Chapter 47 : obviously
Ustadzah Shaipah

Ustadzah Laila

Teh Neneng

"Ambil kenapa ustad Hari, jangan berdiri aja disitu", ucap Arief yg berdiri dibawah pohon,
"Antum jangan kurang ajar, udah tau tangan ane ga nyampe ke buah.. maen suruh ambil aja" timpal Ustad Hari yg naik ke atas pohon mangga... ia sedang berdiri diatas dahan yg lumayan tinggi.
Mereka memang sedang santai dibelakang pesantren. Setelah kejadian yg menggemparkan pesantren mengenai penyerangan ke kampung preman itu, dan mengetahui Ustad Ujang yg menjadi salah satu dalang perusakan pesantren. Tak jauh dari perkebunan yg diurus Royhan dan ustad Fian itu, mereka bersantai melupakan penat sejenak.
"Hahahahahahahahaha.. mangkanya antum punya tangan jangan pendek - pendek, Kita mah bagian ambil aja.... instan.. Spesialis bantu doa dan support aja dari bawah..".. Ucap Arief Bawah.
"Tuhmil (kurang ajar) antum," Bales Ustad Hari.
"Heh.. Lughah (Bahasa)" Tegur ustad Boim yg kebetulan juga ada disitu sedang menemani Roy disamping Pohon.
"Afwan stad." Jawab ustad Hari melambaikan tangan dari atas pohon.. " Rief ambil gantar yg ditembok sana.. biar di oyag oyagin buahnya biar jatoh dari sini".. Ucapnya.
"Akhh.. ga profesional.."
"Tuhmil.. antum Kira ane Qirdun (Monyet) ".
"Lughah.." Tegur ustad Boim lagi.
Arief bergegas mengambil gantar, semacam bambu panjang yg sudah dibolongi ujungnya sebagai alat tradisional mengambil buah. Disekitar pohon itu ada Ustad Boim yg sedang menemani Royhan bersantai diatas samak. Roy selalu Menjaga tubuhnya tETap bugar setelah kena tusuk serangan kampung preman itu.
Bukan disengaja mereka semua berkumpul Sore santai dibelakang pesantren. Mereka ingin melepas penat. Banyak pepohonan hijau disini, tempat Agrobisnis milik Kyai Basri yg dipercayakan Ke ustad Fian dan Royhan untuk di urusnya ini. Pak Kyai melihat Roy mampu mensukseskan lahan sewaan milik ustad Fian waktu itu, sampai bisa melepas Fian dari hutang piutang. Wajar bila kepercayaan ini diberikan ke Roy.
"Bisa kamu Roy ngurusin kebun segini luasnya?" Tanya Ustad Boim.
Roy tersenyum, dengan luka bacok yg sudah agak mendingan ia bilang " Belum tau tadz, ana kan cuma pake ilmu bisnis yg ana tau.. trus ana ga sendiri tadz, para santri juga yg ngerawat kebun ini" Ucap Roy merendah.
"Iya, cuman ada pepatah.. segala sesuatu harus diserahin ke yg ahlinya.. antum yg ngebimbing santri disini buat ngerawatnya, tukang kebunnya, kalo antum ga ada, kebun ini juga ga ada.."
"Ah ustad.. kebun Ganja juga ga sulit ngurusnya"
Roy diklepak kepalanya..
"Awas banyak uler Rief, lihat lihat kebawah".. Ucap Ustad Boim,
"Ah.. putus cinta aja Kebal.... apalagi racun... Cetek.." ucap Hari.
"Gaya sedayut" Ucap Arief.
"Tuhmil emang!!!" Teriak ustad Boim dibawah melihat Hari yg berhasil mengambil gantar itu.
"Bisa ga?" Tanya Roy.. seharusnya dia yg tadi naik, namun karena lukanya baru mereda, terpaksa ustad Hari yg harus naik.
" Bisa "
"Ane tinggal ngambil dibawah yee" Ucap Arief lagi.
"Coloookk.. ", Timpal Hari sambil mengarahkan gantar ke ustad Arief.
Awalnya...
Hanya Roy dan ustad Fian disini. Mereka sedang memeriksa keadaan kebun. Karena Sudah Tugas mereka melihat pepohonan dan tanaman milik Kyai yg diurusnya. Terdiri dari Kacang2an, barisan pohon kelapa yg berjejer, tanaman ubi ubian, sampe aneka ragam buah2an yg nantinya akan mereka jual secara borongan ke pengusaha pengusaha yg membutuhkan. Beruntung Roy yg punya pengalaman menyuplai kacang milik ustad Fian sehingga tidak sulit mencari koneksi yg lain. Lagi pula.. Karena usahanya membangun Guest House itu, membuat Roy semakin banyak dikenal orang disekitar pesantren. Terlebih lagi oleh teman sejawatnya Dharma. Sehingga tidak sulit menemukan penadah untuk hasil kebunnya, wajar bila Kyai basri lebih mempercayakan masa depan kebun ini kepadanya.
Namun ustad Fian Ada urusan mendadak tadi..,
Sehingga datang ustad Hari yg datang menemani sore itu. Kebetulan, ustad Hari adalah Bendahara pesantren. Roy ingin sekali menanyakan seluk beluk tentang keuangan pesantren. kenapa sampai ustad sekelas ustad ujang merasa kesejahteraannya kurang. Kurang apa memang keuangan pesantren. Sampai ia Nekat sampai mau diajak kerja sama untuk mengacak acak pesantren. Meski alasannya untuk pengobatan umminya yg sedang sakit.
Ustad Hari menjelaskan..
Bila urusan dapur dan mengatur keuangan makanan santri dan asatud, itu adalah domainnya Bu Kyai. Bu Kyai Laila juga yg mengurusi gaji para guru, termasuk memfasilitasi biaya sertifikasi dan bantuan yg datang untuk pesantren dipergunakan sesuai fungsinya. Itu domain beliau. Namun domain Abah Haji Kyai Basri, adalah pembangunan dan sistem pesantren.
"Memang begitu Roy, sistem keuangan pesantren kita.. dibilang kurang ngga.. dibilang lebih juga nggak.. ana selama ini cuma megang dan langsung diserahkan ke keluarga Mudir... kalo antum perhatikan.. dimanapun masalah pesantren pasti sama. jadi pengacau pesantren justru datang keluarga pesantren sendiri atau orang yg dekat. Seprti di kita, ustad ujang sendiri, yg sudah dianggap anak oleh Abah Kyai Basri. ".. Ucap Ustad Hari dengan panjang lebar tadi.
Sedikit demi sedikit Roy mengerti sistem keuangan dipon pes Awwabin ini. sampai menjadi alasan kuat kenapa Ustad Ujang begitu tega dan terpaksa mengambil uang sogokan itu demi operasi umminya, dan membuat seisi pesantren terkejut.
Hingga sampai sekarang, pesantren masih sanggup dan bisa berkembang meski dengan kemampuan finansial yg seadanya. Meski pesantren tidak bisa mensejahterkan guru2nya seperti sekolah2 favorit, tapi mampu mencukupi. Ada yg beda disini. Jiwa pengabdian yg tinggi lah yg membuat para ustad ustazah betah mengajar disini. Meski sistem sudah berganti, terutama setelah kasus Roy - Agus itu terjadi, pesantren berubah menjadi Post - Modern. Yang tak mau menghilangkan nilai salafi nya.
Ustad Hari menjelaskan panjang lebar mengenai domain domain Bu Kyai Laila dan Kyai Basri barulah ia mengerti. Roy sadar, karena pak Kyai sedang membangun lah yg membuat keuangan pesantren sedikit defisit. Salah satunya gedung perpustakaan yg belum jadi. Gedung yg menjadi saksi antara Roy dan ustazah Ipah waktu itu. Sampai sekarang gedung itu belum jadi. Dan banyak juga asrama2 yg diperuntukan santri masih belum jadi."
Pembangunan Abah Kyai Basri lah yg menyebabkan keuangan pesantren sedikit defisit..
" Yang penting.. operasional sewajarnya,...santri bisa belajar. Guru bisa mengajar.. pokoknya begitu lah Roy " ucap Ustad Hari Lagi.
Roy diam2 dalah tipikal pemuda yg berpikir, ia berpikir, santri dipesantren awwabin pasti terus bertambah, hanya masalah waktu keuangan pesantren ini pasti teratāsi. Ia menemukan ide, ia ingin menjawab cemoohan ustad Ujang yg bilang "Tau apa Kamu Roy?".. ucapan itu seperti gangguan di kepalanya., nanti ia utarakan ide itu dihadapan Kyai Basri.
Saat seru - serunya ia berbicara dengan ustad Hari. Datang ustad Arief dan ustad Boim bergabung. Sampai akhirnya sekarang,.... mereka berkumpul untuk mengambil buah dadakan.
Sambil santai mereka berbicara satu sama lain, membicarakan tentang perkembangan kasus yg mereka alami. Roy menceritakan kejadian detail malam penyerangan. Tentang seseorang yg seperti paranormal bernama Ki ideng atau Abah Gede yg diduga guru yg selama ini mengganggu Kyai Basri.
Rombongan teman Barong terluka sangat parah setelah dihajar malam itu masih menjadi tahanan dirumah sakit, luka mereka begitu parah karena korban pengeroyokan. Tapi tetap pesantren harus siaga bila suatu saat teman2 Barong yg lain menyerang. Anak Buah Dharma banyak yg berjaga dipesantren.
Dharma masih tergeletak diKlinik Haji Badri, rencananya, sore ini pak Kyai berniat menengok kesana bersama para ustad.
Mereka sempat berpikir...
Buat apa Ki Ideng mau menjadi dalang penyerangan pesantren?, Apa ia punya sejarah dendam?, mereka kira hanya Dharma yg punya sejarah dendam ke pesantren. Itu pun sudah selesai.
Apa MUNGKIN, ada salah satu pesantren lain yg merasa tersaingi ?, hingga mereka menyewa Ki Ideng. Namun setahu mereka, Awwabin tak pernah punya Musuh. Apa jangan - jangan karena pesantren ingin membangun Guest House, ada perusahan wisata atau instansi travel tertentu yg tak senang dengan pembangunan wisata Guest House disini ?, tapi setelah dipikir kembali, sampai sekarang baru House Guest pesantren yg ada yg akan dibangun, tak ada proyek proyek wisata lain yg sedang dibangun.
Terus menerus mereka berputar putar menduga apa penyebab dari masalah yg menimpa pesantren ini..
Yang jelas, orang ini pendengki sejati. Pelakunya menyimpan iri hati dan dendam tentang pesantren.
Mereka berusaha menebak nebak meski belum tahu kebenarannya.
" Kegilaan itu seperti Gravitasi... sedikit aja Dorongan, sudah jatuh ia kesana..." Ucap Roy mengingat cuplikan Dark Knight.
"Ya Itu sudah pilihan Ujang" Ucap Ustad Arief..
"Ya." Ucap ustad Hari berwajah serius.
"Inget aja sama nasihat pak Kyai... harus berenergi positif.." ucap ustad Boim.
"Iya stad"..
Terdengar suara motor dari kejauhan...
Terlihat ustad Fian yg datang lagi ketempat ini menghampiri mereka..
". aduuh .. nge buah segala...."..
"Lagi pada santai tadz.. " Timpal Arief
"Roy.." Panggil Ustad Fian sedikit menunduk.
Roy bersikap santai melihat suaminya ustazah Ayni ini. Ia melihat, Mulai ada perbedaan sikap yg ditunjukan Suami ustazah Ayni itu. Ustad Fian sering menunjukan sikap.. Hormat. Seperti memandang Royhan bukan lelaki sembarangan sekarang. Seperti ada sesuatu yg membuat ustad Fian Hormat Ke Roy.
".. Gimana urusannya digedung Riayah ?" Tanya ustad Boim.
"Hmmm.. Beres, cuma ada anak santri yg berantem.. " Ucap Ustad Fian, memandang Roy, mengingat anak muridnya itu dulu juga melakukan hal yg sama.
Ustad Boim melihat ustad Fian, ia tersenyum sambil bilang "Ini juga tukang berantem nih" Ucap Boim sambil memukul Biceps Roy yg Berotot itu. Entah kenapa Ustad Fian merasa terintimidasi. Maksudnya, guru silat pun mengakui jika anak ini punya nyali. Mungkin itu salah satunya alasan kenapa Ustad Fian menghormati Roy sekarang, terutama Semenjak ia sudah mendengar apa yg dilakukan pemuda ini dimalam penyerangan itu.
"Masa lalu.. sekarang mah beda" Ucap Ustad Fian terlihat tidak mau menyinggung Roy.
Roy tak menjawab, ia diam namun bisa merasakan kecanggungan yg ditunjukan ustad Fian.
"Kapan kita ke Klinik Haji badri?" Tanya Arief.
"Ba'da Magrib... dengar2 Pak Dharma sudah siuman".
"Siapa aja yg ikut kesana?".
"Kelurga rumah mudir di atas ikut semua, kecuali ustazah ipah yg lagi kuliah"
"Ya udah kita bareng aja nanti.."
Ustad Boim berdiri sambil membetulkan sarungnya "Antum Roy ga ikut?" Tanyanya.
Roy pun memakai kaosnya
"Dapat Pesan dari Alex, katanya Daddy, Ryan sama Mang Kardi mau pada kemari, tadinya mau nunggu sore ini.. ternyata, paling besok pagi datangnya ".
"Hah, serius mau kesini?" Tanya ustad Boim.
"Ya".. Jawabnya santai memakai kaos warna putih itu menutupi tubuh kencangnya.. "Alex yg kirim pesan, seharusnya diam2, tapi dia kasih tau juga.. paling saya ikut ke klinik haji Badri tapi ga lama. .
"Ya udah antum siap - siap aja dulu".. ucap Ustad Arief.
Ustad Fian terlihat kaget mengenai kabar ini "Apa perlu saya rapih rapih dulu diatas Roy kalo emang Pak suprapto mau datang" Ucap Ustad Fian.
"Ga usah tadz.. Paling baju saya yg diurus ustazah Ayni mau saya ambil"
"Ustazah Ayni ada diatas tinggal bilang aja"
"Bilang ustazah Ayni, nanti saya keatas" ucap Roy tapi melihat ustad Fian.
"Ya sudah, kita berangkat ba'da magrib.. kita bubar dulu.."
---@-----------------------
Di atas Ustazah Ayni sedang tiduran santai sambil membaca kitab oret oretan bekas mengajarnya tadi. Baru saja ia mengobrol dengan ustazah anies mengenai Kejadian malam penyerangan itu, ia hanya tak menyangka Roy seperti tak kenal rasa takut. Seberani itu ia melindungi ustad Boim. Mendengar detail dari ustazah Anies yg malam itu sempat mengobati lukanya. Tanpa alasan yg tak bisa dijelaskan, saat mendengar pemuda itu tanpa ada rasa takut, Ustazah Ayni malah merasa.. Bangga.
Entah dari mana datang perasaan itu, yg jelas saat mengusap perutnya, diam - diam berharap bisa seberani ayahnya. Ah gila memang, meski diliputi rasa bersalah saat melihat foto suaminya, tetap saja memang, pria akan selalu jadi pria.
Saat suaminya datang, Pak Ustad bertanya tentang ke klinik haji Badri.
"Ummi ga ngajar lagi?""
Ustazah memakai gamis abu2 belang hitam, ia membuka sleting depan gamisnya sambil bangun dari tidurnya "Ngga, hayu siap" Ucapnya sambil tetsenyum.
Pak ustad menangkap sinyal senyum itu "Kenapa koq swnyum2"..
"Gpp" (Masih tersenyum).
"Kenapa?"
"Gpp abis denger cerita Royhan aja dari ustazah Anies"
Ustad Fian sedikit kaget namun seperti memaklumi "iya ya, ga nyangka beraninya anak itu" ucapnya yg setuju dengan kabar penyerangan itu ia membuka kokoknya hendak mandi sore, terlihat badannya yg kurus kerempeng saat membuka koko itu.
"Abi tau, Seisi pesantren sudah tahu tentang kabar itu, abi kayaknya....."
"Kenapa?"
"Enggak.." ucapnya tak membalas bila seisi pesantren termasuk suaminya memandang hormat terhadap Roy.
"Kalo misalnya ummi digituin sama preman, abi berani ngelindungin ummi?" Tanyanya manja, membuka gamis abu2 abu itu sampai menelanjangi "Gunungan toket montok putihnya yg dibungkus bra hitam.
"Ya beranilah" Ucapnya menunjukan badan "kerempeng itu.
"Royhan yg berani, abi ga mungkin" Celetuknya.
Fian merasa terintimidasi, meski begitu, ia terlihat setuju dengan ucapan istrinya. Apa ini pikirnya.
"Abi juga - berani" belanya.
Ustazah tak menjawab ia menuju ruang tengah hanya memakai bra hitam menunjukan badan putih mulusnya dan toket segarnya dengan gamia terusan yg sudah ada dipinggulnya. "Eh ummi jangan disitu, Nanti Roy kesini".
"Kenapa?". Tanyanya cuek."
"Katanya nanti pak Suprapto mau datang, dia mau ambil baju yg disimpan dirumah kita"..
Terus ga apa2 kan kalo Roy ngeliiatin toket istrimu bi ucap ustazah dalam hati.
"Oh ya, pak suprapto mau kesini?, kapan?" Ia keruang tengah hendak mengambil jilbab panjang yg ia lempar ke kursi sehabis mengajar tadi.
"Katanya besok, tapi takut datang malam ini, mangkanya Roy ga lama ke klinik haji Badri"
"Oohh" Ucapnya cuek masih memperlihatkan belahan , toket montok itu ditengah rumah, seperti tak masalah bila pejantan rumah itu sewaktu waktu datang melihat belahan toket istri ustadnya."
"Bearti harus siap siap dong bii".
"Siap siap apa".
Pak ustad keluar kamar, merasa khawatir bila aurat istrinya itu dilihat Roy, astajim ternyata benar, Roy sudah memasuki Rumah pak ustad Dari samping menanyakan bajunya, dan anehnya, ustazah bersikap natural, seakan akan tak masalah belahan toket itu dilihat pejantan ini, ia mengambil jilbab panjang itu.
"Siap siap menyambut lelaki pemberani" ucap ustazah sedikit ngawur memperlihatkan toket montok gede itu, Royhan melihat pak ustad Diam.
Sedetik, dua detik, tiga detik, empat detik, lima detik, enam detik, tujuh detik.. ahh.. pak ustad membiarkan toket istrinya dilihat pejantan itu selama tujuh detik, tujuh detik cukup membuat Kontol Roy Gaceng, sampai akhirnya melihat ustazah dengan naturalnya masuk kedalam kamar suaminya.
Yang membuat kontol Roy gaceng adalah saat ustazah menyebutnya lelaki pemberani sambil menunjukan toket itu didepan suaminya, seperti tak sengaja, natural, cukup membuat darah Roy mendidih panas. Apalagi tujuh detik pembiaran itu memastikan bila pejantan itu dihormati dirumah ini. Pak ustad tak berani menegur dan bicara.
Tanpa ragu dan berani ia bilang "ustazah, nanti pakaiannya diantar ke kamar aja ya" ucapnya cuek seperti tak memperdulikan pak ustad disana.
Pak ustad merasa serba salah, jantungnya berdebar, seperti terintimidasi, namun ia tetap husnuzhan bila kajadian tadi itu natural tak disengaja, entah ia husnuzhan, atau memang... ia tak punya nyali untuk bilang. sepertinya ia pun mulai tak yakin dengan ucapan hatinya sendiri.
Ia melihat kedalam kamar, melihat istrinya melihat ke cermin memperlihatkan susu montoknya yg diliat pemuda tadi..
"Ummi.. tadi ga sadar Roy Liat.. astagfirullah.."
"Ga sengaja" Jawabnya singkat dan cuek, secuek lirikannya terhadap badan suaminya yg kurus itu, "Abi kenapa diem" Ucapnya sambil membuka gamisnya kebawah, hanya menyisakan Rok kain halus, mencetak pantat segarnya. Ia tahu suaminya terlalu "" segan untuk bilang "Hey Roy, tutup mata, jangan liat aurat istriku", atau juga terlalu segan untuk bilang "Roy keluar kamu".. entah terlalu segan atau merasa tak enak, sampai membiarkannya beberapa detik melihat toket montok istrinya itu. Hal itulah yg membuat kontolnya Roy sangat ngaceng. Tak enak menegur atau tak berarti bilang berarti menghormati pemuda itu, Mungkin setelah mendengar keberaniannya dikampung preman, ia terlalu takut melarang.
"A -abi cuma kaget, ga nyangka " Ucap ustad Fian, ustazah tak melirik sekalipun dengan jawaban suaminya, biarlah alasan "tak disangka dan Husnuzhan" yg menutupi kejadian natural tadi, terlalu natural untuk membuat ngaceng pejantan dirumah ini."
Saat ia sudah melepas gamis tadi, ustazah malah menutup sletingnya lagi ke atas merapihkan ia seperti teringat sesuatu.
"Koq ditutup ?".
Ustazah membuka lemarinya, dan mengambil beberapa helai kaus Royhan yg sempat diurusnya, "Ummi lupa, ummi kan disuruh kesana nganterin kaos kaosnya".
"Abi aja yg anterin"
Ustazah menoleh kebelakang "abi yg anterin?, yg disuruh kan ummi tadi" Ucap ustazah, pak ustad tak membantah, ia diam seakan pemuda itu Boss dirumah ini "Ga enak ummi yg disuruh, kalo abi mau nganterin nih" Ucapnya singkat.
Pak ustad menghela nafas, dengan tetap berpikir Husnuzhan dia bilang, "Ya udah ummi aja yg kesana, sekalian minta "maaf" buat kejadian tadi" Ucapnya.
Tentu ustazah merasakan perubahan ini. Suaminyamerasa tidak enak dengan pemuda itu, secara tidak langsung ia hormat terhadap pemuda itu. Dahulu waktu awal awal Roy disini, pak ustad sering membangunkan Roy subuh atau menyuruhnya ini itu, tapi sekarang tidak, ia tidak berani, jangankan menegurnya tadi, membangunkan subuh pun sekarang sudah tidak berani. Seakan akan Rumah ini Domainnya. Perubahan inilah yg membuat ustazah menilai sekrang suaminya menghormati Roy. Ditambah lagi dengan kabar penyerangan itu.
"Ya bii.. " ucap ustazah membawa beberapa helai kaos melewati pak ustad tanpa melihat wajahnya, "Ummi bakal minta maaf kejadian tadi" bisiknya. Ia pergi menuju kamar Roy.
Didalam, Roy menunggu ustazah dengan kontol yg diremasnya, mengingat pak ustad yg diam beberapa detik saat Roy menikmati susu montok istrinya membuat Roy yakin pasti ia mengizinkan istrinya kesini. Ia tahu pak ustad terlalu takut melarang perintahnya, ia bisa merasakan perubahan itu.
"
Saat ustazah masuk kedalam, Kontol Roy terasa makin keras, ia mendesah kecil saat melihat ustazah masuk membawa beberap helai kaosnya. Ustazah melihat Roy meremas remas kontolnya, mungkin ia masih ngaceng dengan kejadian tadi pikirnya.
Ustazah menaruh kaos itu diatas lemari sambil melihat pejantan itu meremas kontolnya melihat istri ustadnya ini..
"Pak ustad ga berani ngelarang aku kesini" zrrtttt ia buka sleting gamisnya kebawah menelanjangi susu montoknya "Pak ustad takut sama antum"
"ah sini ustazah" ucap Roy mengeluarkan Kontolnya. Ustazah menghampiri, sleting gamisnya trus ia turunkan ke bawah menelanjangi belahan susunya dan perutnya yg sedikit gendut itu. Dan ia pegang kontol 8 inchi itu.
"Antum mau apa?" Ucapnya Sayu.
"Mau acak acak wajah ustazah"
Sementara pak ustad sedang mandi dan masih tak percaya dengan kejadian tadi. Mudah2an itu memang kejadian tak disengaja pikirnya, entah apa yg harus ia bilang bila beretmu Roy setelah kejadian tadi, ia berharap segala sesuatunya tidak canggung. Mengingat hal tersebut sewaktu waktu memang bisa terjadi,pikirnya. Berharap permintaan maaf istrinya sekarang bisa menetralisir suasana.
"Hmmmpfftt hhmmmmpfftt" Roy menggesek gesekan kontol panjangnya diwajah ustazah, ia gampar gampar wajah cantik istri ustadnya itu dengan keras, plakk plakk plakk, sampai ia memejamkan mata, ustazah ludahi kontol besar dari lelaki yg dihormati suaminya itu sampe meleleh ke pelir.
Shhhhh ahhhhh
Ia masukan kedalam mulutnya, tanpa ampun Roy menjejalkannya ke tenggorokan. Ustazah bukannya tidak siap dengan serangan ini, namun ia tersedak juga, sambil terbatuk batutk. Shhhhhhhh akhhhh, desahnya merasakan matanya mulai berair. Kemudian ia angkat kedua tanggannya menyentuh dada bidang Roy, dan kembali menaruh kontol itu diujung mulutnya, "Harus sopan sama ustazah" ucapnya manja. Ia masukan kembali,
Naik turun naik turun, sampai beberapa saat ia masukan setengah kontol itu kepada mulutnya..
"Klooooqqqqqhhhhhhhh .ssSHHHHH AHHHHKHHHH GA MUAAATTT" jeritnya saat ia lepas kembali batang 8 inchi itu.
Kemudian dengan gerakan cepat ia jepit kontol itu dengan kedua susunya, clok clok clokk clokk clokk..
Roy tak mau ambil resiko dengan menyetubuhinya dikarenakan usia kehamilan yg masih muda.. ia merasakan nikmat saat kedua susu montok istri ustadnya ini begitu menggebu gebu menjepit Kontolnya..
"Ayo sayanggh shhh ahhh ayoooo, acak acakin wajah ustazah..acak acakin, acak acakin.. kasih ke pak ustad pejunya kasih ke pak ustad... croti croti crotiiinnnn shhhhh... " ucap ustazah tak sadar diri..
AKHHHHHHhhhhhhhh
CROTTTT CRROTTTTTT ffffffuuuckkkkk.....
Bergalon galon peju Roy memenuhi wajah ustazah, sampai membuat jilbab abu abunya acakan terdapat titik peju sana sini....
"Duhhh.... acak2an deh" ucapnya sambil memejamkan mata..
Roy lagi lagi tetap menggesekan kontolnya dikeseluruhan wajah ustazah, ia mencubit perut Roy.. "Aku disuruh kesini supaya minta maaf kejadian tadi" ucapnya masih memejamkan mata.
"Bilang pak ustad, ni pejuku aja nih, yg tadi ga dimaafin" Kembali ustazah mencubit perut Roy. Ia berdiri melihat cermin dan berpikir apa ia aku harus kembali ke suamiku dalam keadaan bgini ucapnya gila. Kemudian ia melihat ke beberapa helai kaus Roy yg ternyata milik pak ustad kebawa. Ia ambil kaus itu dan membersihkan peju disekitar wajahnya memakai kaus itu.
"Nanti ikut ke haji badri?" Tanyanya.
"Ikut.."
Ustazah berjalan merapihkan gamis dan jilbabnya sambil membawa kaus itu, Roy stop dan bilang. "Nanti suruh pake kaos itu"
Ustazah tak berbicara, ia terus mengelap sperma anak nakal ini memakai kaus suaminya tersebut..
Fuck... ucap Roy dalam Hati...