Chapter 5
Shintia Alisya ( Tia )

Widya

POV TIA
Pukul 04.56 Wib
Sudah hampir jam 5 sore, tapi suamiku belum datang juga. Padahal, jarak kantor ku dan kantornya tidak terlampau jauh dan hanya memerlukan waktu kurang lebih 20 menit saja. Tak seperti biasanya suamiku terlambat menjemput, dia selalu datang on time alias tepat waktu. Tapi sudah lebih dari setengah jam, suamiku belum terlihat juga batang hidungnya. Beberapa kali ku telpon nomor Hpnya, namun sepertinya tidak bisa dihubungi. Aku berfikir, mungkin dia sedang menuju ke sini dan tidak sadar kalau Hpnya mati. Ya uudah di tunggu aja (gumamku). Beberapa kali sudah kukatakan kepada suami agar mencari sopir untukku. Sebagai istri, aku sangat tau bagaimana kesibukan pekerjaannya ditambah lagi posisi tempat dia berada sekarang. Sehingga aku selalu tak ingin merepotkannya. Akan tetapi, dia tak pernah percaya kepada orang lain. Apalagi jika itu berkaitan atau berhubungan denganku. Karena aku tau, dia amat2 mencintai diriku ini.
A : Aku
R : Rahmat
R : Loh, tumben Bu Tia belum pulang ?? Biasany Pak Anwar sudah sampai.
A : Mungkin lagi sibuk Pak.
Pak Rahmat umur 56 Tahun, berperawakan kecil juga berkulit gelap. Beliau sebentar lagi akan pensiun dari Bank ini. Orangnya menyenangkan dan humoris, tapi hari ini dia terlihat murung dan sedih tak seperti biasanya.
R : Sabar aja ya bu, mungkin sebentar lagi juga nongol bu.
A : Eh iya pak, paling sebentar lagi datang suamiku. Itu bapak kenapa ?, dari pagi kelihatannya murung terus, apa bapak sakit ? atau ada hal lain yang mengganggu bapak ?
R : Ah enggak Bu Tia, saya cuma sedih aja. Bentar lagi kan, saya bakal pensiun. Waktu saya bersama teman2 di kantor ini tinggal menghitung hari.
A : emangya bulan ini terakhir ya pak masuk ke kantor ?
R : Iya bu, itu lah yang membuat saya sedih. Tinggal 1 minggu lagi waktu ku disini, tak terasa pengabdian ku selama 30 Tahun ternyata berjalan cepat sekali.
A : Iya pak. Saya juga jadi ikut sedih pak.
R : Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu bu.
A : Iya pak, hati2 dijalan..
Tiba-tiba telpon ku berdering.....
A : Aku
S : Suamiku
S : Haloo sayang......
A : Iya Pa, Papa dimana. Cepetaaaann, mama udah lama nunggu nih di kantor. Trus kenapa tadi teleponya nggak bisa di hubungi sih ????
S : Aduh maaf sayang, td lg meeting. Hp nya Papa matikan, kan nggak enak lagi meeting ada bunyi handphone.
A : ya udah, pokoknya papa cepetan jemput, mama udah nggak tahan nunggu lama- lama disini.
S : nah itu dia sayang, kali ini papa nggak bisa jemput. Karena ada meeting lanjutan, buat persiapan pembukaan Kantor cabang pembantu baru itu.
A : kenapa papa nggak ngabari dari tadiiiii............... iiihhhh nyebelin (sambil ku geser ikon merah di HPku)
Pagi tadi aku sudah dibuat jengkel olehnya, sekarang aku tambah kesel dengan tingkahnya. Akan tetapi aku tau, kalau suamiku pasti sekarang lagi sibuk2nya mengurus pembukaan cabang baru di Kota B. Ya udah lah aku pesen Gocar ajalah (batinku). Tiba-tiba pak Rahmat kembali lagi keruangan dan mengambil dompetnya yang tertinggal dilaci mejanya.
A : Aku
R : Rahmat
A : Loh pak, kok kembali lagi.
R : ini bu, dompet saya ketinggalan. Kalau ada razia, bisa amsyong saya bu. Ibu Pesen Gocar ? Pak Anwar nggak jadi jemput ?
A : Iya pak, dia lagi sibuk meeting. jadi aku pulang sendiri.
R : Gimana bareng aku aja bu, tapi naik motor loh. Ibu kan istri boss, siapa tau belum pernah ngerasai naik motor butut punya saya. haha
A : Bapak ini bisa saja, emang saya anak raja apa. Dibilang nggak pernah naik motor.
R : Becanda bu, tapi kalau mau sih saya pasti seneng dong.
A : Gimana yaaaa....... Boleh deh pak, dari pada nunggu Gocar lama. Entar jadi pulang malem, kesian anak saya dirumah neneknya pasti nangis2 terus nyariin mamanya. tapi saya nggak ada helm pak, lagian nanti jadi ngerepotin lagi. Rumah bapak kan, jauh sebelum rumah ibu saya.
R : Nggak kok Bu Tia, malahan seneng bisa nganteri Nona Putri yang cantik ini.
A : Putriii... xixixixxi Bapak ini bisa aja ngegombalnya, saya ini udah emak2 pak. Bukan Putri lagiiii (dengan senyum dan tertawa)
R : tapi ibu cantiknyakebangetan..
A : Bapak bisa aja, yok pak berangkat. nanti kelamaan ngobrol malah nggak jalan-jalan.
POV Anwar
Di rumah Widya
A : Aku
W : Widya
A : SSaaayyannngg, suuudddaahhh nyeeeeppoonggnya. Daaahhhh diiiitttuungggguuu akuuuu raaappaat aaahhhhh (croooottt...crrrooottt dalam mulut Widya)
W : Iiiiiaa slurrpp.... ssluurrppp... ssssllllluuurrrppp... aaahhh, mantap kan sedotanku. xixixixi
A : kamu emang juaranya...
W : enakan aku dong sedotanyya dari istrimu ?
A : ya jelas lah, kamu top banget pokonya mah.
Kembali ke POV Tia
Sambil menaiki motor Honda Supra milik pak Rahmat, kami menyusuri jalanan kota menuju rumah ibuku. Setelah 15 menit, tibalah aku disebuah rumah kecil dengan halaman yang luas. Ruma tua tersebut adalah milik pak Rahmat. Kondisinya tak terawat, karena beliau tinggal sendiri dan istri sudah lama meninggal. 3 Orang anaknya masing2 seudah menikah dan tinggal di Kalimantan serta di pulau jawa. Hari2nya dilalui dalam kesepian, dan kesendirian.
A : Aku
R : Rahmat
A : Loh kok belok kesini pak ???
R : Tadi kata ibu udah kebelet pipis, ya sudah ibu pipis di rumah saya aja. Nggak papa kok bu.
A : Maaf ya pak merepotkan.
Sebenarnya aku bukan kebelet pipis, hanya saja dadaku terasa mengembung dan sakit dikarenakan Asi yang sudah memaksa ingin dikeluarkan dari dalam dadaku ini. Tak mungkin kan, kalau aku bilang ingin memerah Asi dirumahnya.
A : di mana pak kamar mandinya ??
R : Mari saya antarkan bu.
R : Nah. ini kamar mandinya, maaf ya bu kalau terlihat kotor dan bau.
A : Nggak kok pak, ini kamar mandinya bersih kok.
R : Saya tinggal dulu ke dapur ya bu.
Setelah membuka blazer dan juga kemejaku di dalam wc, Aku mebuka pengait bra merahku lalu memerah susu ku mulai dari pangkal hingga ke ujung punting ku yang berwarna merah muda. Dengan sedikit meringis kutekan2 susuku ini, tapi sedikit sekali Asi yang keluar Mengakibatkan nyeri yang teramat sangat pada bagian dadaku ini. Setelah beberapa menit berlalu, aku tak sengaja lupa mengaitkan paku pada pintu wc tersebut. Sehingga ada celah lebih kurang 5 cm dipintu tersebut. Aku tak menyadari, ada sepasang mata tua yang nanar melihat ku sedang meremas2 dadaku ini. Aku yang meringis menahan sakit dadaku sambil menggigit bibir bagian bawahku sendiri tak menyadari, ada Pak Rahmat yang sedari tadi memperhatikan ku dari luar pintu kamar mandi. Dengan Perlahan pak Rahmat Masuk dengan membuka pintunya secara perlahan-lahan. Tanpa ku sadari, dia sudah dihadapanku dan melihat ketelanjangan dadaku tepat didepan matanya. Aku yang meringis sambil memejamkan mata, tak menyadari kehadirannya. Tiba-tiba saja mulutnya mencaplok dada sebelah kananku yang sedang kuurut-urut dengan tangan ku ini. Aku yang terkejut, langsung membuka mata dan Shock terhadap perlakunya kepadaku.
A : aahhhh pak apa-apaan ini.... (sambil berusaha melepaskan mulutnya dari putingku)
Dia terus saja menyedot putingku dengan sekuat-kuat nya tanpa perduli dengan kata-kataku barusan. Dan juga tangan nya menahan tubuhku supaya tak bergerak dari tempat aku berdiri sekarang. Akupun dengan sekuat tenaga menampar pipi kirinya. Dia terkejut dan melepas hisapannya pada dada kananku ini.
R : AAcchhh.... Maaf bu Maaaaaffff saya benar2 hilap, mmaaaaff bu saya hilaf..
A : Bajingan haahh, kurang ajar sekali dengan ku.... Mau dipecat dengan tidak hormat yaa...
R : Maaf bu saya tak sengaja, saya sudah lama tidak melihat tubuh perempuan semenjak istri saya meninggal. (tiba2 mengalir buli2 air mata beliau)
Aku yang semula emosinya meledak-ledak, tiba-tiba merasa iba terhadapnya, memang istrinya sudah 5 Tahun yang meninggal karena serangan jantung.
R : Maafkan Saya bu.... saya rela kalau harus dipecat dari kantor tersebut. Ini memang kesalahan saya.
Di usianya yang sudah 56 Tahun, aku juga merasa tak tega jikalau dia dipecat dengan tidak hormat dan tak mendapat kan uang pensiun dikarenakan kejadian barusan. Apalagi dia 1 minggu lagi pensiun. Dia terus memohon maaf dan ampun padaku sambil bersujud di kakiku. Aku yang mulai iba, menarik badannya untuk berdiri.
A : Sudah...sudahh pak, saya sudah memaafkan bapak. Itu semuakan diluar kendali pak Rahmat... Saya maklum kalau bapak tadi birahi melihat Dada saya ini, padahal bentuknya biasa aja loh pak.
R : Nggak kok buk punya ibu montok sekali, jadi saya tiba2 langsung birahi dibuatnya. Putih, Puting merah muda, motok dan keluar Asi lagi. Ini Toket terbaik yang pernah saya lihat bu.
Deg.... tiba2 darah ku berdesir mendengar pujian2 dan sanjungan2 pada payudara ku ini. Entah mengapa jantungku berdegup kencang, kencang sekali. Tatapan ku menjadi sayu, aku seperti terangsang mendengar pujian2nya terhadap bentuk tubuhku ini. Apalagi sudah sejak melahirkan (lebih dari 3 bulan), aku tak disentuh oleh suamiku dikarenakan libidoku yang turun pasca melahirkan. Namun entah mengapa libidoku tiba2 bangkit di hadapan Pak Rahmat yang berwajah tua, rambut beruban, berbadan Pendek, kecil dan berkulit gelap ini.
A : Kalau begitu bapak bantu saya mengeluarkan Asi ini saja ya paaakk..
Entah setan dari mana, hingga aku mengeluarkan kata2 tersbut.
R : Aaapaaa buuukk, ngggaakk salaaahhh dengerr (sambil bergetar badannya meloto melihat dada yang montok)
A : Iya pak, nggak papa. Itung2 Bapak membantu saya memerah Susu saya ini.
R : Seeerrriiuuss buukkk
A : Iya pak serius (Akupun menganggukan kelapa dengan tatapan sayu kearahnya), tapi bapak jangan sampai nafsu ya sama saya. Soalnya dari tadi aku mengurut-urut Susuku ini susah sekali keluarnya. Jadi saya mintak tolong bapak ikut membantu.
Gilanya diriku. Aku yang dilanda birahi bisa2nya mengucapkan kata2 tersebut didepan orang yang lebih pantas ku anggap sebagai orang tua ku.
R : Sssrup...ssslurrrppp....Ssslurrpppp
A : Aaaccch ..... acccch..... terus paaakk, hiiiisssaaappp ttteeerrruusss. BBBiiaaarr leeegaaa. Maassiihh sssakiiitttt paaakkkk. Aaaccchhh hiiissaappp teeruuussss.
Beliau menyedot puting ku bergantian kiri dan kanan, aku merasakan sensasi yang luar biasa di sekujur tubuhku. Dia orang pertama selain suamiku merasalak kenyal dan harumnya dadaku ini. Bahkan dia adalah oleh pertama selain bayiku yang merasakan Asi ku langsung dari putingnya, dikarenakan keengganan suamiku menghisab dadaku yang penuh dengan Asi ini. Tanpa ku sadari, tangan kirinya membuka celana panjangnya serta mengeluarkan Penis nya dari dalam celana dalamnya. Dia mengurut-ngurut penis nya sambil menyedot puting-putingku bergantian.
A : Paaakk kenaaapaaann dddikkeeluuarriinn Buuurrunggggnyaa aaacchhh....aacchhh
Sebentar dia melepas putingku
R : Tanggung Bu, Aku udah terlalu bernafsu. Ibu tenang saja aku tak akan menyetubuhi ibu. Aku Cuma mau mengocok kontolku saja.
Wajar saja, tidak ada satu kucing jantan pun didunia ini yang tidak tergiur melihat daging segar didepan mata seperti ini. Aku memakluminya, bahkan aku sendiri mulai terangsang oleh permainan lidahnya di putingku. Memek ku yang basah butuh belaian sekarang, dan tanpa sadar aku menarik tangan kanannya yang sedari tadi aktip meremas-remas dadaku untuk mengelus-memeku dari balik cdku ini. Dengan sigap dia melucuti Rok dan celana dalamku. Aku yang sudah dilanda birahi hebat, sekarang aku butuh di tuntaskan. Setelah Pak rahmat melucuti semua pakaian kami, dia membaring kan ku di atas lantai kamar mandi yang dingin ini.
R : Tiiiaa aku sudah nggak tahan, aku masukin ya sebentar sajaaa.
A : Tapi paaakk aakuuuu
Belum sempat aku menyelesaiakan kata-kata ku, beliau sudah membenamkan kontolya ke dalam memeku dengan sekali hentakan.
A : Aacch paaakk kook masukk
Terasa kontoinya tak terlalu panjang seperti punya suamiku, namun cukup gemuk. Dia terus memaju-mundurkan kontolnya di dalam memekku tanpa ampun. Dengan dilanda birahi yang sangat hebat, tak terasa aku sudah hampir menemui orgasmeku dan...
A : Ppaakkk kencengiinn aaacchhhhhh pppaakkkkkkkkkkk.................
Akhirnya ini menjadi orgasme pertamaku setelah melahirkan bayiku, badanku terasa lemas. Tak lama setelah itu Pak Rahmat mencabut kontolnya dan mengeluarkan pejunya di wajahku serta dadaku.
R : LLLooonteeee Tiiiaaa Lonnteee aakkrrrr (Crrroott....ccrooott...ccrrooott)
Entah dorongan dari mana ketika dia menyodorkan Penis nya ke mukaku, aku dengan lahapnya mebersihkan sisa2 sperma dan cairan kewanitaan ku dari penisnya. Aku seperti kesetanan terus melakukanya hingga bersih sambil terengah-engah seperti orang habis lari marathon. Aku yang biasa jijik dengan cairan sperma tiba2 menikmati asin dan amisnya sperma yang ku telan ini.