javascript hit counter

Kembali Ke Pesantren Sebagai Lelaki Sejati

EPS :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Chapter 46 : Potongan Kertas



Ustadzah Laila


Ustadzah Laila.jpg


Ustadzah Anies


Ustadzah Anies.jpg


Ustadzah Ayni


Ustadzah Ayni.jpg






@Pesantren Awwabin

"Abah belum tidur yah?" Tanya Nyi haji Laila melihat suaminya yg baru saja pulang dari tempat pengajian pesantren, sambil mengaduk jahe hangat untuk abah haji, ia berdiri dan melihat kantung mata yg menghitam, tanda ia terjaga semalaman. Terutama setelah malam yg menggemparkan pesantren.

"Hmmm" Ucap Pak Kyai santai sambil duduk tak menjawab peetanyaan istrinya. Tentu ia tak bisa tidur, tidak setelah kejadian semalam yg membuat Dharma tertusuk dan Roy terluka lengannya. Juga saat anak2 muridnya mengetahui rahasia dibalik tindakan ustad Ujang selama ini. Ustad yg paling rajin.

Sebetulnya, Abah haji sudah tahu bila ustad Ujang yg membantu Barong melakukan gangguan pesantren dengan imbalan sejumlah uang. Tapi ia tak mau membuat suasana lebih kacau. Biarlah para ustad dan santrinya mengetahui sendiri kenapa alasannya. Ia juga tak mau membuat heboh anak - anak muridnya, juga Dharma. Sekarang mereka sudah tahu alasannya. Permasalahan waktu memang.

Sebagai seorang kyai yg berilmu tinggi, terlihat jelas kemampuannya. Juga penglihatannya, jiwa bijaknya. Terutama ketika ia sudah menceritakan ada pemimpin yg melepaskan seorang pencuri karena tahu keluarganya kelaparan. Tentu Abah haji berharap, seTelah ia menceritakan kisah itu, murid - muridnya yg terdiri dari para ustad senior juga Roy bisa berpikir bijak sepertinya, karena mereka tahu ada alasan dibalik tindakan ustad ujang itu, meski mereka kaget dan memutuskan untuk mengusir Ujang dari Pesantren ini.

Tadi subuh ketika Pak Kyai mengajar ngaji anak2 santri, Kyai melihat banyak raut kekecewaan dari semua ustad maupun santri yg mendengar. Suasana masih sangat panas subuh itu juga, heboh, hingar bingar dan banyak yg tak percaya. Namun memang itu kenyataannya.

Seperti sudah tugasnya sebagai mudir untuk menenangkan suasana. Dan betapapun sakitnya yg merasakan kejadian itu, sama seperti yg dialami para ustd dan santrinya. Abah haji tak menampakan kesedihan itu dihadapan para santri ketika ia mengajar Riyad shalihin tadi. Ia harus terlihat kuat. Terlihat baik baik saja. Bagus untuk mental para santri dan para ustadnya. Karena Mudir adalah paku pimpinan yg memberikan jaminan keseimbangan kehidupan yg baik juga jaminan ilmu untuk santri dan para ustadnya. Abah haji memang mempunyai Kualitas seperti itu.

Mulai berdatangan bantuan dan simpati masyarakat sekitar juga dari pesantren - pesantren yg lain seTelah kejadian itu. Tak henti - hentinya hape pak kyai berbunyi, dan harus Nyai Haji, istrinya yg harus menjawab satu persatu pertanyaan pertanyaan itu, sampai ia kewalahan menjawabnya. Intinya ia menjawab bila pesantren dalam keadaan baik - baik saja seTelah kejadian semalam.

Ada banyak pertanyaan saat ustad Ujang malam itu juga memutuskan untuk meninggalkan pesantren. Sebelum mengajar Riyad shalihin subuh tadi, ustad Boim menceritakan bahwa ad orang yg ia pernah lihat ketika Reuni, ternyata ia ada dikampung itu. Pak kyai tersenyum..

"Bukan Abah pernah bilang, orang yg melakukan ini semua seorang guru yg berilmu , namun ia memakai ilmu hitam, muatan ilmu itu negatif dan sangat jahat, Gurumu ini masih bisa menangkal serangan ilmu itu selama kalian bisa menjaga pesantren ini, sayang lubang lemah itu dibuat oleh ustad Ujang, Abah masih sangat sedih mendengar alasannya, sehingga abah sempat lengah menangkis serangan itu.. perlu diingat pula, guru itu bukan pelaku utama, dia cuma pembantu.. pelaku utamanya disembunyikan sampai mukasyafah Abah tertutup" Ucap Abah Haji panjang lebar menjawab pertanyaa. Ustad boim sebelum ia pulang tadi.

"Gimana keadaan Roy ?"..

"Sudah dibalut Pak Yai lukanya, sedang tidur."

"Abah bisa merasa, anak itu sedang syok, sama syoknya seperti kita.. beri ia waktu agar bisa mem - proses syoknya itu, abah yakin kedepannya ia bisa berguna buat pesantren"..

Abah haji memang selalu benar bila sudah meramal hal2 seperti ini, tapi ia tidak detail menjelaskannya bagaimana, ustad Boim tetap menyimpan ucapan abah haji itu, sambil mengingat muridnya yg melindunginya semalam.

UStad Boim paham dengan maksud dari ucapan kyai, dipastikan orang separuh baya yg dilihatnya semalam itu memang terlihat seperti seorang guru. Ia bahkan berkali melihat fotonya dihape Roy saat pemuda itu menzoom sambil mengambil gambar semalam.

"Sekarang antum istirahat.. setiap yg akan datang pasti datang.. setiap yg akan terjadi pasti terjadi.. abah bisa melihat arah anginnya berubah.. arah angin positif.. biarkan Roy mem proses masalahnya, ia masih muda, abah bisa lihat ia lebih baik dan lebih baik setiap harinya.... seperti kejadian semalam.. datang juga kan waktunya?.. cepat atau lambat abah yakin kita bertemu dengan pelakunya..tunggu saja... hanya saja, abah juga tidak tahu seperti apa?, yg jelas sabar, juga waspada".. Ucap Pak Kyai lagi..


"Abah harus istirahat," Ucap Nyi Haji membuyarkan lamunan Pak Kyai saat ngobrol dengan ustad Boim tadi. Sambil menyediakan jahe hangat kesukaan Abah haji subuh itu. Dengan sahaja dan cantik Bu Kyai membuat Jahe hangat itu agar Abah haji merasa Rileks setelah kejadian semalam.

"Ummi ngerti abah masih kepikiran semalam, tapi ustad Ujang udah pergi, harus lah kita lupakan yg sudah2, Jangan dibiasakan terlalu dipikirkan, apalagi sampai begadang.. nanti abah sakit".. Ucap Nyai haji yg khawatir dengan kesehatan Zauji nya. Meski ia kurang tidur juga sebenarnya, dan mengerti kenapa Pak Kyai tidak tidur dengan kejadian semalam, tapi sebagai seorang istri, Nyai Haji harus bisa menenangkan suaminya. Terlebih seTelah melewati kejadian paling kelam selama ia merintis di pesantren Awwabin selama ini.

"Ummi ingat, ketika abah tutup mata, memegang tangan ummi sambil istigfar dan bilang berulang ulang bahwa ada cacing disana?".. Tanya Kyai.

Nyi Haji Kaget, tentu ia ingat dengan kejadian itu. Ia bahkan ingat betapa kencang Abah haji memegang tangannya. IA juga ingat menceritakannya Ke Royhan waktu istrahat dihotel itu.

"Ada apa Bah?"..Tanya Nyi Haji.

Pak kyai memegang mug besi jahe hangatnya....

"Orang itu.. ternyata memang ada di dekat kita sekarang, dkampung yg diserang semalam.. Dharma, Roy dan ust Boim melihat".. Ucap Pak Kyai membaca doa sebelum ia akhirnya meminum jahe hangat itu.

"Abah yakin?" Tanya istri kyai itu memakai terusan warna abu abu yg cantik.

"Yakin, abah juga bisa merasakannya... yakin" Ucap Pak Kyai menaruh mug besi itu sambil mengusap dadanya. Nyi haji tahu bila abah haji mengetest ilmunya.

Nyi haji duduk disebelah kursi suaminya membuat terusan itu semakin ketat mencetak tubuh figur jam pasirnya, Hourglass Figure. Berlekuk semok montok dan indah yg bisa mengundang jakun lelaki menelan ludah. Sajian mata langganan para lelaki yg bukan muhrimnya bila sudah melihat Nyai Haji. Seperti lupa strata sosial bahwa ia seorang istri Kyai dihormati banyak orang. Untungnya, ia cuma berdua dengan Pak Kyai sekarang.

"Pantes, abah bisa ngelihat waktu itu" ucap Nyi haji, dan ia juga ingat menceritakan hal ini ke Royhan perihal cacing . Dan ia juga diam2 menyembunyikan kenyataan, saat ia menceritakan cacing yg dilihat mukasyafah suaminya itu, Pemuda itu sempat melihat cetakan payudaranya. Sopan sekali ia melihat cetakan payudara istri Kyainya, merasa aman mungkin karena tak bisa dimukasyafah suaminya. Satu satunya alasan kenapa ia mau menceritakan Ke Roy karena posisi pemuda itu sekarang. Ia menjadi salah satu pemuda yg sudah memiliki tempat tersendiri dipesantren ini. Terlihat pemuda itu yg justru balik mengurus keluarga ustazah Ayni yg sedang hamil sekarang, pemuda itu yg menjadi tuan rumah dirumah ustad Fian.

Meski kejadian melihat cetakan payudaranya itu tidak disengaja, tapi tetap saja tak sopan. Zina mata namanya, Bu Kyai berulang ulang kali istihfar nyebut bila mengingat mata Royhan yg sempat tak disengaja jelalatan itu. Nyai haji terpaksa harus membiarkan kejadian itu, karena memang ngobrolnya harus berbisik dan dekat. Kurang ajar memang pemuda itu tak sengaja bisa melihat dari dekat tahrim mar'ah Kyainya pikir Nyi Haji, tentu kejadian itu ia sembunyikan. Tidak ketika ia sedang mengobrol dengan suaminya sekarang, takut terbaca pikirannya.

MEntang mentang tak bisa diMukasyafah Abah haji, seperti kemarin misalnya, meski ada Abah Kyai dirumah ia tetap memperhatikan cetakan belakang tubuhnya yg semok mengundang itu. Ia seperti cuek..

"Iya abah juga bisa merasa waktunya semakin dekat, Abah bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan kuat, tapi abah butuh bantuan"

" Dari Siapa bah?" Ucap Nyi Haji berkonsentrasi agar memory itu tak terbaca suaminya, tunggu dulu, kenapa aku harus ngelindungin anak yg udah jelalatan itu matanya.

"Beberapa orang di pesantren ini memiliki aura kuat , pelindung dari serangan negatif ini, abah bicarakan lebih detail kedepannya"

"Contohnya..?"


Kemudian Pak Kyai kembali mengusap dadanya dan berucap "seperti Ustad Boim, ustad Arief, Roy juga..."

Nyi haji kaget ketika kandidat terakhir itu disebut , Kenapa pemuda itu disebut?, andai pak kyai bisa tahu apa yg dilakukan anak itu dihotel, juga kemarin, meski tak sengaja, tetap saja pasti pikiran abah haji berubah.

Memang anak itu terbukti bisa diandalkan. Memiliki posisi tersendiri dipesantren, terbukti ia menjadi pimpinan rumah dirumah Ustazah Ayni pikir Nyi Laila. Beban hidupnya sudah dikeluarkan oleh Roy, pemuda itu juga mengangkat martabat dan derajat keluarga ustad Fian Pikir Nyi haji. sampai akhirnya Ayni bisa hamil.

Apa abah haji melihat pemuda itu mempunyai hal yg lain sampai dijadikan salah satu kandidat yg bisa diandalkan? .

Tapi, Nyi haji tahu bila Abah haji sudah memutuskan sesuatu pasti ada alasan dibaliknya. Mungkin salah satu alasannya sesuai dengan pikirannya tadi, Roy bisa menjadi pria yg diandalkan. Ia berharap ekspektasinya terjadi. Muridnya bisa memberi manfaat dipesantren ini. Bisa memberi kontribusi, dan lirikan lirikan yg kemarin hanya bentuk kewajaran karena usianya masih muda.

"Abah harap Roy tetap semangat membangun Guest House pesantren itu meski ada gangguan"..

"Hmm. Ummi dapet info dari ustazah anies katanya pak suprapto mau kesini nengok sekalian membawa pengganti Pak Tatang.. terus... umii juga menerima telepon dari Agus.. ia juga mau datang kesini." Ucap Ustazah.

"YA sudah kita tunggu saja.."

"Hmmm...Kabar Pak dharma, Royhan sama ustad Boim skarang gimana Bah
?" Tanya Nyi haji tak melihat mata suaminya...

"Royhan menginap dirumah ustad Boim semalam, lukanya diobati.. lukanya tak dalam, ustad Boim alhamdulillah sehat abah sempat ngobrol tadi ba'da subuh.. tapi Pak Dharma.... pak Dharma harus dirawat diklinik haji Badri, karena luka tusuknya dalam.."..

"Ummi mau nengok Bah"..

'Aamin.. nanti kita tengok bersama Pak dharma diklinik haji Badri nanti... kita jadwalkan.."...

Nya haji berdiri merapihkan jas suaminya pemberian dari Roy itu, sambil merapihkan Jas ia berkata.. "Ada satu yg membuat ummi khawatir bah.."

"Kenapa lagi ?".. Tanya Pak Kyai melihat istrinya menunduk merapihkan jas..

"Khawatir kalo kejadian ustad ujang terjadi lagi.."

Terlihat jelas maksud dibalik rasa khawatir itu.... "Insyaallah tak terjadi lagi,lihat, kita tenang kan, kenapa Ummi berpikir kesitu lagi..?"..

Kemudian ia taruh jas itu dilemari dan duduk kembali dikursi dekat dengan Kyai.

"Abah tahu, kenapa alasan ustad Ujang melakukan itu.. karena kita belum bisa mensejahterakan guru2 kita Bah... faktor utamanya..... perekonomian pesantren kita masih belum "Cukup".." Ucap Nyi haji.

Sad but true.. tapi memang itu permasalahannya..

Memang, permasalahan ekonomi adalah hampir menjadi permasalahan di tiap tiap pesantren. Itulah seninya merintis pesantren. Itulah yg sering dibicarakan ketika Nyi haji mengobrol dengan istri2 kyai lain bila sedang berkumpul, cerita lama, permasalahan lama.. ekonomi.. seperti bisul yg masih saja tak kunjung betus dan belum bertemu jalan pemecahannya.

Karena memang system perekonomian pesantren masih memakai sistem pengabdian, jadi wajar bila ustazah Laila khawatir dengan kejadian itu lagi.

"Ummi.. Nyatanya cukup kan... abah sering bilang matematika diatas, berbeda dengan matematika kita.. liat... meski berkali kali kita diatas kertas kita defisit.. kurang... tapi kita mampu mencukupi kebutuhan para asatid ustazah, pesantren kita bisa membangun sampai sekarang.."

"YA bah.. tapi nyatanya... satu ustad yg paling rajin bisa tergiur dengan sejumlah uang, ummi khawatir kalo kita belum menemukan cara yg tepat untuk mensejahterakan guru2 kita,pasti kejadian ustad ujang ustad terjadi lagi".. Ucap Nyi Laila. Sebagai seorang wanita cerdas .. Pak Kyai bisa melihat dan mewajarkan rasa khawatir itu.

"Ummi ga usah takut... yg namanya ular, tetap berbisa meski suka ganti kulit... memang dasar ustad Ujang tak punya niat yg tulus sampai berubah hatinya, abah kecolongan... kalo ujang mau terbuka tidak mungkin kita tidak menolong.. tapi memang.. nasi sudah menjadi bubur... kita tinggal cari cara agar bubur itu bisa lebih enak dari nasi.. kita perlu bumbu.. yg penting kehidupan pesantren berjalan dengan baik".. Ucap Kyai.

Usatazah Laila mengangguk, meski ia masih merasa khawatir.. ia masih belum bisa menemukan penyelesaian 'masalah ekonomi pesantren ini. Ia butuh ide baru, yg biasanya lahir dari anak-anak muda. Ide yg bisa merubah keadaan pesantrennya. Ide yg bisa menjadikan kasus ustad Ujang itu merupakan kasus yg terakhir.



-@----------@-----------------





"Tau apa antum Roy?...... Hah?.... Antum pernah ngabdi Roy?.. .. Antum tau berapa gaji ustad yg mengabdi disini ?. GA ADA!!!!"....

Ucapan ustad Ujang semalam itu masih terngiang dikuping Roy. Suara itu, hujan itu, tusukan bacokan itu, penyerbuan itu. Ia ingat semuanya.

Suara itu seperti sengatan lebah, yg membuatnya ingin bangkit. Suara itu seperti api yg membuat bokongnya panas, seperti kutu yg membuat gatal kepalanya. Ia seperti tertantang, bahwa ucapan ustad pengkhianat itu salah.

Bagi pemuda itu, ucapan ustad Ujang itu seperti menggelitik.. seakan - akan TANTANGAN untuknya....

Ingin membuktikan, bahwa ia bisa menyelesaikan masalah pesantren itu. Ia ingin membuktikan ia bisa, dan ucapan ustad pengkhianat itu salah.

Bukan sekedar vonis yg menganggapnya masih anak2, tapi ia ingin menunjukan kapabilitas menyelesaikan masalah ini. Sebagaimana layaknya anak muda. Ia ingin membuktikan diri.

Namun dibalik tantangan itu ia simpan dalam hati, ia tetap tenang berpikir mencari jalan keluarnya. Agar kejadian seperti ustad Ujang itu tak terjadi lagi. Ustad Ujang berurusan dengan orang yg salah pikir Roy. Yang tadinya cinta, sekarang berubah menjafi benci. Beruntung ia dengar ustad Ujang sudah pamit semalam, bila tidak mungkin urusannya akan lain. Terasa Lukanya sudah kering akibat bacokan semalan, juga diperban oleh ustazah Anies malam tadi, hingga pagi ini, ia tak merasa sakit.

Meski diilarang oleh ustad Boim, namun ia tak betah diam,. Pagi tadi ia ditengok oleh puluhan ustad yg khawatir saat mereka mendengar kabar semalam. Datang juga para ustazah ke rumah ustad boim bada subuh itu. Termasuk ustazah Ayni juga ustazah Ipah. Ustazah ayni memeriksa luka bacok dilengannya itu berjauhan dengan bekas luka bacok yg dirawatnya waktu ia bersembunyi dari kejaran polisi disamping rumahnya. Ustazah Anies bercerita tentang apa yg dilakukan anak ini ke pamannya. Namun tetap saja... Roy kena Bully oleh ustad ustad yg menengoknya, bahwa ia memang dasar maunya dirawat ustazah anies. Ledekan hangat yg mencairkan suasana.

Sekarang ia mencopot perban itu dan dilihat lukanya sudah sedikit kering, ia pergi ke Riayah menemui ustad2 yg lain untuk mendengar perkembangan info terbaru mengenai kasus semalam.




-@@@----------------




"AKhhh coba ane yg dapet duit tu 50 juta.. langsung langsung cari pemijat cantik sekalian dijadiin istri kedua... ane ga pake mikir".. Ucap ustad hari yg pagi itu berkumpul bersama para ustad lainnya digedung Riayah. Mereka mendapat info, bila jumlah uang yg diterima ustad ujang untuk membantu perbuatan keji itu adalah sebanyak 50 juta, datangnya dari pesuruh Barong untuk membantu penyerangan itu. Wajar dengan jumlah sebanyak itu, ustad yg terkenal paling rajin itu goyah hatinya.

"Kalo ane.. dapet uang segede gitu.. ane mau kabur... ga bilang bilang pak kyai lagi, tapi tiba2 anak ane banyak ada dimana mana.." ucap ustad Arief.

"Hahahahahahaha.. bener yak, coba kita2 yg dapet uang..."

"Ngaco aja antum semua".. ucap ustad Boim.

'Hadeehhh tapi bener juga sih ustad, uang itu gede, hati ane juga bisa goyah, hahahaha ucap ustad Juned canda yg hadir juga pagi itu.

Royhan menggeleng gelengkan kepaalanya. Tentu mereka menghilangkan stress dari rasa shock atas apa yg menimpa ustad yg paling rajin itu. Hadir juga ustad Fian, mereka semua mengobrol menyeruput kopi pagi. Saat Roy berjalan lebih dekat, ia disemprot ustazah Anies yg kebetulan lewat..

"Bagus yah, udah main keluar keluar aja sekarang.. udah dicopot juga perbannya, nanti kalo kakak kenapa kenapa gimana.. udah ah masuk lagi kerumah UstaD Boim" omelnya, ia memang masih merasa khawatir dengan luka pria ini. Dan sesuai dengan suruhan pamannya, ia memanggil Roy dengan panggilan Kakak.

Roy tersenyum "Ana udah baikan koq ustazah, ga betah kalo diem aja dirumah"..

"Tapi kan belum pulih.." Bawelnya perawan yg merawatnya itu membuat Roy malah senang melihatnya..

"Ngga apa - apa serius... mending ikut kumpul sama temen diriayah daripada dirumah terus.. nanti Ana ke rumah ustad lagi.."

Para ustad yg melihat Roy meneriaki.. sekaligus kaget karena perbannya sudah tidak ada...

"Antum sembuh Roy?.." Tanya ustad Fian.

"Ga Lama ustad.."

"Kirain mau ke Klinik Haji badri juga"
ucap ustad Arief.

Roy ikut duduk bersama mereka. "Kita pasti ke klinik haji Badri.. tapi bukan ngobatin saya.. tapI nengok Pak dharma bareng abah haji.."

"PArah yah katanya..?"

"Kalo ga buru2 di bawa klinik bisa kehabisan darah.. bisa lewat." Ucap ustad Arief.

"Untung antum ga kenapa kenapa Roy.. tapi ane ga abis pikir, antum nekat ngehalangin ustad Boim... kalo kena kepala bisa runyam urusannya.."..

"Yah bersyukur aja semua baik baik aja tadz.. Jawab Roy..

Kemudian ia mengeluarkan hapenya, membukan dan memperlihatkan sebuah foto lelaki semalam sebelum penyerangan itu... ia taruh hape itu di atas meja hingga dilihat oleh ustad2 lainnya.

"Tadi Salihin whassap ke saya, dia sudah dapet info mengenai orang ini.... Nih, namanya Ki Ideng.. alias abah gede... paranormal Kondang yg lama tinggal dikota *****, dia baru pindah kesini.. perkiraan saya, dia mulai pindah saat awal2 menyerang Pak Kyai... wajar kalo ustad Boim dikampung itu tak kenal... ini orang yg ber tanggung jawab terhadap penyerangan Kyai...dan yg penting, dia cuma seorang suruhan, pelaku utamanya disembunyikan" Ucap Roy panjang Lebar menjelaskan ..

"Hmmmmmmm..." Para ustad Kompak.

"Tujuan awal dia ngelakuin penyerangan itu... supaya kita takut... tapi ternyata dia salah... melihat keberanian kita.. dia tak berani menunjukan batang hidungnya.. pelaku utamanya yg menyuruh Ki ideng ini cuma ga mau melihat perkembangan pesantren. Iri hati mungkin.." Jawab Roy lagi...

"Siapa yah yg nyuruh..?"

"Itu dia... kita harus hati2 dan terus berani melawan.. pertahanan yg terbaik adalah menyerang, sebelum kejadian seperti kemarin terjadi kita harus mewanti wanti dari awal. saya masih bakal membicarakan urusan ini ke Pak Dharma nanti"
Ucap Roy.

"Tunggu apa lagi Roy... kita lapor polisi..."

"Jangan, kita belum ada bukti.. harus bertindak disaat yg tepat.."


"Show Must Go On... untuk sementara kita tetap fokus mengajar anak2 kita".. ucap ustad Juned..

"Betul tadz.. tadi Pak Kyai bilang, kita harus tetap tenang, nanti ketemu waktunya". Ucap ustad Boim.

Akhirnya mereka melanjutkan candaan 50 juta itu, saat Roy mulai duduk, ustad Fian menghampiri dan bilang.. "Ustazah masih mau tahu keadaan antum Roy", ucap Pak ustad ke pria tinggi besar itu.

"Gimana kabar Bumil (Semok) Tad?" Tanya Roy mengingat hasil karyanya itu, tentu kata semok itu hanya didalam hatinya..

"Sehat, ada diatas..."

Roy membetulkan tempat duduknya, ia sempat merasa sedikit ngaceng Saat mengingat kenyataan ustazah itu dihamili olehnya, karya sang penguasa rumah.

Semntara Abah haji diatas bisa merasa para ustadnya sedang berusaha tenang setelah kejadian semalam, ia tersenyum diantara tidurnya. Kejadian pesantren ini, terasa seperti potongan kertas.

Ada kertas Berisi takut, kertas Berisi harapan, kertas Berisi kecewa, kertas Berisi kebahagiaan, kertas Berisi kesedihan, juga kisah2 Yg tertulis kertas lainnya... yg apabila potongan kertas itu disatukan, maka akan menjadi buku yg indah . Ia membiarkan para ustadnya itu mem - proses setiap Masalah yg ada di dipesantrenNya.

EPS :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55