Chapter 49 : Pengganti Sang Jawara
Ustadzah Laila

Teh Neneng

Ustadzah Shaipah

Selly

Surau Masjid Awwabin terlihat indah dilihat, disinilah pusat para santriwan santriwati para asatid dan ustazah berkumpul bersatu sujud ke ilahi. Surau itu memang sederhana, tidak mewah tapi amat apik, resik dan bersih, tentu para santri yg menggerakan dan mengurusnya.
Disurau ini pula tempat curhatnya para santri asatid ustazah di pon pesantren. Menjadi pusat info, ilmu dan pergerakan. Wajar ketika dinodai oleh Barong dan kawan kawan sakit hati menyelimuti seisi pesantren. Ditambah lagi, Ustad Ujang yg dikenal paling rajin ikut andil dalam penodaan itu.
Alex, Batonx Andree memakai sarung menjelang magrib itu. Mereka ikut melaksanakan Magrib berjamaah. Bathonx yg perutnya gendut besar itu terlihat lucu memakai sarung, sepanjang jalan ia menjadi Bullyan Alex. "Lu Makhluk apa sumpah Gw ga tau" Ucap Alex melihat Bantonx memakai Sarung yg dilipat itu.
Terasa aneh memang...
Diluar biasa mabok, berbuat bejat kini mereka harus ikut shalat berjamaah. Ini karena Pak Kyai yg menyuruh. Roy pun ikut sama2 mengantar mereka ke Surau.
" Roy... tadi siapa ustazah ygpake kacamata cantik, msih muda.."
Roy tersenyum.. "yang pake kacamata cuma Ustazah Anies.. Dia keponakan ustad Boim yg guru silat.. sepupuya istri Ryan.."
"Ya bener lu.. sepupunya Ibu Intan..?"
"Emang kenapa?".
"Gila... satu genetik cakep cakep amat itu keluarga " ucap Alex.
"Iya lah... Genetik pilihan, la lu Genetik Sarwity" Ucap Batonk..
"Berisik Makhluk"
"Ngapa lu nanyain ustazah Anies, naksir" Ucap Roy.
"Dia mah naksir si Shelly Roy" Celetuk andree.
Dipukulnya ia oleh Alex karena merasa malu.. "Bangsat, buka buka Kartu aja lu.."
"Hahaha.. serius Lu Naksir Shelly..?.. masa naksir sama punya Orang.."
"Ah Roy.. kaya ga tau aja.. dilarang juga dimata tuhan.. tapi dimata Shelly.. banyak hal yg bisa dibolehin.." ucap Alex
"Bangsat.." Ucap Roy sambil ketawa.. "Bisa aja lu"..
"Lah urusan buaya kan belajarnya dari elu gw dulu"
Kepala Alex diklepak "Cepet banget lu nyambernya urusan begituan"..
"Hahaha.. tapi serius Roy banyak banget ustazah Cakep, Bu Kyai juga kalo masih perawan mau tuh gw, "
Plakkk.... kali ini Andre yg kena klepak "Kwalat lo istri abah Haji dipikirin ngga ngga, malu maluin gw aja.." ucap Roy.
"Udah lah, bentar lagi magrib, jangan berisik kalo udah diSurau.." Ucap Roy menyudahi percakapan antar para sahabat ini.
Magrib dimulai....
Semua khusu melaksanakan shalat berjamaah. Sama Seperti Roy ketika pertama kali kesini.. Andre, Batonx, Alex.. merasakan ada yg berbeda ditempat ini. Mereka merasakan ketenangan yg sulit dijelaskan. Mendengar ngaji para ustad Para Santri, memberi mereka kesegaran Jiwa sendiri. Seperti Bengkel Ruh yg memperbaiki jiwa jiwa yg rusak.
"Pantes lu betah disini Roy" Ucap Alex selesei Magrib itu.
"Gw bilang juga apa"..
"Tapi proyek Guest House lu itu harus bernafaskan ini juga.. jangan ada yg ga beresnya" timpal Alex.
"Hahaha.. beress.."
Terlihat ustad Fian, Boim dan ustad Senior lainnya sedang mendengarkan tausyiah Kyai Bada Magrib ini, santri pun dengan khusu' mendengarkannya.
-_--------_-------------------
Sampai di atas setelah Magrib...
Roy bertemu dengan ustad Juned dan ustazah Ipah yg sedang mengobrol dengan Ayahnya. Ada juga Kardi disana, yg sampai sekarang, Roy masih bingung kenapa tidak Bareng Dengan Ryan. Tiap ditanya, Kardi sering menghindar dan jawab seadanya.
"Wahh ini nih Bujangnya nih pak" Ucap ustad Juned Ke Pak Suprapto. "Tapi Tenang pak.. udah saya kasih Tips biar ga jadi Bujang Lapuk selamanya hehee" Ucap Juned membuat Hati Roy geli sebenarnya.
Roy hanya tersenyum, "Wah apa itu tipsnya kasih tau ayah dong" Ucap Suprapto..
"Kasih tau Roy hahaha" Juned Tertawa..
"Mau dapetin wanita sejati.. harus jadi Lelaki Sejati.." ketiganya tertawa baik ustad Juned ustazah ipah dan Pak suprapto, Roy mengucapkan kalimat ustadnya itu sambil melihat ustazah ipah yg sedang memakai baju serba biru, ustazah ipah tersenyum, tak berani menatap mata Roy.
"Juneeed" Ucap ustad Juned menepuk dadanya sendiri bangga bisa mendapatkan ustazah Cantik.
Pak Suprapto niat mau pulang malam ini, Beres sudah mereka membicarakan Guest House, pesantren dan rencana anaknya untuk menjadi developer asrama pesantren. Sedangkan Kardi akan tinggal dibedeng bersama teman2 yg lain, begitupula andree, Alex dan Batonx, mereka sudah diajak keliling proyek dan pesantren tadi bahkan sempat mandi di air terjun sore tadi.
Terdengar suara hape Roy berbunyi, ternyata dari teh Neneng. Roy pamit ke semua untuk mengangkat telepon itu.
"Teh..!!".
"Roy.. Kamu dimana?"
"Dirumah ustad Fian teh... ada apa ?".
"Orang kemarin.... datang lagi... kali ini banyakan... aku khawatir.. penjaga cuma dua orang.. Shelly udah pergi.."
"Bukannya ada Agus juga ?"..
"Iya, Agus Shelly udah pergi, katanya mau nginep di hotel Kota, tadi ada orang berani masuk kemari nyamar mau berobat tapi sering ngeliat teteh.."
"Bentar " ucap Roy menutup telepon.
Mendadak Roy mengajak teman temannya yg sedang mengobrol itu pergi ke Klinik Haji Badri..Pak Suprapto dan pak Ustad sempat bertanya tanya, mereka menyangka mungkin sedang ingin cari angin keluar.
Sampai disana....
Dua penjaga yg berjaga itu tak terlihat diluar. Mereka masuk kedalam karena Teh Neneng merasa khawatir. Roy turun dari mobil bersama ketiga teman mereka. Meski ketiga teman tersebut sering becanda satu sama lain, tapi mereka senang bila ada keributan. Bahkan mereka sengaja ingin mencari keributan. Saat Roy menceritakan Detail preman preman ketika mereka mandi di air terjun tadi berkali kali Alex, Batonx dan Andree mengajak Roy datang lagi ke kampung preman itu.
"Nunggu apa lagi...BRIHHH... cari Ki ideng itu" ucap Alex.
Tapi Roy tidak mau gegabah, ia menunggu waktu yg tepat, karena walau bagaimana pun keberadaan Ki Ideng saja belum diketahui ada dimana sekarang.
"Mana yg nyari ribut Roy" Ucap Batonx menyembunyikan pisau lipat disakunya saat sampai diklinik Haji Badri.
Mereka masuk Kedalam, Dharma sedang tiduran, dijaga oleh Teh Neneng dan dua anak buahnya..
"Roy.." ucap salah satu penjaga.
"Gimana?"
"Anak2 lagi dijalan Roy kemari, udah saya hubungi, mereka bakal ikut jaga.."
Teh Neneng terlihat begitu khawatir, "Teh Neneng pulang saja dulu, aku yg antar" Ucap Roy.
"Ngga Roy bapak Ga da yg urus"
"Yang mana orangnya" Ucap Roy melihat lihat kejendela.
Salah satu penjaga menunjuk ke arah warung disebrang Klinik, memang banyak orang disana, rata2 seumuran Dharma, bahkan terlihat menyarungkan Golok.
Ibarat sapu Lidi, sedang sendiri pun Roy berani, apalagi sekarang ia tidak sendirian, teman temannya yg suka ribut disini, WE NEVER COME IN PEACE is Here.
"Eh Roy.. tunggu anak2." Ucap salah satu penjaga.
Roy tetap berjalan hampiri kerumunan orang itu bersama teman temannya. Teh Neneng melihat, dan Haji Badri pun yg awalnya bertanya tanya, ikut melihat dari ruangan bilik tempat Dharma dirawat. Memang Haji Badri merasa aneh, dari tadi ada yg daftar jadi Pasien malah tak pernah masuk keruang prakteknya, dan warung biasa sehari harinya sepi, tapi sekarng dipenuhi orang yg tak dikenal.
Saat disana, terlihat ada enam orang yg terlihat kaget dengan kedatangan Roy. Mereka melihat Roy dan Kawan2 hanya berdiri melihat mata mereka satu persatu, seperti menantang... ke enam orang itu seperti sigap memegang sarung Golok mereka. Ada satu orang yg berbisik bisik saat melihat Roy. Mungkin orang itu yg melihat saat barong dihajar Roy, ustad Boim , Dharma dan kawan2. Orang itu terlihat berpikir dua kali memegang sarung goloknya. Dengan santai Roy mengambil Korek di warung dan menyalakan Rokoknya ia bikang dengan memakai bahasa Sunda..
"Rek Gelut... Gelut... ulah loba Bacot.. Rek naon sia Kikiyeuan Didiyeu... GELUT AING..!!!.. (mau berkelahi.. hayu berkelahi... jangan banyak bicara... mau ngapain kalian ngumpul disini... LAWAN SAYA!!).."
Batonx diam, Alex Diam, andre Diam, seperti mafia yg biasa cari keributan mereka tak bergeming tak terlihat ada rasa takut sambil menatap mata mereka satu per satu. Sobatnya sudah mengucap, mereka siap jika gerombolan itu menyerang.
Ada satu orang yg mengampiri, ia siap menyabut Golok dari sarungnya namun di tahan oleh temannya yg sepertinya mengenal Roy.
Roy melihat kayu dengan tinggi seukurannya menyandar di tiang warung, ia ambil kayu itu, ia banting kayu ke kursi kayu sangat KERASS, PLAAAKKK!!!.. sampai kayu itu patah, sehingga membentuk seperti tombak yg tajam, semua orang kaget.. Roy arahkan bambu tajam yg patah itu ke arah orang yg hendak mencabut Golok. Semua orang disitu tahu, butuh tenaga besar untuk mematahkan kayu sampai menjadu lancip seperti itu. Andre, Batonx, Alex, diam tak bergeming menatap mata mereka satu per satu.
Roy masih mengarahkan Kayu tajam panjang itu ke arah mereka. Teh Neneng yg melihat memegang baju pak Haji Badri karena tegang, takut Klinik ini malah penuh dengan orang yg luka luka dirawat.
Terlihat orang yg hendak mencabut Golok itu berpikir dua kali saat Roy mengarahkan kayu panjang tajam ke arahnya.. mereka tak berbicara, bahasa tubuh Roy sangat saklek dimata mereka, seakan akan bilang "elu, apa Gw yg kudu Mampus"
"Hayu.. hayu udah pergi" ucap salah satu orang yg menarik mundur orang yg mencabut golok itu.. "ngan Ngarokok ngopi hungkul kang kalem..( cuma mau merokok dan kopi doang bang santai)" ucapnya.
Namun ke enam orang itu rasional. Para penjaga sedikit ketawa sambil bilang.. "Bangsat.. kalah nyali..".. ucap mereka.
Teh Neneng terdengar risih mendengarnya.. "ihh apa sih Mang... " Ucapnya sambil senang melihat orang2 yg mencurigakan itu pergi dari warung satu persatu.
Tadinya Roy ingin meng intograsi tentang keberadaan Ki Ideng, tapi karena mereka tadi bilang "sekedar ingin merokok ngopi" Roy berasumsi mereka bukan anak buah Ki Ideng, meski hatinya yakin bahwa mereka pasti suruhannya Ki Ideng.
Sampai diklinik....
Kedua penjaga dan teh Neneng merasa tenang, begitu pula haji Badri. Ampir saja klinik aku nambah orang ucap Pak Haji Badri dalam Hati.
"Dari kemarin itu orang orang bikin khawatir, saya aja ga kenal" Ucap Haji Badri lagi..
"Yang penting mereka ga berani lagi mengganggu pak" Ucap Alex. Beruntung Dharma masih tidur, mungkin ia tak bisa menahan emosinya jika tahu meskipun ia belum pulih.
Sekitar lima menit dari kejadian itu, anak2 buah pemuda padepokan Pak Dharma datang ke klinik bareng2. Salah satu penjaga menceritakan kejadian tadi dan melihat kayu patah yg sudah menjadi tombak lancip dadakan itu. Mulai sekarang mereka berjaga bersamaan takut orang2 tersebut datang kembali.
"Udah Teh Neneng pulang aja.. Demi keamanan.. ada pak Dokter Badri disini.. ada anak2.. besok saya antar lagi kesini.." Ucap Roy, Teh Neneng pun setuju. Ia bersiap merapihkan pakaiannya dan menitip banyak Hal ke Pak Haji Badri juga anak2 yg jaga.
Saat dimobil... Teh Neneng merasa sedikit Lega dengan diusirnya berandal berandal itu. Alex bilang..
"Ah Lu mah Roy, bukannya berih langsung.. udah lama gw ga nabok orang"..
"Kalo mereka mundur biarin, asal jangan nyerang atau ganngu aja" ucap Roy.
"Tuman kalo didiemin"
"Tadi Agus Shelly ada disini Roy," ucap teh neneng. " aku sama Shelly sempet ngobrol banyak kan, tapi mereka belum ada, kita ngobrolin masalah legal, ditambah lagi legal invetasi asrama pesantren.. banyak,ada mungkin tiga jam, pas mereka pamit, orang itu langsung datang.. si Badu sama ari ( penjaga ) khawatir, trus langsung masuk kedalam pas magrib, Pak Dokter Badri juga"
Alex ingat saat mandi di air terjun tadi, Shelly dan Agus Pamit hendak kesini.. "Terus Shellynya mau kesini lagi ngga Teh?" Tanya Roy.
"Besok kesini lagi, banyak yg mesti dikerjain kan Roy.. mereka bilang pulangnya besok"..
"Gw nginep aja Roy lah" Ucap Alex saat mendengar Shelly masih disini.
"Tar aja.. diluar juga bisa.. asu banget lu ama urusan selangkangan ga sabaran" Ucap Andree. Teh Neneng sedikit bingung.. Mereka semua tertawa..
"Emang kenapa sih?" Ucap Teh Neneng..
"Ini Alex.. dia suka hmmmftttt......." Mulut Batonx disumpal Alex.. "diem Lu makhluk" ucap Alex..
Tapi dari gesture mereka teh Neneng mengerti juga kaget, ia menggeleng gelengkan kepala..
Tak terasa mereka sudah sampai di rumah Pak Dharma....
"Makasih yah Roy buat semuanya" ucap Teh Neneng sangat lembut, hanya mereka berdua turun dari mobil.. "Aku tuh tadi deg2an tahu.. untung kamu ga kenapa napa" Ucap Teh neneng yg baru tahu dengan keberanian anak ini tadi, apa bisa disebut nekat? Pikir Teh Neneng.
"Kalo ada apa2 yg mencurigakan hubungi saya aja teh.."
"Iya makasih" ucapnya manja menyentuh ujung kaos Roy dan menariknya "mo mampir dulu ngga..?"
"Terus jablay jablay yg dimobil itu mau dikemanain Teh, mana mau Pulang mereka sekarang.."
Teh Neneng tersenyum, pipinya lesung pipit, kulit lehernya yg berkilau itu terlihat, tingginya hampir sedagu Roy, Teh neneng menyentuh dadanya yg bidang itu, beda ketika ia berbicara dengan Dharma sambil berdiri seperti ini, Teh Neneng pasti sedikit menunduk karena Dharma kurang tinggi dari dirinya
"ya udah.. hati2.. Jemput besok.. takut ada yg khawatir " Ucap Teh Neneng.
Mereka pulang ke Pesantren...
Pak Suprapto pamit malam itu juga dan nitip Roy agar berhati hati disini. Alex batonx andre juga merasa sedih harus berpisah lagi dengan sahabatnya, "Jangan kelamaan disini Bro, sering2 pulang kalo udah lancar" ucap Alex.
"Inshaallah.. salam aja sama anak2.. ehh.. satu lagi... jangan nekat lu sama si Agus.. pejabat tuh"
"Hehee.. bodo " timpal Alex
"Gw tunggu disana Roy" Batonx memeluk.
"Bae bae dah lu disana.."
"Kalo ada apa2, Genk siap dibawa kesini Roy, jangan khawatir", ucap Andree.
Pak Suprapto minta Doa Ke Kyai agar dilancarkan semua..
-_------_----
Paginya.....
Sekitar tiga orang anak Buah Pak Dharma sudah mendatangi rumah ustad Fian. Ustad Juned yg sedang membakar sampah sehabis mengajar ngaji subuh itu terlihat kaget dan bingung.
"Abiiii.. nanti jam kedua gantiin ummi ngajar dulu... Ummi harus ke kampus hari ini..." teriak Ustazah Ipah dari depan Rumah. Ia sudah siap untuk berangkat ke kampus bersama ustazah ustazah lainnya.
Sebetulnya, ustazah ipah sedang sedikit bingung dan was was.. bingung karena Sampai terhitung tiga minggu ini, ia belum kunjung haid, duh, jangan sampai ucap ustazah mengingat terakhir ketika ia datang ke kamar Roy. Masa sih? Ucapnya lagi sedikit was was.
"Iya... nanti abi ganti, jangan lupa anter si dede dulu ke bawah" Ucap Juned.
Ustazah masuk kedalam, dia juga sempat melihat ketiga orang yg duduk dipipir rumah ustad Fian, ia juga tahu itu anak buah pak Dharma.
Saat Roy keluar kamar, ia kaget melihat ketiga orang itu. Ia menghampiri mereka yg sedang duduk dipipir rumah. Salah satunya ada Ari disana yg mungkin saja ia cerita ke teman2nya tentang kejadian nekat tadi malam.
"Roy... maaf ganggu" ucapnya.
"Ada apa Mang?"..
"Ada Undangan dari Padepokan"..
"Undangan?"..
"Padepokan mau adain acara besar Kumpul rapat, ga bisa dijelasin disini.. nanti dibicarain disana Roy" ucap salah satu anak buah Dharma itu.
"Hmmm... kenapa ga lewat telepon aja mang... ngapain dateng2 kesini segala..."
"Ngga atuh.. sama kamu mah harus ngundang resmi.."
"Alahh. Kaya sama siapa aja..".
"Tapi jangan sampe g dateng yah Roy.. malam ini.."
"Inshaallah.."
Meski sedikit bingung dan penasaran, Roy meng iyakan saja permintaan mereka.. "Kabar Pak Dharma Gimana?"..
" baian sih... tapi gitu... belum pulih.. tapi bilangnya mau pulang aja.."
"Kenapa?".
"Males minum obat"..
"Jiaaahh.. Jawara takut obat... bijimana ceritanya"..
"Teh Nenengnya ga ada soalnya, dia kaget bangun pagi, kaya orang bingung"
"Terus.... ada yg cerita yg semalem" tanya Roy Khawatir bila Dharma tahu ada yg mematainya semalam.
"Ngga lah.. dia banyak nanya.. tapi kita diem"..
"Hmmm... datang lagi ga itu cecunguk semalem ".
"Ga Roy... Sawan kayaknya, hahahah" Ucap Ari..
"Ya udah.. mo jemput teh Neneng Dulu kesiangan ini.. udah janji semalam.. kasian juga pak dharma bangun pagi kaya orang bingung istrinya ga ada hahaa".
"Ya udah kita pamit ya.. maaf ga bisa mampir ke pak ustad Sama Kyai.."..
"Mereka masih pada ngaji dibawah, santai" Ucap Roy yg langsung menuju kamar saat ia pamit..
Dharma mengatur alur gerakan tubuhnya agar bisa ia gerakam sedikit demi sedikit, ia diharuskan menggerakan tubuh pinggulnya agar tidak pegal karena tidur seharian. Ia ingin segera pulang dari sini, istri tercintanya tak ada dibilik klinik ini, ia merasa seperti duda sakit yg tak ada mengurus, padahal banyak anak buahnya disana.
Sesuai amat Teh Neneng, anak Buah Dharma memberitahu gurunya itu bila Teh Neneng pulang karena kelelahan. Dharma juga mendapat pesan masuk bila istrinya segera menemuinya lagi pagi ini,
Sedari bangun tadi, berkali kali ia menghubungi istrinya namun tak kunjung aktif, saat pesan itu masuk.. segera ia meneleponnya..
"Mamah dimana... Koq baru aktif.."
"Mamah dijalan Pak, sengaja supaya ke isi full batrenya..".
"Semalam ga bangunin bapak?".
"Bapak tidur nyenyak, mamah cuma ga mau ganggu, mamah pulang sendiri koq bawa motor anak2.."
"Sekarang bawa motor?"..
"Ngga... Mamah di Mobil..... sama....Roy".. Sekilas agak menyesal teh Neneng bilang itu.
"Koq bisa... emang minta dijemput?"..
"Ngga... " jawab neneng sedikit salah tingkah "ketemu di lokasi sambil Jalan, Roy lewat, ya udah mamah ikut.."
"Oooh, ya udah... bapak tunggu.. "..
Telepon ditutup, "hampir aja" ucap Teh, melihat Roy yg memakai kaos tangan panjang hitam itu.. ia sedang menyupir, berkali kali Teh Neneng melirik Neneng terlihat Natural dengan kemeja panjang abu dan celana bahan dengan warna yg sama berbahan ketat.
"Emang kenapa kalo bilang dijemput Roy"..
"Ribet, tau sendiri Dharma" Ucap Neneng.
"Bilang aja sekalian Mampir kerumah tadi Malam"..
"Dih ga nyambung" Ucap Neneng tersenyum terlihat cantik natural.
"Emang berani kalo mampir semalem ?".. Tanyanya Lagi..
Asu.. Roy keselek ludahnya sendiri.. "Boleh".. Jawabnya..
"Jangan macam - macam Roy.. Aku mau ngehindar masalah.."..
'Aku seneng masalah" Ucap Roy.
"Keliatan" Jawab Neneng yg ingat betapa nekatnya anak ini semalam.
"Roy, sering ke klinik yah, aku khawatir datang lagi"
"Tadi Ari bilang.. udah ga ada semalaman"
"Iya,tapi tetep aja.. takut" ucapnya yg merasa aman bila Roy ada disana.
"Roy ga bisa lama2 disana Teh, harus ngobrol sama Mang Kardi diproyek.." Ucapnya.
"Loh.. Shelly kan mau kesini.. sekalian banyak yg mau ditanyain ke kamu... nih.." Ucapnya sambil mengangkat tas berwarna Hitam yg terlihat berat.. " nihh... Semua dokumen Legal sudah lengkap ada disini, tahapan tahapannya dari mulai pel Banjir sampai turunnya Imb Guest House.. harusnya aku ke Pak Lurah kemarin.. gara2 ini tertunda kan" Keluhnya..
"Alhamdulillah.. cepet juga Teteh urusnya"..
"Iya.. Gara2 ini.. gara2 kasus ini, aku harus tunda lagi.. si Bapak pake acara ketusuk lagi.."
"Sabar Teh.. ada waktunya..Semua juga ketunda... pembangunan apalagi.. belum nanti urus Legal asrama pesantren.."
"Iya, Shelly bilang mau urus Legal asrama pesantren kemarin.. itu Nengsih serahin ke Shelly aja"..
"Nengsih?"..
Teh Neneng tersenyum.. "Nama asli aku Nengsih Roy.. Cuman di Neneng Neneng sama orang2 yg sayang aku"..
"Oooooohhhh" Ucap Roy tertawa "Ya udah nanti laporannya per tiga kali dalam seminggu aja.. jadikan WIP, supaya progresnya jelas" Ucap Roy.
"Iya.. Kalo udah selesei ini.. Benci Roy Nengsih sama kejadian ini... si Bapak Luka, proyek terhambat.. Kerjaan Nengsih Juga Terhambat.."
"Namanya juga musibah Teh"
"Iya juga.. tapi yg jadi persoalan kalo si Bapak masih begitu aja, pasti banyak masalah, Nengsih mau bapak Berhenti jadi Jawara hitam begitu.. alhamdulillah si Bapak setuju katanya mau berhenti.. mau cari ketenangan.."
"Serius Teh... terus yg urus Padepokan siapa..?"
"Biarin... Nengsih ga mau tau.. Nanti malam katanya Padepokan mau adain Rapat besar.. Mau kumpul.. mungkin Si Bapak Udah ngomong, mau berhenti... Nengsih suruh ngaji aja dipesantren nanti sama Abah Haji nanti" Ucapnya..
"Loh, tadi pagi ada anak Buah Pak Dharma Loh Teh, Undang saya buat kumpul nanti malam, "..
"Oh ya" Ucap Teh Neneng kaget, secara tidak Langsung, Padepokan mau Anak ini Ikut andil dalam Rapat nanti.. "Disuruh jadi anggota mungkin, awas loh, saratnya biasanya kumpul sama Kebo" Ucapnya sambil menutup mulut menahan Tawa.
"Kalo Kumpul Kebo boleh" Ucap Roy pelan karena ucapan tak sopan..
"Apa ?" Tanya Neneng yg dengar kurang jelas.
"Ngga... aku hadir aja tar, gmgpp kalo kumpul sama Kebo" Ujar Roy..
Lagi Neneng menahan Tawa, Toketnya bergoyang goyang.. Shit..
"Nengsih cuma seneng aja denger bapak katanya mau berhenti.. mau berubah.. mudah2an aja Roy.. mau tobat..."
"Aamin.." Ucap Roy singkat.
Sebelum sampai di Klinik Haji Badri, Teh Neneng sudah turun. Ia tak mau membuat masalah bila datang bersama Roy satu mobil kesini, Roy pergi ke lokasi menemui Kardi, sambil menunggu datangnya Shelly kemari.
-_---------_____----------
"Gimana Gus jadi pengantin Baru enak?" Tanya Roy tersenyum yg sedang duduk di lokasi Proyek ditemani Agus siangnya.
Roy sedang sibuk dengan Mang Kardi tadi, setelah diskusi dan debat alot dengan Mang Kardi mengenai desain Guest House akhirnya mereka menemukan kata kesepakatan. Roy menilai, Ryan tidak salah menyuruh Kardi menggantikan Kontraktornya yg dikeroyok itu, Kardi cukup mengerti dengan bangunan, Namun Kardi menjelaskan, ia tidak bisa berlama lama disini, ia menegaskan hanya sebagai pengganti sememntara, bila Kontraktornya sudah siuman ia berniat segera pulang, khawatir dengan istrinya katanya, entah lah apa maksud itu pikir Roy.
Saat siang nya sedang Santai, ternyata Agus datang menghampiri, cukup senang ia dengan kedatangan teman lamanya itu. Setelah pembicaraan dengan Kyai kemarin, Roy semakin Yakin bila Agus tak patut dijadikan sebagai daftar orang yg harus dicurigai.
"Enak lah Roy.. buruan Nikah.. Mau nunggu apa Lagi?"
"Nunggu laku lah.. ga ada yg mau"
"Mau gw kenalin.. ada cewe cakep mapan nih temen sesama satu partai"..
"Hah.. macam mak Comblang saja Kau Sugus" ucap Roy.
"Daripada diledek terus ama ustad Juned.. Bujang Lapuk.."
Roy tertawa mengingat ustad Juned.." Ya derita gw lah Gus.."..
"Elu inget ga, waktu gw gamparin adek kelas gara2 cewek"..
"Inget lah.. gw yg dibelakang elu.."
"Senga banget yah dulu..kita..?"
"Lu yg senga... gw mah santri Nurut.."
"Pihhh" kutuk agus sambil ketawa, mereka sedikitpun tak membicarakan menganai hari dimana mereka musuhan dan saling timpah batu dikali sampai Agus Koma.
"Shelly mana?"..
"Dia di Klinik Haji Badri, Dia Kirain lu lagi ada disana, baru aja gw baru ngomong"..
"Ya udah kesana dulu... banyak yg mau diomongin"
"Iya, sepanjang jalan dia ngomongin kerjaan mulu.. mpe pusing gw dengernya.. " Ucap Agus.
Sesampainya disana....
Jam sudah menunjukan Pukul tiga.. sambil membicarakan pekerjaan yg disertai Humor, Agus, Shelly, Teh Neneng, dan Roy bercengkrama di pipir luar klinik haji Badri. Berkali kali Roy menggoda Agus agar cepat punya Momongan dan siap membiayai bulan madu bila perlu.
Shelly merasa sedikit aneh dengan Sikap Suaminya sekarang. Yang ia tahu, biasanya Suaminya terlihat tak senang bila sudah mendengar nama Royhan, seperti menyimpan rahasia sebagaimana kecurigaannya selama ini. Namun ia simpan dalam2, seperti unek2 yg ingin ia keluarkan tapi kesiapa. Toh sekarang suaminya seperti senang mengobrol dengan Sahabat kecilnya itu.
Atau dalam penilaian Shelly... itu bukan sahabat kecilnya.... itu adalah Rival... Rival dari kecilnya... Saingan dari Kecilnya.....
Ya... Karena ia ingat betul ketika mendengar Roy mengharumkan nama pesantren dengan Guest House itu raut wajah suaminya tidak senang. Apalagi yg seperti itu kalo bukan merasa tersaingi pikir Shelly. Tapi ia simpan baik-baik, entah apakah ada rahasia, permaianan rahasia yg di mainkan suaminya Shelly tidak tahu.
Yang Jelas, tugasnya sekarang mengurusi pajak Guest House itu diserta surat Legal pembangunan asrama sistem Investasi tunda suruhan Kyainya.
"Kalo datang ke Kantor pajak Nih ka Roy.. Semua sudah sistem Online... tapi tetap aja banyak banget yang ngajuin jadi konsultan... bisa dibajak ratusan Juta Ka Roy.. beruntung akhirnya ketemu saya, hihiiii" Ucap shelly.
"Wah ga ngerti dah Shel... untung Agus datang ke rumah. . Siapa yg tahu ternyata Bininya kerja di kantor pajak.."
"Berarti dibajaknya sama Gw lu Roy.."..
"Ya kaga lah.. dibajak sama Bini lu"..
"ih.. Ribut mulu dari tadi" Ucap Teh Neneng, mereka berdua emang selalu becanda mesku sedang membicarakan pekerjaan.
"Jadi ini tahapannya udah diketahui, kesulitannya juga udah diketahui, tenggat batas waktu sudah ditentukan, mudah2an satu Bulan ini bisa selesei urusan Legalnya " Ucap Roy sedikit serius.
"Aamiin... Tapi maaf ya Roy... Gara2 harus urus sibapak... jadi ketunda..." Ucap teh Neneng.
"Ngga apa2... segitu teteh udah cepet "
"Iya.. tapi tenang , sibapak magrib ini udah boleh pulang"
"Serius?"
"Iya.."
"Alhamdulillah" Ucap Agus.
"Udah Roy.. Kamu jangan bawa bawa Bapak lagi urusan kemarin... wee" Ucapnya sambil menjulurkan Lidah. Memang diMata Teh Neneng Roy ini anak yg sedikit ceroboh dan Gegabah, Wajar bila ia mewanti wanti. Royhan hanya tersenyum.
"Apa sih?" Tanya Agus.
Shelly tersenyum, karena Neneng sudah cerita kepadanya perihal Pak Dharma sudah Tak Lagi terjun di dunia Kejawaraannya.
_-------___-------
Hari sudah menjelang Magrib. Shelly dan Agus sudah pulang dengan daftar pekerjaan Shelly yg harus dilakukan nanti setelah pembicaraan tadi. Roy sebetulnya ingin ber maghriban di Pesantren, tapi ia ditahan Teh Neneng. Ia Merasa takut bila orang orang itu kemari lagi, merasa aman bila ada Roy disini, entah kenapa Teh Neneng merasa aman bila ada Roy disini ketimbang anak Buah Dharma yg banyak diluar.
"Roy..." Panggil Dharma, suaranya mulai segar, tidak kecil seperti kemarin..
"Iya pak.." Ucap Roy menghampiri..
"Saya tahu.... saya tahu anak - anak ngundang kamu buat rapat malam ini.. tapi saya tahan " Ucap Dharma " Biar saya aja memimpin langsung besok rapatnya" Ucapnya lagi..
"Kenapa.... Kenapa saya diundang pak" Tanya Roy penasaran..
"Anak - anak merasa senang dengan keberanian kamu, tadi anak anak bilang senang bila kamu gabung dengan mereka dipadepokan".
Teh Neneng tersenyum, benar berarti dugaannya dimobil nanti, namun syarat kumpul dengan kebo itu yg masih membuatnya tertawa.
"Saya cuma mau mastiin semua baik baik aja Pak, ga lebih" Ucap Roy.
"Saya tahu... tapi kamu juga harus mengerti kemauannya anak2 padepokan saya Roy, biar mereka menentukan jalan mereka sendiri.." Ucap Dharma ia menadahkan kepalanya ke atas.. "Keputusan saya berhenti di dunia kejawaraan karena desakan Teh Neneng, lagi pula, saya juga butuh ketenangan dirumah saya sendiri " Ucap Dharma pelan.
Nampak ya serius, Dharma ingin berhenti didunia hitamnya itu.
"Mudah2an keinginan bapak dilancarkan segalanya" ucap Roy.
Mereka magriban bersama sama dibilik klinik itu. Haji Badri bilang, selama lukanya diobati secara rutin, tidak menimbulkan hal yg fatal, mereka bersiap siap untuk pulang. Anak buah Dharma sudah banyak yg pulang sehabis magrib itu.
Roy duduk didepan Klinik, menyalakan Rokok menunggu dipersiapkannya Dharma untuk Pulang, Teh Neneng ikut keluar. Roy memperhatikan badan tinggi semapainya, pantatnya yg denok tercetak dari celana bahan abu abunya, kemejanya yg ketat semakin mempercantik penampilannya. Ia ikut duduk disamping Roy.
"Rokok.." pintanya..
Roy tersenyum mengambil sebatang Rokok dan memberikan ke Teh Neneng, saat di apit rokok itu dengan bibirnya, secara sukarela Roy memberi apinya.. seketika wajah Neneng penuh dengan asap Rokok..
"Fiuhhh.... Makasih udah mau jagain Gw disini".. ucapnya menghisap batang Rokok itu, satu Sisi Roy memang sebagai atasannya, tapi satu sisi juga Roy Sekarang sudah seperti temannya, banyak hal yg sudah mereka obrolkan.
"Daripada Dharma napa napa" Jawab Roy.
Dengan gaya manja teh neneng memegang dagunya, tonjolan toketnya itu ke angkat.."Lu niat ngejagain Dharma... apa ngejagain Gw?" Tanyanya sambil senyum.
Fuck nanyanya... sambil memegang batang Rokok Pula...
"Yang utama sih ini " Roy menyentuh kulit tangan berkilau itu dengan sekali usapan jari telunjuknya..
Teh neneng kaget, ia tarik tangan yg memegang batang Rokok itu sambil melirik ke kanan dan ke kiri.. tapi ia arahkan lagi pandangan itu Ke Roy... "Nekat yah, kaya kemarin malem " Ucap Teh Neneng.
"Pak Dharma tahu, teteh ngerokok ?"..
Teh Neneng tersenyum dan membuang abu Rokoknya itu di asbak.. "Banyak hal yg Dharma ga tau Roy... salah satunya yg ini.."
"Yakin.... yg lainnya apa..?".
"Hmmmm.." Neneng menarik nafas dalam dalam dan kembali menghisap rokoknya. "Gw dulu badung... Dharma aja ga tau"
"Serius.."
Neneng menganggukan kepalanya "Gw jadi ga bebas jadi istri jawara galak Roy... kadang kangen juga sih.."
Fuck... keinginan itu seperti siap ditumpahkan, keinginan yg lama terpendam dan ingin keluar..
"Bisa diulang kalo mau" Ucap Roy melihat kulit lehernya yg berkilau seperti yg ia lihat saat ia mandi dikali, banyak garis garis urat biru ditoketnya yg Roy ingat saat ia mandi dikali itu, bisa disebabkan karena saking berkilaunya kulitnya.
"Mana berani " ucapnya ia berdiri mematikan Rokoknya.. "Jangan macam macam".. Ucapnya lagi, mengancam, karena tahu betul anak ini nekat, berani dan gegabah. Tapi dalam Lubuk hati Neneng, ia merasa senang dengan sifat anak muda seperti itu, ia juga merasa aman bila Roy ada disini.
Semua sudah selesei, pakaian, administrasi dan kursi roda untuk hanya Pak Dharma. Istrinya melipat pakaiannya satu persaratu juga selimutnya. Ia juga mempersiapkan obat yg harus di berikan ke suaminya selama perawatan dirumah. Dengan teliti ia tadi mendengarkan nasehat dan perintah Haji badri selama perawatan Dirumah. Roy hendak pulang pamit, namun Dharma bertanya..
"Anak anak pada kemana, kenapa cuma dua orang.."
"Mereka udah kumpul di Padepokan Pak Dharma dengar ada rapat besar".
"Loh.. bukannya udah saya batalin.."
"Itu dia pak... dikira acaranya sekarang jadi, terus mereka juga ga nyangka Bapak pulang sekarang"
Dharma menggeleng gelengkan kepala, hanya ada dua orang anak buahnya ditempat ini,
"Apa telepon anak2 saja pak, biar suruh kemari" Ucap Anak buahnya.
"Jangan.. Kelamaan... saya udah ga kuat ada disini, udah Roy tolong antar saya" Ucap Dharma.
"Biarin pak, tunggu dulu sebentar" Ucap Neneng, "badu sama Ari ga bisa bawa motor, mereka bisa bawa mobil, nanti motor dibawa siapa?" Tanya Neneng Lagi.
Dharma Kaget, "Ko bisa.. Badu, Ari...Kamu orang kaya.. bisa bawa mobil tapi ga bisa bawa motor.."
Mereka tersenyum malu.. "Saya malah motor ga bisa mobil ga bisa pak " Ucap Badu.. "Ari yg bisa bawa mobil soalnya dia pernah jadi supir angkot bawa sewa" ucap badu lagi.
Dharma tertawa, meski menahan sakit ia tak bisa menahan tawa..
"Ya sudah... Ari bawa aku sama si bapak bawa mobil Roy... nanti badu dan Roy bawa Motor aku" Ucap Teh Neneng..
"Jangan..." Ucap Dharma melarang.. "Bapak Lagi Lemah... Mamah ga boleh sendirian sama Ari yg lagi nyupir... Bapak lebih tenang kalo Mamah sama Roy saja ikut bawa Motor" Ucap Dharma merasa khawatir, instingnya bekerja dengan baik meskipun ia tidak tahu memang benar ada sekelompok orang yg hendak menyerangnya kemarin malam. Ia khawatir bila sewaktu waktu mereka diserang mendadak. "Badu, ari sama bapak dimobil"
" Kenapa mamah ga sama bapak aja dibelakang.. ada dua baris kursi".. Ucap Teh Neneng
"Bapak masih ga bisa kalo duduk dimobil mbak Neneng, ia harus tiduran terlentang, supaya Lukanya tidak tertekan" Ucap Pak Haji Badri.
Jadi mobil itu pas untuk mereka bertiga, Ari Badu tidak bisa bawa motor, terpaksa Teh Neneng mengiyakan bersama Roy, ia ingin segera pulang setelah sehari semalam ditempat ini.
"Hayu Bodyguard.." Ucap teh Neneng Ke Roy sambil senyum. "Ngerepotin kamu lagi" ucapnya.
Tidak Roy tidak Repot, ucapnya dalam hati, ia sedikit senyum dan senang membonceng Teh Neneng meski perjalanan membutuhkan waktu setengah jam dari sini.
Badu ari mengangkat pak Dharma dan menuntunnya kedalam mobil, juga mengangkat barang- barangnya. Dharma tidur terlentang sendiri dikursi belakang, sedangkan Ari menyupir dan Badu didepan menjaga.
"Ya udah kamu duluan.. hati hati.." Ucap teh Neneng, ia bisa merasa, suaminya merasa aman bila ia dibonceng Roy, pemuda yg dilihatnya berani kemarin, padahak anak itu baru saja nekat menyentuh kulit tangannya tadi.
"Bener bener ga bisa dipercaya.. masa ga bisa bawa motor.." Ucap Teh Neneng melihat mobil itu pergi.
"kaget juga... Ari supir angkot... dahsyat juga anak buah Dharma ini.. tapi Pak Dharma serius.. kayaknya khawatir, mangkanya nyuruh bonceng teteh"
Neneng menarik ujung kaos Roy... "Napaaa".. ucapnya memberi warning tahu anak ini nekat. "Gw salin dulu, ga betah pa" Ucapnya menuju kedalam.
Roy memeriksa motor scooter matic Milik Teh Neneng, Motor itu berwarna Hitam, setelah diperiksa ban dan juga keadaannya Roy mengela nafas , sebenarnya ia ingin sekali ikut pengajian yg diadakan Kyai Basri malam, tapi lagi lagi ia ditahan Dharma. Mungkin karena ia sudah tidak sabar pergi dari sini, buru2 ia menyuruh Ari bawa Mobil. Ia langsung menghubungi ustad Arief, bilang ia tak bisa hadir dipengajian malam ini.
Saat menuju kedalam klinik, Pak Haji Badri sedang berbicara dengan perawat perawat lainnya, Roy Lupa ketinggalan Rokoknya didalam Bilik tempat Pak Dharma dirawat. "Belum berangkat Roy" Ucap Pak Haji Badri.
"Belum Dok.. si Teteh mau Salin dulu katanya" Ucap roy.
"Dokter lagii.. udah dibilang saya bukan Dokter" ucap Pak Haji tersenyum.
"Ahh.. Sama aja Dok.." ucapnya.. sambil berjalan menuju kedalam.
Pintu bilik bekas ruangan perawatan Dharma tertutup, Roy buka perlahan dan melihat Teh Neneng sudah membuka kancing kemejanya, belahan toketnya yg putih bersih itu terlihat menggunung, ada garis urat biru disana.. Fuck..Bini Dharma semok sekali ucap Roy spontan, Jarang wanita tinggi se montok itu toketnya. Karena masuk dalam keadaan diam, Teh Neneng pun diam sebentar melihat anak ini melihat belahan toketnya tak sengaja saat masuk..
"Royy.." ucapnya menutup kemeja itu..
"Maaf Teh kirain salin dikamar mandi" Ucap Roy langsung menutup pintu itu.. "Maaf.. Nanti Rokok saya bawa Teh.." Ucap Roy.
Malam itu mulai Dingin, Klinik haji Badri yg biasa ramai dijam Isya seperti ini nampaknya sekarang sedang sepi, Roy menunggu di luar sambil mengudut Rokoknya..
"Hayu jangan lama lama" Terdengar suara Teh Neneng menghampiri motornya, ia sudah Ganti memakai kaos Ketat berwarna putih, ada bacaan "Naughty" disekitar dadanya..
"Nih" Ucapnya memberikan Rokok yg tertinggal, Roy masih memperhatikannya.. "Maaf Yg Tadi.." Ucap Roy..
"Lain kali ngetuk .."
"Ga sengaja... Kirai......."
"Udah.." potong Teh Neneng.. "Si bapak pasti udah nunggu dirumah... hayu" Ucapnya lagi tanpa melihat Roy.
"Belum... Baru Lima Menit, pasti masih didepan, Pasti ke susul" ucap Roy lagi sambil memasang helm
"Hayu Pak Haji Badri.. Nengsih Pulang.." Teriak Neneng.
"Iya Teh Neneng... Roy... hati hati dijalan.." ucapnya berdiri didepan pintu..
Motor melaju, baru sekali hentakan sudah merasakan ada yg empuk di pinggang Roy, Daging berurat biru pikirnya. Swjujurnya kontol Roy masih ngaceng melihat Aurat istri Pak Dharma tadi.
Cuaca yg memang sudah dingin, ditambah semakin dingin karena angin yg begitu kencang ketika naik motor seperti ini. Sepanjang Jalan mereka mengobrol ringan, Memecah kesunyian ditengah hutan belantara yg makin gelap dan lebat ini.
"Jalannya dipercepat.. Susul si Bapak" Ucap Teh Neneng
"Biarin si bapak didepan, Kita dibelakang", Paha Roy dicubit..
"Jalannya rusak.. ditambah dingin banget"..
"Itu tau... Kalo dingin duduknya rapetin lagi kedepan, biar anget Teh.." Lagi paha Roy dicubit. Tangannya masih parkir dipaha Roy setelah cubitan itu.
"Teh" Bisik Roy
"Apa?"
"Yakin ga mau nakal lagi?"
Lagi ia dicubit, sudah Neneng duga anak ini pasti berani.. dengan sengaja Roy sering mengerem agak tajam tiap melalui jalan rusak, menyebabkan Istri Dharma ini lebih mendekat ke punggung Roy.. karena dinginnha suasana, juga gelap gulita perhutanan ini, membuat Teh Neneng cuek tonjolan toketnya sering menempel ke punggung Roy.
Ditengah hutan gelap Gulita ini, tak ada rasa ke khawatiran yg dirasakan Teh Neneng, ia merasa aman sambil sedikit memeluk Roy dari belakang. Perasaan apa ini? Pikir Teh Neneng, Kenapa ia merasa aman, merasa terlindungi oleh badan muscular pemuda ini. Kejadian kemarin malam mungkin salah satunya, ia menilai anak ini berani, wajar ia merasa aman dibonceng pria ini. Mungkin suaminya benar, tidak salah istrinya dibonceng pria ini menuju rumah.
Karena sering merasakan tekanan payudara montok yg ia liat dibilik klinik tadi, membuat Kontol Roy semakin ngaceng, cuaca semakin dingin secara refleks membuat teh Neneng sedikit memeluk Roy dari belakang karena merasa aman, Saat melewati jalan rusak, tangan yg parkir dipaha Roy naik ke atas, menyentuh cetakan Batang Kontolnya, teh Neneng kaget, terasa keras dan besar Benda itu disentuhnya.
Tepat dijalan yg sangat terjal, Teh neneng terguncang, secara Refleks tangan kirinya memegang pinggang Roy sekeras kerasnya, tangan kanannya naik ke atas, meremas cetakan batang kontol yg terasa seperti tiang yg kuat. Secara refleks ia lepas kembali batang itu, "Sory" Ucapnya grogi..
Koq Gede banget,.. Ucap hati teh Neneng kaget,terasa solid ditangannya tadi, seakan tak terguncang bila sudah memegang batang tadi.
"Shhh.. lagi Teh.." Bisik Roy.. Lagi ia dicubit..
Tak terasa, ternyata mobil Yg membawa Pak Dharma sudah terlihat lampu remnya. Karena banyak jalanan rusak dan terjal seperti ini membuat laju kendaraan mobil lebih lambat dari motor, wajar bila ke susul "Itu siBapak " Ucap Teh Neneng,
"Teh.."
"Hmmm..."
"Lebih deket lagi"
"Apanya"?
"Tetehnya"
"Ada si Bapak ".. Ucap Neneng kembali mencubit...
Roy membunyikan klakson, Dharma terlihat sedikit bangkit dari kursi belakang dan melihat lampu sorot motor dari jendela belakang double cabin itu ke arahnya, ia tak bisa melihat Roy dan istrinya, namun bisa melihat sorot lampu itu.. dari tadi ia tidak tenang istrinya belum ada dibelakang, kini ia bisa tenang dan tiduran kembali setelah memastikan itu istrinya.
"Ga keliatan..Lebih deket lagi.."
Teh Neneng merapatkan duduknya kedepan, toketnya menempel dipunggung Roy, entah kenapa ia malah mau menuruti kemauan pemuda ini, mau nuruti perintah pemuda ini tepat dibelakang suaminya yg galak itu.
"Mau lebih anget lagi ga?" Ucap Roy, memegang tangan teh Neneng yg masih mampir itu menuju cetakan kontolnya.
"Ishhh jangan" Ucap teh Neneng masih menempelkan cetakan toketnya dipunggung Roy. Neneng memang tahu anak ini nekat, tapi tidak senekat ini pikirnya,
"Ga berhenti keras pas liat yg dibilik tadi" Ucap Roy. Neneng mencubit paha Roy lebih atas dekat cetakan kontolnya, meski Neneng diselimuti rasa penasaran, takut, dan mulai muncul Jiwa nakalnya. Roy kembali membimbing tangan itu ke atas, Kini teh Neneng menyentuhnya tanpa menghindar, tanpa disuruh, ia meremasnya..
Fuck....
Jiwa Nakal Teh Neneng keluar, ia seperti linu merasakan cetakan kontol yg terasa besar itu, kembali ia meremas cetakan kontol itu menghikangkan penasaran
"Ihh.. Koq Gede sih.." Bisik Teh Neneng di kuping Roy sambik swmakin menekan payudaranya dipunggung Roy.. Teh Neneng terus meremas remas kontol itu perlahan menguji ukurannya, membuat Roy berdesis.
Dibelakang Mobil yg membawa dharma itu, Roy membuka resleting celananya, ia keluarkan kontolnya, "Peganng Teh, dijamin, panas anget.."
"Royy.." ucap teh Neneng saat tangannya dibimbing Roy memegang kontol telanjang itu.. "uhhh" ia merasakan benda panas terasa besar ditangannya, sempat mau melepas, namun entah kenapa karena keberanian pemuda ini melakukannya "dibelakang suaminya membuat naluri kewanitaannya menuruti pemuda ini, tanpa disuruh ia malah meremas kontol itu..
"Shhh.. inget toket teteh dibilik tadi..."
"Ga lemes ya.. ngaceng terusss" Ucapnya mulai nakal "Kasiaaann" Ucapnya lagi..
Dari mulai mengusap, meremas kini ia mulai mengocok perlahan batang kontol itu, "ihhh.. Gede banget sih Roy" ucap Teh neneng pelan, malah semakin mendekatkan tonjolan toketnya dipunggung pemuda ini. cuaca sekitar mendadak terasa hangat.
"Kocok keras teh... jangan takut sama yg didepan" Lagi naluri kewanitaannya menuruti pemuda ini, batang kontol itu bukan saja terasa gemuk, tapi terasa panjang ditangannya.
"Aku pernah punya mantan Roy... pernah nakal... tapi Ga segede gini" Ucap Teh Neneng mulai sayu mengocok Batang kontol itu "Kamu udah mancing mancing nakalnya aku, berani banget sih , dia ga segede kamu" bisiknya sambil melihat sorot lampu yg mengenai mobil Suaminya.
Tangan Roy bergelayut kebelakang, memegang pinggulnya Teh Neneng, ke atas meremas toket putih berurat biru itu..
"Shhhh... mauuu.. Gede bangett.. pasti enak kalo dimasukin" Ucapnya manja sayu dan mulai nakal.
Saat asik sibuk saling meremas itu, ternyata mereka sampai rumah....
Mereka berusaha menjaga gerak gerik mereka senormal mungkin. Roy sudah rapih, begitu pula Neneng, mereka berhenti tepat disamping Mobil Roy. Teh Neneng turun membantu menurunkan Pakaian Dharma, masuk kedalam Rumah, Dharma dibopong oleh ari dan badu menuju kamar, setelah memastikan Dharma berbaring, mereka berdua pulang.
Teh Neneng masih sibuk dengan pakaian Dharma kemudian ia memasuki rumah, menaruh tas itu ke tengah Rumah, ia berdiri melihat Roy, terlihat raut wajahnya yg dilanda birahi tadi. Roy menghampiri Neneng dan meremas cetakan pantatnya ditengah rumah itu, Neneng diam saja, dengan kasar Roy hampir merobik celana itu dan memerosotkannya kebawah, Fuck kakinya tinggi semapai menjulang indah, dengan kulit mulus berkilau, pantatnya berbentuk Love shape dan terlihat sangat segar, Neneng masih diam saja, ia membiarkan prilaku pemuda yg dilanda birahi ini, cangcut kecil warna hijaunya disobek dan digamparnya pantat yg bikin ngaceng itu..
Plakkkk...
Seolah tidak peduli dengan suaminya yg berbaring sakit dikamar, anehnya, semakin pemuda ini berani, semakin keras putingnya, seperti fantasi nakal yg selama ini terpendam, tumpah begitu saja oleh pemuda ini, setelah bertahun tahun menjadi istri Jawara ditakuti banyak orang, kini ada pemuda yg bernyali melakukannya..
Setelah Digampar itu, Neneng berjalan, Celananya dalamnya yg disobek itu menelanjangi pantat seksinya, ia berjalan seperti tidak peduli sambil menggoda Royhan dengan lenggokan pantatnya menuju Dapur.
"Mahh.. Bapak Mau Jahe hangat.." Ucap Dharma dari dalam kamar, selama berjalan menuju dapur Roy tak berhenti mengusap pantat mulus istrinya dan sesekali menggamparnya, saat menyediakan jahe hangat untuk suaminya Roy berjongkok dibelakang pantat Neneng dan mencium pipi pantatnya, dengan gemas ia langsung jilat memeknya dari belakang.
Neneng memegang kepala Roy, memeknya yg sudah basah, semakin basah dengan keberanian ini.
Shhh uhh shhh uhhh shhh uhh
Slrupp slrupp slrupphh
Lirihnya pelan tapi seksi, jahe itu telah jadi diaduk dan hendak diserahkan ke suaminya, Roy berdiri.. Mencium Leher putih istri jawara itu sambil menguarkan kontolnya, Tangan teh neneng yg sedang sedang mengaduk jahe suaminya itu dipaksa Roy menggenggam kontolnya juga meremasnya ... "Shhhh ahh... Gede.." Bisiknya mengocok panjangnya kontol itu, dengan nakal Roy mengangkat pantat istri jawara itu, membuka memeknya, dan memasukan kontol itu dari belakang,
"Ughhhh" Seperti sesak nafas Neneng merasakan ujung Kontol itu, sekali sodokan kasar, kontol itu dengan ganasnya masuk secara keseluruhan, Nafas Neneng terhenti, ia menjerit kencang namun buru ia munutup mulutnya. Sambil mencekik lehernya dengan dua sodokan Roy malah melepaskan kontol itu keluar dari memeknya,
Mata neneng sayu, sange, baru saja dimasuki Benda paling besar dalam hidupnya, Roy ambil jahe hangat yg disapkan untuk suaminya, dan menyelupkan Kontolnya kedalam, ia celupkan jahe hangat itu berturut tutut, Neneng kaget, namun dadanya bergemuruh, berani sekali anak ini menyelupkan kontol itu ke jahe milik suaminya, ia menggigit bibirnya, melihat prilaku nakal ini.. "Kasih Dharma suruh minum"..
Teh Neneng diam, pantatnya digampar agar ia cepat pergi ke kamar Dharma. Sambil berjalan teh Neneng masih terus melihat Jahe itu bergoyang goyang saat masuk Kamar Dharma, "Koq lama amat" Ucap Dharma, dia seperti tidak sadar bila istrinya tidak memakai celana, mungkin pikirnya, Roy sudah Pulang.
Dharma menerima Jahe itu dan mencium aromanya, dan mulai minum, Neneng menggigit bibirnya melihat air jahe yg sudah di celupkan kontol gede itu, terasa hangat mungkin pikirnya dengan perlahan ia berjalan keluar membiarkan Dharma meminumnya,
Roy sudah menunggu didapur, dengan kontol ngaceng melihat istri Dharma menghampirinya tanpa celana karena sudah dirobek tadi..
Dengan sayu ia bilang.. "Diminum"..
Fuck... Dengan penuh nafsu Roy menghampiri dan langsung menjilati seluruh wajahnya, pipinya, bibirnya lehernya, badannya tinggi sangat ideal berpasangan dengan Roy, ia angkat kaosnya, toketnya yg berurat biru itu terlihat, ia hisap kenyot tanpa ampun, toket yg sudah membuatnya nafsu tadi
Shhhh ahhhhh.... fffuckkkkkkk...
Sambil meremas remas pantatnya, kemudian yg membalikan Badan neneng, ia cekek lehernya dari belakang, dan memasukan Kontolnya dengan kasar kedalam..
"Elu emang pantes, ngewein gw, AKHHHH!!!" Ucapnya mengingat Jahe yg dicelupkan kontol itu, keberaniannya membuat Neneng berpikir pantas dientot olehnya.
Akhhh akhhh akhhhhh
Kontol itu menghujam dalam dalam dengan kasar, mengoyak ngoyak isinya ke Titik yg belum pernah dicapai oleh siapapun. Matanya sakau, nikmat tak terbayangkan dirasakan memeknya. Ingin ia menjerit, tapi ia tahan,
"Ushhhh dalem banget dalem banget dalem banget ahh ahh ahh uhhsshhhhhh"
Plok plok plokkk...
Plokk plokkk plkkk
Plokkk plokk plokkkk
Plokkk plokkk plokkk ahhhhbbbb
Neneng Terbang, badannya bergetar getar, baru lima menit ia disodok, lehernya meski dicekik ia merasa nikmat, entah kenapa pemuda ini semakin menyakitinya malah semakin nikmat. Roy mencabut kontolnya, Neneng berjalan dengan seksinya menuju Kamar sebelah suaminya, ia tahu jawara ini belum puas, saat memasuki kamar itu, ia mengintip ke kamar suaminya, Neneng melihat Dharma berbaring, dengan jahe bekas celupan kontol itu sudah habis setengahnya, istrinya tanpa celana disini, mengizikan Pria yg sudah memasukan kontol Gedenya itu yg Ke Jahe yg diminum suaminya.
saat asik melihat suaminya Lehernya Neneng dicekik, sekujur lehernya langsung diJilat, pantatnya digampar ,Memeknya dsodok tanpa ampun oleh batang kontol gemuk panjang jauh ke dalam.. shhhh.. Fuckk...
Setidaknya pria ini punya simpati bila melihat air Jahe yg dicelup kontol itu sudah habis setengahnya, ternyata tidak, Pria ini malah menyodokan Kontol gemuk panjang bertubi tubi ke Memek istrinya.
"Bangsat banget sih lo ahhh ahh ahhh "
Dari belakang, Roy membopong wanita bertubuh tinggi itu tanpa melepas sodokannya, baru kali ini ada pria yg kuat membopongnya, bahkan terus menghujamkan kontolnya..
"Enak banget Roy.. shhhh ahh shhhh ahhh" Ucapnya sedikit keras tanpa takut didengar suaminya.
Masih posisi membelakangi, Roy jatuhkan tubuh tinggi itu ke atas kasur, Roy berdiri ditepi kasur meneruskan sodokannya, Roy angkat kaki kanannya ke atas, dan ia injak kepala Neneng sambil menyodoknya.. semakin keras ia menginjak kepala istri Dharma itu, semakin
Keras pula Roy menghujamkan kontolnya kedalam.
AAAAKHHHHHH... "jeritnya
Rambutnya acak2an, Kepalanya diinjak kaki Jawara muda ini sambil dientot, meski merasa dikuasai, ia merasa Nikmat yg sangat dalam..
"Fuck Roy.. enak banget kontolnya, enak banget kontolnya.. Fuuuckkkk shhhhhh ahhhhh" tubuh neneng bergetar kembali. Kepala neneng meski sakit diinjak tapi ia merasakan orgasme yg kedua kalinya..
Roy cabut Kontolnya, ia tiduran diatas kasur, Masih tergopoh gopoh Neng bangkit naik ke atas kontolnya, , ia masukan lagi Kontol itu kedalam.
Ahhh... neneng kembali memejamkan matanya, merasakan keseluruhan batang itu, dengan sekali goyangan ia ulek kontol itu bertubi tubii.. baru kali ini ia merasakan orgasme sesungguhnya dengan pria ini.
Terus ia ulek kontol itu, naik turun, maju mundur, berputar putar sambil memegang dada bidangnya, sekitar 10 menita Roy balik menyodok sambil mengenyot susu Berurat itu..
"Keluar keluar keluar.. " Ucap neneng lagi ambruk diatas dadanya..
Roy merasa gemas, semakin gatal ia terus menyodok memek itu lagi dari bawah..
"Ahhh Roy.. udah tiga kali aku keluar koq kamu belum sihh,, shhhh ahhhh ahhhhhh ahhhh"
Dengan gerakan cepat Roy menyodok memek itu lebih keras dari bawah sambil mencekik lehernya..
Fuck fuck fuck
Fuck fuck fuck fuck fuckk
Fuck fuck fuckk..
PLOK PLOK PLOK!!!!!!!!!!
ahhhhhhhhhhh...... CROTTTTTTT CROOTTT SPLASHHH... SPLASHH..
tumpah sperma Roy didalam
"Ahhh.. Nakaaall" Ucap Neneng.. merasakan peju itu masuk kedalam..
Ia mencabut kontolnya, dan ambruk telungkup sambil ngos ngosan, baru kali ini Neneng merasakan nikmat persetubuhan. Sambil memencet hidungnya Neneng berdiri memakai kaosnya..
"Kamu ga Pulang?"
"Mau nginep aja, cape, " Ucap Roy,
Kembali ia memencet hidung Roy, lehernya terasa pegal, kepala terasa sedikit sakit karena diinjak, setelah minum salin dan mengatur nafas Neneng kembali ke Kamar Dharma, ia tertidur karena kelelahan Malam itu.