Chapter 44 : Sometimes Love is a Heartbreaker.. Sometimes Love is a Life Taker (part 2)
Ustadzah Anies

Ustadzah Ayni

Besoknya (Saat Hari Viral)
Dharma sedang semedi di atas batu kali dibelakang rumah sang Kyai....
Ia melihat banyak sekali kendaraan yg datang hari ini. Karena mereka ingin menanyakan kabar sang Kyai setelah videonya yg viral itu. Rata - Rata yg datang adalah keluarga pesantren dari luar. Para Kyai dan ustad yg mengenal Abah Basri.
Ada sebagian yg kenal dengan Dharma ada pula yg tidak. Tapi sebagai keamanan pesantren, Dharma tetap berjaga - jaga disekitar rumah kyai. Ia ingin memastika para tamu itu bukan tamu yg hendak mencelakakan Kyai.
Sejauh ini, ia sudah menduga beberapa orang otak pelaku yg ia simpan dipikirannya. Meski sudah mendapat wejangan dari Kyai Basri semalam, agar tetap berkepala dingin, tapi hatinya tetap tidak tenang. Resah, memikirkan segala kemungkinan - kemungkinan. Terutama karena menahan rasa malu sudah empat kali ia kecolongan sebagai keamanan pesantren. Pertama, sabotase diproyek, kedua, munculnya serangan klenik dirumah ustad Fian. Ketiga, pengereyokan Tatang. Dan keempat, ada yg menaburi Kotoran disurau.
Malu sebenarnya Dharma dengan rentetetan kejadian kecolongan itu. Terutama bila bertemu dengan Kyai Basri. Membuat ia marah, lepas kendali seperti nasib naas yg menimpa dua orang pelaku pengeroyokan itu tertangkap.
Wajar meski sudah tenang mendengar wejangan Abah Basri semalam, pikirannya masih resah. Tak sabar ia dan kawan2 menghampiri Barong untuk mengetahui kejadian selanjutnya, apa, siapa sebenarnya. Meski ia sudah mengantongi beberapa nama.
Dan bila beruntung, ia bisa menemukan nama Guru berilmu hitam itu...
Ia masih semedi diatas batu kali, menenangkan keresahannya. Karena ia mendapat telepon, bila anak buahnya yg melakukan pengintaian kesana sudah menemukan dimana keberadaan Barong. Dia sudah menyuruh Solihin memanggil Roy untuk memberitakan kabar ini.
Sebetulnya, sekarang Dharma berada disungai karena ingin mandi terlebih dahulu. Ia ingin merasa segar, setelah keliling memperhatikan tamu Abah Basri tak satupun yg membuatnya curiga, ia memutuskan untuk mandi di belakang rumah sang Kyai itu. Ia merasa segar dan bersemedi diatas batu kali ini.
Dan ia tidak sendiri...
Ketika ia mandi tadi, istrinya yg datang mencari - cari keberadaan suaminya menemukannya disungai. Karena terlihat segar dan jernih air sungai itu, Teh Neneng ikut mandi sekarang. Hanya ditutup kain sarung dari suaminya, ia tenggelamkan dirinya disamping batu kali yg dijaga suaminya yg sedang semedi.
Sedangkan solihin sudah berada dirumah abah haji, ia memanggil Roy setelah melewati dengan sopan beberapa tamu disana.
Pemanggilan solihin itu mendapat perhatian dari Nyi Haji juga kyai Basri. Karena tercium hal yg serius dari pemanggilan itu. Roy pamit sebentar ke para sesepuh yg hadir disana mengikuti solihin.
Saat sampai dipintu, Roy melihat ustazah ipah sedang duduk terlihat cantik sendirian di depan rumah Kyai. Ia menghadap ke arah, sehingga tak tahu Roy ada dibelakangnya. Roy memperhatikan telapak kaki mulus saat ustazah tak memakai kaus kaki hari itu, cantik sekali ia, membuat Roy ingat semalam.
Ia penasaran, apa ia sudah bisa berjalan normal setelah terhuyung semalam.
"Roroy, ane dateng besok nanti kesana, tolong salam Ke Kyai, ane nanti bareng Selly, sekalian mau bantu - bantu antum" Pesan dari Agus mengagetkan Roy saat ia hendak berjalan ke belakang Rumah Kyai menghampiri Dharma.
Selly... ucap Roy tersenyum. Ia teringat Agus sempat menghajar anak yg mengirim surat ke selly dulu waktu nyantri. Tapi karena gengsi, agus ber alasan anaknya tak sopan menyikutnya didapur. Bukan karena mengirimi crush nya surat.
Roy masih ingat betul pakai baju apa dia hari itu, membawa buku apa sambil berdiri santai tanpa ada rasa takut mem- back up temannya itu. Meski ada beberapa anak gengnya disana. Agus dengan santai menggampar anak itu Ternyata wanita yg sempat bikin Agus galau itu jadi juga. Jodoh memang tidak ada yg tahu. Meski secara kebetulan sekarang selly sedang bekerja dikantor pajak. Membuat Royhan mengajaknya untuk bisa bekerja dengannya mengurus legal sppt Guest Housenya.
"Siap Boss".. Balas Roy di chat itu. Karena ia tahu, sobatnya itu selalu ingin diangkat sifatnya.
Saat sampai disungai....
Ia kembali ingat Sungai itu pula yg mengingatkannya masa2 nyantri dulu. Agak jauh sebelah sana, tempat ia berkelahi dengan Agus dulu. Tempat ia jumping batu kali dulu, seru memang mengingat memory jadul seperti itu.
Sambil mengingat wejangan Kyainya semalam, bahwa harus bijak menyikapi masalah, dari tempat ini memang semuanya bermuara.
Saat Roy sudah di belakang, Dharma sedang duduk diatas batu besar sungai itu. Ia sila menghadap ke barat. Apa sehabis shalat orang itu, pikir Roy.
"Pak Dharma" Ucap Roy agak kencang karena derasnya suara air sungai disini..
Shit.. Teh Neneng sedang Mandi dibalik batu itu.. ucap Roy dalam hati.
Bahu mulusnya terlihat karena ia hanya memakai sarung Kotak2 berwarna biru sedang berendam disamping batu besar tempat suaminya duduk.
Dharma mendengar suara Roy, ia melihat istrinya dibawah dan teriak..
"Ehh jangan kesini....Teh Neneng lagi mandi.. ucapnya sambil turun.
Telat, Roy sudah bisa melihat bahu mulusnya. Rasanya seperti tiba2 mendapatkan pulsa gratis dari seseorang. Segar matanya. Teh Neneng beranjak mandinya lebih sembunyi dibalik batu agar tak terlihat Roy.
Bahunya putih mulus kuning langsat. Nyamuk pun bisa terpleset bila menempel. Karena airnya jernih, kulitnya mulus, kuning langsat itu begitu indah dan enak dilihat. Sekilas Roy bisa melihat belahan payudaranya yg banyak saat ia pindah kebalik batu yg besar itu. Meski tertutup air dan sebentar, Roy bisa tahu wanita tinggi semapai itu......
Bening... Dan Berkilau....
"Kenapa mandi disini sih, ada pak Kyai loh didepan, banyak tamu juga..?" Ucap Roy melihat Dharma menghampirinya..
"Gpp, saya juga mandi tadi.. tapi istri pengen ikutan mandi juga.. ikut2an aja tu ibu2 ribet.. jadinya saya jagain disini.. takut ada yg liat hehehee" ucap Dharma yg overprotect itu.
Roy hanya tersenyum, jangankan lagi mandi ada yg ngintip, lagi digoda biasa pun orang itu bisa dibacok , percis seperti orang malang yg dibacok saat Pak Dharma mengontrol proyek anak2 malem itu, meski katanya ga putus.
'Begini Roy, tadi solihin laporan ke saya, sudah ketemu Barong dimana.. Dan rumahnya sebelah mana"..
"Serius.. tunggu apa lagi.." Ucap Roy.
"Nanti dulu.. jangan gegabah.. kita tunggu instruksi selanjutnya nanti, kita tunggu sampai malam" ucap Dharma.
"Ya sudah, saya mau kasih tahu Abah Basri, "..
"Jangan dulu Roy, itu tugas saya".. ucap Dharma lagi.. "Tapi serius saya malah curiga ke satu orang kalo emang ada orang dalam pelaku dibalik semua ini" Ucap Dharma menyembunyikan salah satu nama yg mebuatnya resah belakangan ini. Mereka duduk ditepi sungai sambil memperhatikan riak air tanda teh neneng masih asik berendam disungai itu.
"Siapa Pak?"
Dharma berbisik dikuping Roy.. "Kamu sebelum kesini terakhir ngomong sama Agus kapan?"
Deghh.. Roy Kaget..
"Belum pernah pak, waktu masih nyantri, baru ketemu lagi ya sekarang acara reuni itu. Maksudnya apa nih pak, kaget saya..
"Saya Curiga Agus Roy" Ucap Dharma blak blakan. "Saya mau tanya sekali lagi , apa kamu tidak khawatir, proyek kebanggaan pesantren itu dicampuri Agus, dia kan pernah punya masalah sama kamu Roy, apa kamu ga curiga?"..
'Tunggu dulu pak.. kenapa bapak bisa curiga ke Agus, itukan masa lalu pak.."
"Tetep Roy, kalo kamu ga curiga saya harus tetap hati2,karena saya keamanan disini.. kamu juga harus hati2, musuh yg paling berbahaya adalah musuh yg dekat, kita tidak tahu tapi tiba2 kita ditusuk dari belakang.. satu, dia yg tahu kapan jadwal bulis bekerja karena dia mantan santri , jadi tahu waktu yg cepat untuk menyerang.. kedua, Agus termasuk banyak temannya disini, bisa jadi si Barong itu termasuk.. ketiga, meskipun kamu ga curiga, tapi kamu harus tetap hati2 karena dia mantan musuh, kita ga tau kalo ternyata dia masih menyimpan dendam.."
"Oke Pak Dharma , saya ngerti, bisa jadi ia masih dendam, saya tetap hati2 ke siapa pun juga, bahkan saya mula curiga ke salah satu ustad disini, tapi kalo misalnya agus itu masih dendam kesaya, kenapa ga langsung saya yg diserang?. Kenapa harus menyerang surau?. Kenapa harus menyerang abah Haji?.. kenapa harus menyerang rumah ustad Fian... dan orangnya bilang nih tadi, dia mau kesini (Roy tunjukan pesan whassapnya).. besok dia kesini.. dan satu lagi yg penting pak... Abah haji orang yg berilmu tinggi, kalo memang dia pelakunya, pasti Abah haji bisa melihat, dan agus pasti tahu abah haji berilmu tinggi, tidaj mungkin pak kalo dia nekat kemari" Ucap Royhan panjang lebar.
"Besok serius mau kesini?"
"Betul pak, emang awalnya kita udah janji, istrinya bisa mengurus legal pajak, jadi pasti kesini" Jawab Roy lagi.
Lagi... Dharma mulai meragukan kecurigaannya. Benar juga ucap Roy, kalo memang Agus pelakunya, pasti Abah haji bisa melihat, dan tertangkap nanti.. "Kita lihat nanti Roy".. Ucap Dharma.
"Miih.. udahan mandinya, bapak mau ketemu Abah basri dulu".. teriak Dharma ke arah istrinya..
"Udahan , udah salin" terdengar suara dari balik batu itu, ia keluar, wajahnya segar, rambutnya basah, badannya memang tinggi semapai, mungkin bila berdiri bersama tingginya bisa sedagu Roy. Tinggi untuk ukuran wanita, tapi Toketnya Busty. Jarang ada wanita tinggi semapai bertoket gemuk seperti itu, dan bibir seksinya tak terlihat pucat meski berendam di air dingin. Pantatnya juga adaan, bukan adaan, tapi memang berbentuk love shape. Goodness dia lebih cocok menjadi istrinya pria pemeran film laga daripada jadi istrinya Dharma karena memiliki body tinggi sebagus itu. Ia datang membawa pakaian sarung basah suaminya yg basah.
"Oh iya Roy, kemarin aku ke kantor badan satu pintu, dia minta rekaman pajak kita... baru bisa dapat izin" Ucap neneng yg mengurusi izin legal Guest House itu..
"Iya Teh.. Sely besok kesini bantu legal pajak kita... nanti saya kirim no selly" Jawab Roy menyembunyikan chat nakal beberapa waktu yg lalu itu..
"Teteh yakin, izinnya ga bakal dipersulit, asal dokunya lancar.. hihiiii" Jawab teh neneng..
"Mangkanya Teh, besok Selly datang, kita rapatin bersama.. denger2 Ryan mau bawa Orang baru kesini, Kardi namanya, nanti bisa jadi kita rapat bareng Ryan".. Ucap Roy lagi.
Mereka sama - sama pergi kerumah Kyai Basri untuk mengabarkan keberadaan Barong tadi.
"Kamu yakin Pak?" Tanya Abah haji..
"Yakin Bah Basri... Barong memang ada disitu, nanti malam kalo memang sudah knfirm, kita kesana" Ucap Dharma.
"Tapi hati - hati, bukan anak buah pak Dharma saja, tapi anak Buah kamu Roy juga hati2.. ingat nasehat saya kemarin, cari tahu dulu apa alasan dia mau nyerang kemari... jangan main tendang.. "ucap Kyai.
"Inshaallah Kyai.."
"Ya sudah... saya doakan biar cepat ketangkap.. langsung antar ke polisi"
"Siap Kyai.."
Kemudian tak lama ustad Boim datang, disusul ustad Arief, Fian dan juned. Para tamu yg datang sudah pulang karena merasa tenang abah Basri tidak kenapa napa setelah kejadian kemarin.
Ustad Boim, mengambil satu kertas, ia mulai menulis dan mencoret coret menjelaskan daerah sana, karena ia yg paling hafal..
"Disana.. seperti benteng... didepannya ada gerbang.. aneh kan... kampung koq ada yg ngejaga yg jaga, kaya perang.. bahkan yg saya tahu selama mengajar silat dimajlis sana ada oknum dari tentara ikut jaga.. tapi mereka jaganya pintar.. bukan pos ataupun tempat khusus.. melainkan warung... warung itu dipakai nongkrong selalu ramai sebagai tempat mabuk mabukan.. disitu orang yg menjaga warung itu berpura pura main.. tapi kalo diperhatikan, mereka main shift, mereka gantian berjaga.. karena ada bandar narkoba disana.. juga mafia mafia tukang pukul khusus,.. mungkin Barong ini termasuk".. Ucap Boim jelas, karena ia tahu dan hafal betul daerah situ..
"MEreka ini.. yg memalaki pedagang pedagang atau pengusaha pengusaha didaerah itu.. semacam jawara..."
"Eitt.. ." dipotong oleh Dharma.. "mereka bukan tad.. kalo jagoan jawara seseungguhnya saya pasti tahu.. mereka cuma orang2 berbuat onar... jawara yg saya kenal sudah tenang hidupnya karena sudah berkeluarga:".. Ucap Dharma yg memang seorang jawara asli itu..
"Itu dia pak.. kalo seandainya jagoan2 kampung ini mau turun.. selesei mereka sebenarnya.. tapi karena sudah berkeluarga, asal tidak mengganggu mereka..... mereka cuek" Ucap Boim lagi. "Perlu turun tangan pak Dharma supaya mereka bergerak"...
Dharma mengusap kumisnya... "itu bisa di atur.. saya tinggal silaturahmi kesana.. Paguyuban bisa bersatu lagi.." Ucap Dharma.
Ustad Boim melanjutkan lagi... "Nah sebelah sini.. ga jauh dari Gerbang, ada jalan kecil yg bisa kita pakai buat masuk kesana diam2.. memang jalannya hutan lebat.. tapi ini satu2nya jalan agar kita tak ketahuan menangkap Barong"... Ucap ustad Boim..
"Oke.. saya mau siapin anak buah dulu.. Roy, Bilang Ghani kita berangkat malam ini.. dan ustad arief, ujang.. Ustad Fian dan ustad Juned.. demi keamanan jangan ikut.. kecuali ustad Boim yg tahu daerah sana.. " Jelas Dhrma lagi..
Mereka semua setuju.. "Hati - Hati dan ingat nasehat saya semalam.. " ucap Abah haji lagi, karena khawatir terjadi bentrokan disana.
Mereka semua pulang.. dan mempersiapkan untuk nanti malam. Dhama sempat mencium kaki Abah Haji meminta doa serta meminta maaf bila beberapa kali ini ia lengah dan kecolongan penyerangan sebagai keamanan pesantren. Ia langsung mengangkat Dharma dan bilang tak usah dipikirkan, karena itu hal yg bisa terjadi kesiapa saja,
Roy berbicara via telepon dengan Ghani, agar bersiap nanti malam. Semua anak2 proyek Girang mendengarnya, karena mau urusan ini cepat selesai. Mereka mau aman kerja disini.
Saat Roy baru saja keluar pintu Rumah pak Kyai, ia dipanggil..
"Royhan... Kesini..."
Abah Basri memanggilnya saat ia baru saja melewati pintu itu. Roy kaget sambil menaruh hapenya dikantong dan duduk sila dihadapan abah Basri.
"Inget Roy.. antum yg membawa Pak Dharma supaya bisa jaga dipesantren ini lagi.. antum juga yg harus hati - hati nanti disana.. jangan terbawa emosi.. kecuali kalo memang terpaksa.."
"Inshaallah Kyai.."
Nyi Haji datang dari dalam kamar sambil membawa nampan opak yg ia taruh di atas meja,
"Antum sudah tau.. Abah pernah bilang waktu itu ke antum kalo antum punya bakat..." Ucap Abah Haji yg membuat Nyi Haji menolehkan wajahnya ke Roy.
"Abah haji ga bisa ngebaca antum.. apa antum mau mengasah... supaya bisa ngebantu abah haji menemukan Guru berlimu hitam itu"..
Nyi haji tersenyum, ia sudah salin dengan Rok santai berwarna coklat, juga atasan resmi yg ia pakai menemui para tamu tadi..
"Waduh Bah... Kalo saraynya disuruh bertapa digua sambil digoda makhluk halus ngga lah" Jawab Royhan.
Nyi haji tertawa, begitu pula Kyai Basri.. "Antum ini, udah Parno aja.. dikira antum mau jadi babi ngepet?... kalo mau jadi babi ngepet, ia harus tapa begitu".. Giliran Roy yg tertawa.
Ia melihat Nyi haji dengan ayunya memindahkan keripik opak itu dari nampan ke toples untuk persedian camilan Abah Kyai nanti..
"Ini berkaitan dengan ilmu kebatinan... kuncinya ada di antum juga... antum punya bakat Roy... Abah heran, Abah ga bisa baca pikiran antum"..
Setelah abah Kyai mengucapkan itu, Nyi haji berdiri berjalan ke arah lemari membawa nampan berisi keripik itu, ia menaruh nampan itu ke atas dan menaruhnya sambil mengangkat kedua tangannya menyimpan nampan itu di atas lemari. Karena memakai Rok santai yg kecil, membuat Pantat Nyi haji jelas tercetak bentuknya, nungging, Gede, dan bulat.. dan setelah diperhatikan lebih seksama,.... Sekal dan padat.
MEmbuat batin Roy berkata "Ohh".. Nyi haji Kyai seksi .. "Gimana Roy., Mau tidak" Ucap Abah haji mengagetkan batinnya, membuat Roy yakin, bila Abah haji tak bisa membaca batinnya. Buktinya ia tak menegur saat Roy takjub melihat cetakan pantat istrinya..
"Uhmm.. kalo prosesnya mudah dan bisa ngebantu Abah kenapa ngga?" Jawab Roy melihat Nyi haji balik lagi mengambil toples itu. Ia sempat melihat Roy apa benar pria itu memperhatikannya, ternyata benar. Tepat saat Suaminya blak2an tak bisa melihat dengan mukasyafahnya. Roy memperhatikan pantat nungging istri kyai itu..
"Ya Tuhan.. apa salah hamba.. sampai2 punya ibu Kyai semolek itu".. ucap Roy dalam hati, ia malah merasa sedikit sarap mendengar suara hatinya itu.
"Ya sudah.. untuk sementara, jaga ustad Boim disana" Ucap Kyai..
Malamnya....
Semua Seperti tentara gerilyawan... Roy melihat anak buah Dharma, Ghani dan anak2 juga ustad boim bersembunyi dibalik perbukitan.. mereka mengintai dan memperhatikan.
Roy bahkan melihat anak buah Ghani mempersiapkan soft Gunnya. Meski mungkin menembak ayampun tak mungkin mati ayamnya. Namun senjata itu tidak bisa dianggap remeh. Ia juga melihat dharma sudah siap dengan golok panjangnya. Anak buahnya yg ikut mungkin sekitar 20 orang. Cukup bisa disebut satu batalyon orang2 ini mengintai.
Karena memang...
Tempat ini bukan sembarang tempat. Percis bayangan Roy seperti Gotham city meski letaknya diperkampungan dan dihutan. Roy heran, padahal menjaga kampung tapi orang2nya bawa sarung golok semua. Suara dangdut koplo dan teriakan orang yg main kartu terdengar. Bau minuman keras sangat tercium disini. Nampaknya memang disini bisa disebut surga kejahatan yg tersembunyi.
Roy yakin, orang2 dibalik kampung ini adalah mafia yg kaya raya semua. Mereka produksi narkoba dan juga kejahatan lain seperti penipuan, pencurian, pemalakan, pemukulan ada disini agar tak dicium pihak berwajib. Dan yg berjaga disini hanya cecunguk cecunguk yg mau dibayar mahal.
"Roy.. Roy.. sini.." Ucap dharma
Ia masih telungkup bersembunyi dibalik bukit bersama anak buahnya. Mereka semua yg ada disini menunggu komando dari anak buahnya yg menjadi intel, bila sudah datang kabar meneyerang, maka mereka menyerang.
"Kenapa Pak?" Tanya Roy..
"Itu.. Lihat Orang itu.... orang itu pernah saya lihat waktu Reuni kemarin..' Ucap Dharma yg membuat Roy kaget.
"Yang mana"?
"Itu yg rambutnya panjang memakai baju hitam, jenggotnya putih"..
Roy melihat orang yg seumuran abah haji sedang berjalan menenteng goloknya, tingginya mungkin se dharma, orang itu terlihat seperti paranormal atau dukun, "Serius pak?" Tanya Roy.
"Serius, saya ngeliat orang itu lagi ngopi disamping gedung pertemuan yg dipake Reuni itu.. siapa itu..?..
Roy menzoom orang itu melalui kameranya dan memfotonya, ia teringat Nyi haji bilang bahwa kyai Basri sempat terlihat takut sambil menyebut Kata Cacing saat memasuki Ruangan Reuni itu. Jangan - jangan ini orangnya..
Ustad Boim, Roy dan pak Dharma saling melihat dalam diam .. Jangan - jangan Guru ini yg mengganggu Kyai..
Hape pak Dharma menyala.. ternyata dari anak buahnya, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, cuaca pun nampak beda, nampaknya akan turun hujan..
"Hallo..Her" Ucap Dharma..
"Hallo.. ini siapa ini ngirim2 orang kesini.. gw tangkep orangnya, lu jangan macem2 dikandang gw.."
Dharma kaget 'itu anak buah saya, saya Dharma Makmun".. Ucap Dharma memperkenalkan dirinya sebagai jawara terkenal agar orang itu kaget mendengarnya dan tak berani macam2..
"Oohh elu Jawara sono ya... ngapain lu ngirim2 orang kesini hahh.. bawa duit tebusan kalo anak buah elu mau hidup.. elu cuma jawara sono.. elu ga bisa apa2 kalo udah dikandang gw.. ngerti lu.." klikk.. seketika telepon ditutup..
Dharma naik pitam, "Bangsat si heri kena tangkep.. dia juga ngeremehin saya .."
"Tenang pak Dharma tenang..kita ga tau diwilayah mana heri ditangkap.."
Kemudian Dharma mencabut golok panjangnya, dan mulutnya komat kamit sambil membaca mantra dan memejamkan matanya.. kemudia ia bilang keras "Ini Wilayah saya.. SERAAANG!!!!"...
SHIT...
UcaP Roy...
Dharma teriak serang dan langsung menyerbu kediaman barong, juga semua anak buahnya mencabut senjatanya masing2 menyusul tuannya yg maju kedepan. Disamping ia naik pitam, ia juga tak mau anak buahnya kenapa2....
Roy bersiap menyiapkan kampaknya dan rantai yg selalu ia bawa, terdengar orang2 yg diwarung dekat gerbang kaget, karena jumlah mereka yg jaga hanya sedikit, mereka tak berani menghalangi, mereka hanya teriak untuk meminta tolong ke yg lain agar berkumpul..
BRAAAKKKKK!!!!
Pintu Rumah Barong Di Dobrak. Dharma yakin ini Rumah Barong karena heri sempat mengirimkan foto ini ke hapenya, dan benar saja.. Barong kaget beserta keempat temannya yg santai didepan kamar. Kamar itu diduga tempat heri disekap.
Tabrakan manusia pun terjadi..
Meski mereka hanya berempat, tapi tak pasrah diserang belasan anak buah Dharma juga anak buah Ghani. Mereka saling pukul, saling bacok. Sedangkan Royhan hanya fokus melindungi ustad Boim sebagaimana amanat Kyainya.
Teman Barong yg diduga membantu melemparkan kotoran disurau itu, habis dikeroyok anak buah Dharma, ada juga anak buah Dharma yg kena sabetan golok barong, mereka saling membacok dengan emosi tanpa berpikir, saat barong kewalahan, batok kepalanya Barong dibacok Dharma, seketika darah bercucuran kewajahnya, ia tersungkur jatuh kebawah..
"Stop stopp stoppp !!!" Teriak ustad Boim, keempat orang itu sudah terkapar, bahkan satu tak bergerak.
Barong yg masih memegang kepalanya yg bocor itu diinjak oleh Dharma sambil bilang..
"Hahh.. ngomong apa lu tadi... elu bilang gw ga bakal berkutik dikandang elu... Eh anjing kepala elu gw bocorin dirumah elu sendiri.." Ucap Dharma membalas ucapannya.. "Sekarang dimana anak buah gw".. Barong masih kesakitan menahan kepalanya, tambah ditendang oleh Dharma," jawab .. bughhhh"
"Dikamar pak.."
"Dobrak kamar itu cepet" perintah Dharma ke anak buahnya..
Solihin menendang kamar itu.. Braaakkk... terlihat heri wajahnya bengap sana sini beserta darah dari kakinya tanda ia pun habis dipukuli, kesal meliat itu, Dharma bacok bahu Barong... Blettttt..
AAKKHHHH... jawab Barong menjerit..
"Nih kenalin, Dharma Makmun, elu liat wajah gw baik2, gw udah ada disini saat elu masih nyusu sama emak elu.. Paham lu... kenalin.. gw keamanan pesantren Awwabin.. kalo lu berani macam macam lagi ke pesantren kaya kemarin.. lu naggung akibatnnya paham lo" Ucap Dharma.
'Sudah pak.. sudah.. " ucap ustad Boim gantian, ia bertanya..
"Dibantu siapa kamu sama orang dalam pesantren?"
Barong tak menjawab, Ghani datang.. selangkangan Barong diinjak oleh Ghani yg masih merasa kesal mengingat tatang dikeroyok, "uuhhhh".. ucap Barong kesakitan.. kencang sekali ia menginjak selangkangan itu, Roy khawatir tidak bisa berfungsi lagi.
"Jawab lu kalo ditanya.."
"Sabar.. sabar.." ucap ust Boim menenangkan..
"Saya tanya sekali lagi... sama orang dalam siapa kamu bekerja sama nyerang surau kami.."
Dengan pelan dan ragu sambil menahan rasa sakit.. Barong menjawab..
"Us.. us.. ustad Ujang pak.."
Seketika seluruh orang yg hadir kaget, bahkan Roy menjatuhkan kampaknya sendiri...
Plakk... kali ini ustad Boim yg menggampar karena tidak Rela ustad yg dikenal paling rajin dipesantren Awwabin dituduh melakukan perbuatan keji itu "yang benar kamu.."
"Iya pak.."
Plakkk..
'Yang benar kamu"..
"Iya pak..."
Setelah menjatuhkan kampak, Roy lemas, ia berjongkok sambil memegang kepalanya, ustad Ujang termasuk ustad yg ia sayangi, orang itu yg pertama kali memberitahukan Roy perihal serangan klenik ke ustad Fian. Orang itu pula yg sering menemani dia keluar, bahkan membantunya keluar saat masa2 sulit dulu sewaktu luka bacoknya belum hilang. Roy lemas.. tak percaya saat Barong menyebut ustad yg terkenal karena rajin bekerja tanpa pamrihnya..
'Yg benar kamu" plaaakk.. ucap Ustad Boim sambil menangis.. ia tak percaya.. sedih.. terpukul... berdoa semoga barong tak sadar hanya memfitnah, tapi nampaknya apa yg diucapkan Barong itu benar, tak mungkin ia mau berbohong saat nyawanya terancam begitu.
Ustad Boim tersungkur sambil menangis, ia duduk sambil menahan badannya didepan Roy yg sama juga lemas, saat mereka semua lengah, ada satu orang yg sempat tak bergerak, hendak menyerang ustad Boim, ia hendak membacok
"Awas tadzzz!!!!"""
Roy, yg saat itu juga sama lengahnya karena kampaknya ia jatuhkan, segera memberikan badannya untuk ustad Boim. Saat orang itu mengayunkan goloknya Roy Tangkis dengan lengannya, lengan Roy sobek berdarah kena bacokan. seketika itu juga, Ghani bacokan goloknya keperut orang itu, bertubi tubi sampai orang itu tak beregerak. Roy langsung meng amankan ustad Boim, dan menariknya menjauh, dati orang2 yg terkapar itu, lengan Roy berdarah, untungnya, bacokan itu tak mengenai bekas jahitan ketika ia tawuran itu, bekas jahitan ketika ia dirawat ustazah Ayni dulu..
Lengan Roy berdarah, ustad Boim kaget dan semakin kencang tangisannya, kini muridnya yg memberi badan untuk melindungi gurunya itu terluka lengannya, berdarah bercucuran, menangkis serangan golok itu. Bila Roy tak sigap dan tak memberikan badannya, mungkin golok itu bisa terkena lehernya, mungkin ia sudah mati sekarang.
ia langsung menghentikan pendarahan itu dengan sorbannya, tapi sepertinya hanya pendarahan ringan, tidak dalam.
Karena terbawa suasana ada satu orang yg berani menyerang, tiba barong yg memang dekat dengan tubuh Dharma memberanikan diri menusuk..
Jlebbbb...
Ahhh teriak dharma... seketika anak buah Dharama. Menendang kepala Barong sampai ia tak bergerak.
Diluar sana orang ramai berkumpul, namun untungnya, para Jawara teman dekat Dharma juga anak muridnya silat ustad Boim ditempat itu berdatangan. Orang2 penjahat didaerah itu pun tak berani menyerang, karena banyaknya bantuan orang2 pesantren.
"Hayu kerumah sakit.." ajak Boim..
"Ngga tad..Saya mau langsung ketemu ustad Ujang.. saya mau memastikan itu salah " Ucap Roy yg masih shock mendengar kabar itu.
Tak lama polisi datang, dan menemukan bukti bila keempat orang itu yg melakukan penyebaran kotoran disurai, juga dugaan penyekapan heri disertai penculikan dan pemukulan. Keempat orang itu langsung dibawa ke rumah sakit. Sedangkan Roy dan Dharma meski ada pendarahan kecil bergegas pulang ke pesantren.
Hujan dengan derasnya sudah turun malam itu, disertai petir yg amat kencang saat mereka datang ke pesantren..
Suasan sangat mencekam...
Tidak, mereka tidak mau memberitahukan langsung masalah ini ke Kyai. MEreka langsung menuju kamar ustad Ujang. Suasana mendadak mencekam, malam hujan itu dipesantren awaabin. Roy terluka, Dharma terluka tapi tak meyurutkan semangat mereka untuk menyelesaikan masalah ini.
Roy menelepon ustad Juned, dan memberi tahukan agar datang kekamar ustad ujang saat ini juga tanpa harus memberi tahu Kyai terlebih dahulu. Saat ia diberit tahu semuanya, hujan pun tak mengalangi ustad Juned, Ustazah ipah yg mendengar ini menutup mulutnya, shock, tak percaya dengan kabar ustad Ujang.
Ustad juned mmberitahukan ustad Fian, meski istrinya sedang hamil, Hujan- hujanan mereka turun kebawah menuju kepesantren tempat kamar ustad Ujang..
Selama dijalan menuju kesana juned tak percaya, karena baru kemarin malam dibale ustad Ujang bilang khawatir dengan umminya. Segera meski hujan hujanna ia ingin memastikan kabar ini.
Sementara ustad boim, Roy dan Dharma sudah berada didepan kamar ustad Ujang.. Boim teringat justru ujang yg menggampar dengan emosi santri yg lalai waktu jadi bulis malam perihal peristiwa itu terjadi, namun Boim sadar, ustad ujang menggampar bukan karena kesal kepada Bulis itu, tapi ia terlihat kesal terhadap dirinya sendiri.
Saat disana, hujan masih sangat derasnya. PEtir menyambar begitu dahsyatnya berbunyi, ustad Fian dan Juned datang dengan basah kuyup. Mereka semua mengetuk pintu kamar ustad Ujang..
Saat dibuka.. mereka kaget...
Seolah - olah ustad Ujang tahu bila ia akan dihampiri orang - orang ini. Ia sudah menunggu, duduk dikursi dengan kaos bertuliskan Pon-pes Awwabin berwarna hijau, dan celan bahan kremnya..
Ustad Boim, Roy, Fian, Juned dan Dharma beserta anak buahnya masuk. Mereka diam tak berbicara. Untung kehujanan deras, sehingga air mata ustad Boim tak terlihat. Dan air matanya semakin jelas, saat ia melihat ustad Ujang pun menangis tanda bahwa yg dikatakan Barong itu benar.
Tentu mereka tak memukul ustad ujang, mereka sayang, karena tahu, ini adalah ustad yg paling rajin di Awwabin, yg mereka tidak mengerti apa alasan ustad yg mereka sayangi ini membantu perbuatan keji itu..
Melihat ustad ujang menangis, ustad Boim dengan berat bertanya..
"Kenapa Tadz:?'
Roy pun yg menahan sakit keluar air matanya, karena yg dikatakan Barong itu benar...
"Kamu tau kan Boim, saya cinta pesantren ini, saya rela mati buat pesantren ini.." ucap ujang
"Tapi kenapa.. saya mau tanya dulu kepastian, tolong jawab jujur stad.. apa benar ustad yg membantu Barong melakukan penyerangan itu?..
Ustad Ujang menunduk, dan menganggukan wajahnya.. lagi rantai Roy terjatuh bawah, shock untuk kedua kalinya.. senter ustad Juned lepas dari genggamannya, ustad Boim langsung lemas, ia berjongkok bersandar ke lemari kamar. Ustad Fian menghampiri "Apa benar tadz.."..
Lagi ia mengangukkan wajahnya, sampai ustad Fian membuang wajahnya..
"Kenapa antum tega tadz!!" Teriak ustad Juned..
"Antum tau kemarin!!!!... ummi lagi sakit.. butuh pengobatan... kalo tidak diobati bisa hilang nyawa ummi saya tadz.. saya terpaksa mengambil Uang .. untuk pengobatan ummi.. tapi satu hal yg saya tidak sangka, kenapa mereka harus mengeroyok Tatang.. saya ga mau nyakitin orang.."
"Tapi antum secara tidak langsung nyakitin pesantren tadz.. ngotorin surau pake pake kotoran..... apa itu namanya tidak nyakitin.." tanya ustad Boim..
"Antum tahu kan saya cinta pesantren ini, ustad ujang yg bangun paling subuh membangunkan para santri.. saya hanya terpaksa memikirkan ummi saya.. saya juga sayang ummi saya.."..
"Antum udah buat Kyai Resah.. antum juga udah nyakitin seluruh isi pesantren.. " Ucap ustad Juned.
"Juned... Antum tahu saya cinta pesantren, saat antum malas membangunkan santri, siapa yg membangunkan.. Ustad ujang, saat kalian malas membersihkan kamar mandi santri, siapa yg melakukan.. Ustad ujang.. menurut antum kenapa saya nangis waktu dibale kemari.. saya meneysal tadz, saya tak tenang.. saya terbebani.. antum tahu kan saya cinta pesantren, tapi saya terpaksa karena ummi saya harus Berobat.. saya pernah bilang Ke antum kmarin juned... surau kotor masih bisa dibersihkan, Tatang luka masih bisa diobati... tapi satu hal yg ga akan saya lakukan stad.. saya ga bakal nyakitin Abah haji.. orang itu sudah menjadi orang tua kedua saya.. "
"Saya ga percaya tadz" Tanya Roy, melihat ujang..
Sambil menangis ustad ujang bilang Ke Royhan..
"Tau apa kamu Roy.. saya mau tanya antum..?,, antum pernah ngabdi dipesantren..?.. antum tau berapa gaji ustad disini hah.. bangun pagi, tidur malam mengurusi santri , kadang malam pun tak tidur.. antum pikir berapa gaji ustad disini hah... Ngga ada.. " Ucap Ujang menangis.. "Saya lelah, saya cinta pesantren ini, tapi saya juga cinta ummi saya.."
Ustad Boim berdiri.. meski ia menangis, mendengar alasan ustad itu..
"Tadz.. besok ustad harus udah ga ada disini lagi... kalo tidak, kami bisa bertindak".. Ucap ustad Boim meninggalkan kamar itu. Tidak tentu ia tidak mungkin menyerang sahabtannya..
Seseuatu yg sulit dijelaskan tentang sahabat...
Semua orang yg hadir disana lemas ,meski hujan terdengar sangat jelas, mereka semua pulang, dan memberitahukan Kyai.
Pak kyai pun Sedih, karena ia sudah tahu alasannya..
Itulah kenapa alasannya Kyai Basri menasehati semalam tentang pencuri yg tak dihukum pemimpinnya. Para ustad sudah mendengar alasan itu, Sekarang mereka mengerti kenapa Abah haji terdiam dan tak menghukum.
Ustad boim Menyuruh Roy agar menginap dirumahnya, karena disana ada p3k, yg bisa mengobati lukanya. Sedangkan Dharma harus dibawa ke klinik Abah Basri karena luka tusuknya dalam.
Baik Royhan dan ustad lainnya masih shock dengan kejadian tadi. Roy duduk diruang tamu ustad boim, sudah salin dan handukan mengeringkan tubuhnya. Ustad Boim Datang dengan ustazah anies keponakannya. Ustazah anies mengerti tentanng p3k karena dia penjaga koperasi yg termasuk menjual obat2an dan tekhnik dasar mengobati emergency.
Ustazah Anies, menangis melihat Roy, karena ia sudah mendengar semuanya dari ustad Boim. Tela menyerahkan badannya tanPa pikir lagi untuk menyelamatkan pamannya itu. Termasuk tak Percaya apa yg menimPa ustad ujang.... ia menutup wajahnya membersihkan air matanya.. sambil mulai memperbaiki memberi perban luka itu, ia bilang..
"Makasih udah ngejaga paman aku, udah Rela nyerahin badan, sampe ka Boim selamat".. ucapnya tersedu lagi, mengingat ucapan pamannya itu tadi.
"GA usah dipikirkan, yg penting ustad Boim ga kenapa napa."
"Besok bakal banyak yg heboh dipesantren.. selevel ustad ujang aja bisa terjatuh.. orang ini pintar melihat Kelemaham pesantren" Ucap Ustazah anies.
"Jangan khawatir... kita pasti menangkap Orangnya.." Ucap Roy
"Sekali lagi makasih udah ngejaga ka boim"
Ucap ustazah anies yg tercium sangat wangi malam itu, jujur luka Roy sedikit reda saat wanita ini didekatnya.. serasa... ada dirumah.
Ia melihat ustazah anies begitu cantiknya malam itu, Roy merasa rileks merasakan lukanya yg diperban melihat wanita itu..