg tegas dan berani. Ditambah dia bilang" dia jawara mah, takutt".
Aku marah..
biasanya aku langsung masuk kedalam rumah sambil menutup tubuhku, sekarang aku malah berdiri tidak menutup tubuhku sambil membiarkan mata lelaki itu lebih lama melihat tubuhku.
suamiku malah masih bersembunyi disana, melihat istrinya asik dilihat lelaki lain,
"menyedihkan". Ucapku dalam hati sambil melihat Suamiku.
Aku berdiri sambil menguncir rambutku, payudaraku yg tumpah ruah terlihat besar putih, Segar Dan basah INI karena banyak tetesan air di atasnya dinikmati oleh rezza didepan.
Ia makin terang - terangan meloco penisnya ITU Dari balik celananya, ia remas - remas penis itu sambil melihatku, suamiku bisa melihat bahwa ada yg meloco karena melihat istrinya,
Aku tak ada waktu buat mencukur bulu ketiakku, sehingga ketika aku menguncir rambutku, bulu ketiakku terlihat sangat kontras dengan kulitku yg putih. Membuat rezza semakin cepat meloco penisnya di depanku.
Setelah menguncir rambutk., aku buka kain jangkritku, Dan merubah posisiku membelakangi rezza.
Aku buka kain jangkrit itu, sehingga payudara gedeku tak terlihat oelh rezza namun terlihat oleh suamiku yg bersembunyi di belakang kamar mandi.
Aku menatap matanya dan melihatnya. Apa dia akan membiarkan saja orang yg melihat dibelakangku dengab sarung yg terbuka di bentangkan.
jika aku berbalik.
pasti tubuh telanjangku terlihat oleh orang yg menantang suamiku itu.
Melihat suamiku yg takut, bahkan diam saja tak berbuat apa - apa ketika melihat penantangnya itu meloco di depan istrinya.
Aku mulai berpikir, penantangnya lah yg BERHAK melihat tubuhku ketimbang suamiku yg penakut itu.
Perlahan sarung itu kutarik dan naikkan ke atas, sampai penantang suamiku bisa mengintip bagian bawah pantatku yg besar ini.
Aku tidak salah dengar, karena memang dengan jelas aku mulai mendengar desahan penantang suamiku itu dari belakang, dengan gerakan cepat aku memberi hadiah kepada pemenang yg membuat suamiku takut dengan menelanjangi pantatku dan menurunkannya lagi, langsung dengan gerakan cepat pula aku berbalik, tubuhku yg telanjang dan susuku yg montok segar ini terlihat jelas oleh penantang suamiku itu, aku sudah memberi hadiah kepada pejantan itu, hadiah sempurna karena sudah membuat suamiku takut,
Aku lihat ia terus loco kontolnya sampai ia menggeram tanda sudah orgasms, bahkan Kalo tidak salah pun dengar aku juga suara Dari suamiku yg menggeram di kamar mandi itu, aku langsung tutup tubuhku dengan sarung ITU Dan pergi dengan segera ke dalam, sebelum masuk aku melihat suamiku yg malah meloco kontolnya saat melihat istrinya di loco lelaki Lain sampai muncrat.
akhh aku tak bisa melihat dua pecundang ini lagi, aku pergi ke dalam untuk memikirkan sesuatu yg bisa menenangkan pikiranku.
Next chapter : The cuckold husband 2