Chapter 51 : Hijrah
Teh Neneng

Ustadzah Shaipah

Ustadzah Laila

Ustadzah Ayni

Selly

"Kenapa Ummi?" Ucap Abah Haji mendadak saat duduk di sofa kesayangannya melihat Nyai Haji tersenyum sendiri diruang tengah.
"Kenapa apa?" Tanya Nyai Laila kaget, ia merasa Terpergok,
"Kenapa Ummi senyum senyum sendiri, kaya anak kecil dapet balon Gede, Kenapa?" Tanya Kyai Lagi.
Nyai Haji Blushing, pipinya memerah, ia merasa malu, Pak Kyai terlihat penasaran, apa yg membuat istrinya senyum senyum sendiri itu. Bahkan ia Blushing, terlihat Sangat Good Mood sore ini.
Sejujurnya, Pak Kyai sendiri sudah sulit dan tidak bisa membaca rahasia atau pikiran istrinya akhir2 ini. Sulit ia melakukan Mukasyafah secara utuh Ke Nyai haji. Hal ini karena Nyai Haji sedikit demi sedikit juga menguasai Ilmu Mukasyafah dari amalan amalan yg di perlihatkan suaminya. Dari amalan lahir maupun Batin, dengan sedikit menguasai ilmu itu, otomatis ia bisa memblok penglihatan Pak Kyai.
Sama Seperti Roy, dua duanya bisa menutup Tirai dari mukasyafah Kyai. Mem blok penglihatan batin sang Kyai. Bedanya, Roy bisa bisa menutup tirai itu karena bakat yg sampai sekarang masih belum bisa dijelaskan. Hal ini pula yg membuat penasaran Nyai masih Haji Penasaran. Teka teki itu nampaknya ia berharap bisa terbuka, mengingat Nyai Haji bisa belajar sedikit demi sedikit amalan yg bisa mem blok penglihatan mukasyafah suaminya, karena sedikit ia sudah belajar meskipun masih amatir.
Dan terbukti
Pak Kyai suka sering salah menebak pikirannya akhir akhir ini. Ia terkecoh, Sedikit Konyol memang terdengar seperti ilmu telepati yg ia baca dibuku buku Novel. Atau mungkin digambarkan melalui Film Film. Dan itu nyata, sedikit demi sedikit Nyai haji bisa menebak, karakter, pikiran, rahasia hati seseorang. Meski tidak sejago suaminya, tapi sebagai seorang istri Kyai, sudah seharusnya Nyai Haji sedikit menguasai ilmu semacam itu, melalui amalan2 tersendiri.
"Hmmm awas ya, mentang mentang udah bisa nutup, jangan dikira abah ga tau, tapi juga jangan bikin abah penasaran, hukumnya dosa " Ucap Kyai
"Hihiii.. " Nyai Haji tertawa.
"Pasti kayaknya dari habis rapat itu ya?" Tebak Kyai sedikit samar2 membaca pikiran dan hatinya.
Kembali Nyai Haji Blushing, pipinya memerah, tumben tebakan suaminya tepat..
""Ummi cuma senang ada murid kita peduli dengan pesantren kita Bah, mau memperbaiki sistem keuangan kita, setelah rapat itu, ummi sedikit tenang, juga ga nyangka, anak itu ada ide yg bisa Keuangan pesantren kita membaik, ide itu buat ummi tenang" ucapnya
"Hmmmm".. Kembali Pak Kyai mengusap jenggotnya, Apalagi yg dibicarakan Nyai Haji kalo bukan tentang rapat tentang sistem investasi tunda yg dicanangkan Roy sewaktu Rapat bersama Agus dan para ustad itu. Sistem investasi tunda, yg bisa memperbaiki keuangan pesantren, dengan melakukan pembangunan asrama dan fasilitas pesantren terlebih dahulu yg dibangun oleh kontraktor mereka. Baru nanti seiring berjalan Kontraktor pun dapat untung sendiri dengan pembayaran yg sudah ditentukan mengingat santri Awwabin bertambah tiap tahun.
Sehingga Hingga dengan sistem investasi itu, pesantren tidak harus memakai keuangan mereka untuk membangun asrama dan fasilitas. Ia Bisa di alihkan untuk mensejahterakan para Guru asatid dan ustazaat yg mengajar. Roy memberi ide Kontraktor itu melalu perencanaan matang matang tentang kalkulasi dan persentasenya. Selain membangun Guest House, ia juga sekalian menjalankan program membangun fasilitas dan asrama pesantren melalui sistem investasi tunda itu.
Ide brilian sebenarnya, sehingga Kyai dan para ustad setuju. Dan siap dengan legal kontrak yg sedang dibuat istri Shelly juga teh Nengsih. Hanya Sekedar legal.
Tentu saja Pak Kyai setuju, Terutama Nyai Haji,. Yg Sejujurnya, ia trauma setelah kejadian ustad Ujang beberapa waktu yg lalu itu, Nyai haji tampak murung dan bingung. Ia takut kejadian seperti ustad Ujang terjadi lagi karena tidak bisa mensejahterakan para gurunya, juga melihat defisit finansial keuangan pesantren yg semakin parah. Begitulah perjuangan setiap Kyai dan ustazah yg sedang merintis pesantren lazimnya
Kini pesantren seperti punya harapan.
Harapan baru untuk Kedepannya..
"Iya abah juga ikut senang, kita menemukan jalannya, yg harus disyukuri, Kontraktor itu punya modal yg besar buat bangun asrama, fasilitas dan House Guest sekaligus, lain cerita kalo tak ada modal besar.. mereka juga percaya karena nanti pasti mereka juga diuntungkan, ini semacam hiburan buat Abah .. terutama abis kejadian yg menimpa pesantren bertubi tubi"..
"Tapi bah.. Bukan modal yg besar juga" Ucap Nyai haji duduk disofa disamping Kyai. Istri Kyai Itu terlihat cantik dengan stelan Mukena berwarna hitam berbahan sutra kontras dengan wajahnya yg cantik juga mengkilau seksi, ia sudah memakai mukena karena sebentar lagi memasuki waktu magrib.
", Bukan cuma modal yg besar, justru ada semangat dan upaya, semangat dan Upaya Roy yg Ummi hargai, dan karena idenya itu, banyak dari walisantri yg mau ber invest menyimpan uangnya untuk kelancaran pembangunan asarma Bah, itu yg terpenting, banyak yg menaruh kepercayaan di pesantren kita ". Ucap Nyai haji menyatakan perasaan senangnya.
" abah cuma senang kalo ide ini berjalan.. cuma senang ada titik cerah lagi, ummi bisa senyum lagi", Ucap Kyai.
Nyai Haji tersenyum..
"Kan abah pernah bilang, matematika kita berbeda dengan matematika yg di atas, kita mungkin menghitung segala macam, tapi buktinya, ada saja jalannya, meski jalannya harus lewat ide Roy dan kawan kawan" Ucap Abah haji lagi.
Lagi lagi Nyai Haji tersenyum.. karena senyum sambil diam, lagi2 Kyai itu penasaran dengan istrinya..
"Koq senyum lagi, kaya dapet balon, terus dapet coklat juga?.", Tanya
"Ihh abah, dari tadi ngomongin balon sama Coklat, Ummi cuma senang kalo anak itu (Roy) sekarang kreatif, boleh juga Abah punya Murid itu, " ucapnya lagi.
"Abah kan pernah bilang, itu alasannya abah pertama kali mengizinkan ustad Fian menerima Roy tinggal dirumahnya sementara saat ia kejaran polisi dan tauran, mukasyafah Abah benar, dia banyak menolong ustad Fian, sekarang mau coba mau memperbaiki sistem keuangan pesantren kita.. biarkan anak itu bisa berkembang dengan bakatnya sendiri".
"Ummi ga tau, blm bisa Mukasyafah, jadi belum bisa liat hihii.. tapi ummi cuma curiga juga sih"
"Curiga apa?".
Sedikit ragu ia bilang.. "Anak itu... anak itu pasti punya amalan yg dulunya ga dia sadari, sampai punya bakat kaya gitu.. sampai abahh.." Agak Ragu ia berucap
"Sampai abah apa?"..
"" ehmm... sampai Ga mampu ngebaca pikirannya, Ga bisa tau sama rahasia rahasianya ", Ucap Nyai haji menunduk. ia sebenarnya ingin memastikan apa suaminya yg berilmu tinggi itu benar belum bisa membaca pikiran dan hati pemuda itu. Secara suaminya terlihat sudah meningkatkan keilmuan kebatinannya sebagaimana seorang Kyai seharusnya. Ia pastu terus meningkatkan keilmuannya itu untuk ekstra menjaga pesantren, terutama setelah rentetan kejadian yg menimpa pesantren.
.. "Bisa jadi ummi, bisa jadi, Abah harus memastikan dahulu dengan ngobrol lebih jauh sama Pak suprapto apa yg pernah dilakukan anak itu, Roy pernah bilang, dulu ia sering diberi air doa oleh guru2 yg lain, tapi itu belum pasti, nanti juga akan terbuka sendiri"
Nyai haji termenung, Ternyata benar Memang suaminya belum bisa membaca pemuda itu.
"Jadiii.. bener... abah masiiih belum bisa ngelihat?".. Tanya Nyai haji memastikan
"Ummi... Abah sedang dalam tahap puncaknya keilmuan abah sekarang, masih ada sesuatu yg menutupi jiwa anak itu, abah ga bisa membacanya, Ga bisa tahu rahasia rahasianya , tapi abah yakin dia ga punya rahasia besar.. terlihat ia malah ngeluarin ide kan buat memperbaiki sistem keuangan pesantren kita,
Nyai Haji tersenyum, namun ia sembunyikan senyuman itu dari suaminya. ANDAI KYAI TAU, memang Benar anak itu yg ngeluarin ide yg membuatnya lega bisa menyelamatkan keuangan pesantren. Tapi Kyai tidak ahu, anak itu pernah melihat tonjolan susu Nyai haji. Tonjolan susu istrinya. Ini menunjukan anak itu mempunyai sisi nakal yg tak diketahui suaminya. Sisi nakal yg tanpa disadar membuat Nyai haji berdesir darahnya, karena anak itu bisa melihat tonjolan susu istri Kyainya tanpa harus diketahui suaminya. Mentang mentang ga bisa diterawang, ucapnya lagi dalam hati.
Abah haji kembali mengusap jenggotnya.. sepertinya ada pikiran yg lewat dari Nyai haji yg tak bisa dibacanya..
"Hmmm.. Ummi harus tahu.. . Roy sudah melewati hal hal yg sulit dihidupnya... banyak hal2 yg sulit itu, sampai akhirnya ia bisa belajar dari kesulitan itu, ia sudah melewati banyak hal yg m membuatnya susah, tapi ia bangkit, ia menunjukan bahwa ia lelaki, sehingga pantas ia dapat tempat yg sekarang dia raih, abah liat seisi pesantren mulai menghormatinya. Ia sudah menunjukan dirinya.. tapi yg namanya anak muda, tetap anak muda, kita harus tetap membimbingnya.
Nyai Haji setuju bila seisi pesantren dari kalangan asatid dan ustazah mulai menghormati pemuda itu. Terlihat dari sikap beberapa Guru saat berpapasan dengannya. Bahkan dirumah Bunda Ayni ia sudah seperti kepala Keluarga.
Nyai haji bangkit merapihkan bawahan mukenanya. Kain mukena sutra itu lecek dibagian tonjolan bool gedenya, ia rapihkan lecekan mukena yg menutupi cetakan bool pantatnya yg tebal montok Gede itu, .. "iya Bah.. anak itu memang Harus dibimbing" Ucapnya merapihkan lecekan itu, sambil mengingat bila anak itu juga pernah melihat cetakan Bool istri Kyainya ini.
" Ngomong2 dia kemana, Bunda Ayni ga da dirumah?"
"Abah liat dia lagi sibuk membantu proses taubat nya Pak Dharma, " ucap Kyai.
Nyai Laila pergi beranjak keluar, hari sudah menunjukan pukul 17.30. Terlihat anak2 santri mulai berbondong bondong menuju surau untuk bersiap magrib. "Abah mau ngimamin magrib ini?",
"Sebentar "ucapnya menuju kamar
Terdengar suara suara lantunan yg menenangkan hati dari surau ?. Ia bergegas bersiap siap untuk magrib berjamaah bersama Pak Kyai.
_-_____-__________
"Dingin Sekali"
Ucap Dharma bersila sambil memejamkan matanya dibelakang air terjun. Ia masih berzikir, tenang, khusu, fokus menenangkan hatinya. Waktu sudah menunjukan pukul 17.30, namun ia tetap bersemedi menenangkan dirinya, sebagai bagian dari proses yg direkomendasikan Kyai, agar bertaubat dan meninggalkan dunia kejawaraan.
Ia fokus dengan Proses taubatnya.. hampir dua jam dia disini.. tepatnya, di Gua ini..
Ia berjalan dari rumah bersama istrinya melewati sungai dan sempat bertemu dengan Royhan tadi yg penasaran bila ada ruangan dibelakang air terjun ini. Semacam gua, sebagai Titik yg cocok untuk menenangkan diri sambil berzikir. Terdengar suara air terjun itu begitu deras. Namun herannya, meski deras dan terdengar sangat kencang tapi selalu menenangkan hati. Suara air itu seperti suara air terapi. Terapi untuk Jiwanya. Memberi ketenangan sambil berzikir dan semedi.
Matanya terpejam..,
Ia duduk bersila di atas sejadah yg sudah basah, Juga tubuhnya yg tak memakai baju itu sudah basah. Hal ini karena cipratan air terjun. Tasbihnya terus diputar, sebagaimana Rekomendasi Kyai, bagian dari proses taubatnya.
Sebagai orang pegunungan, sudah biasa sebenarnya ia dengan cuaca dingin seperti ini. Tapi kali ini, Lebih dingin dari biasanya. Mungkin percikan air terjun itu yg membuatnya dingin dan sudah membasahi badannya.
Sejujurnya, barusan saja ketika ia khusu semedi tadi, ia merasa seperti ada orang yg lewat berjalan dibelakangnya.. Siapa itu? .. pikirnya.
Ia menengok kebelakang bayangan itu tak ada, Ia tak terlalu memperdulikannya. Meski sempat ia menengok kebelakang, bayangan seseorang itu seperti hilang dengan cepat.
Ia terus putar Tasbih pemberian Kyai Basri itu, fokus meninggalkan dunia kejawaraannya. Hal ini pula yg di impikan istrinya saat ia sempat berbaring kena luka tusuk diklinik haji badri waktu itu. Akhirnya sekarang, ia merasa seperti manusia seutuhnya. Punya tujuan maksud yg jelas.
Ia senang mempunya istri yg support mendukung proses hijrahnya. Disela sela zikir itu Ia menoleh kebelakang, hampir dua jam istrinya setelah mengantar sepiring goreng pisang ini tak ada ia nampak keluar.
Kemana?. Pikir Dharma
Lama sekali dari mengantar piring goreng pisang ini tak lagi muncul kemari. Sambil mendengar derasnya air terjun Dharma kembali menoleh kebelakang, Tentu saat menoleh kebelakang ia hanya melihat tembok batu warna hitam yg memisahkan ruang dirinya dan ruang yg ditempati istrinya. Suara air terjun yg begitu deras juga membuatnya tak bisa mendengar suara dari balik batu itu.
Ia bangkit berdiri, karena penasaran tadi juga ia merasa seperti ada orang yg lewat, apa itu jangan2 Nengsih yg diam2 sudah pulang duluan? Pikirnya. Dharma menaruh tasbihnya dipinggir sajadah yg basah , dan bangkit menuju tembok batu hitam yg menjadi penghalang pemisah ruangan itu untuk mengecek.
Ia kaget Saat disana... DEGG..
Nampak Nengsih tak ada disana. pencahayaan sudah sedikit namun masih jelas, namun saat dia lebih jelas melihat dibalik tembok kiri yg sedikit kedalam itu ternyata Nengsih disana. Membuat Dharma lega karena dikiranya sudah pulang. Ia senang melihat istrinya tetap support mendukung proses hijrah suaminya.
Nengsih yg sedang berdiri sambil membetulkan kain kemben sarung yg berwarna coklat. Namun Yang membuatnya heran..
Badannya terlihat basah..
Seperti basah karena keringat. Licin berkilau putih mulus, bahu dan belahan dadanya terlihat seksi karena keringat itu. Perasaan sore ini dingin sekali, kenapa badannya berkeringat?.
"Mamah Keringetan ?"
Nengsih kaget, ia baru sadar Dharma sudah berdiri dipintu Gua, dan menunjukan gesture badan yg seakan akan berkata "Hampir aja"..
seperti kaget dengan kehadirannya. Ia sedikit salah tingkah seperti berusaha menutupi sesuatu, sambil mengatur nada bicaranya ia bilang..
"Bapak, bikin kaget aja, Mamah bukan keringetan Pak, abis nyuci sarung baPak, sekalian nyuci, ini basah karena air" Ucap Neneng membetulkan kain kemben yg membuat tonjolan payudaranya itu berontak ingin lepas.
"Kirain mamah keluar, tadi barusan bapak ngerasa kaya ada orang lewat, mamah bukan ?",
Lagi lagi nengsih kaget, dan ia sedikit diam, ia juga kembali menunjukan gestur tubuh yg bilang "ampir aja"..
"Ah ngga. perasaan bapak aja itu, lagian ini udah sore , udahin dulu ah zikirnya, bapak sampe ngerasa bayangan gitu tu, nlanjut lagi nanti" ucap Nengsih yg mengambil Bakul yg berisi pakaian, air, dan piring goreng pisang tadi.
"Bener juga, sebentar, mamah beres beres dulu aja" ucap Dharma meninggalkan ruangan itu.
"Ampir aja" ucap Nengsih sekarang secara harfiah terucap dimulutnya saat Dharma pergi,
Ngerasa ada orang yg jalan dibelakangnya? Terdengar klasik memang, andai ia tahu pikir Nengsih
"untung dia udah keluar " ucapnya dalam hati sambil mengatur nafas karena kelelahan, sampai2 keringat itu membuat badannya berkilau. Itu pasti Roy tadi ucapnya, saat suaminya bilang merasa ada orang yg berjalan dibelakangnya.
Roy memang keluar, mungkin ada satu menit saat Roy keluar dan suaminya ada dipintu Gua.
Ahh hanya saja, Roy habis ngewein istrinya di gua ini.
Saat Nengsih melihat Roy keluar tadi, ia goyang goyangkan Kontolnya yg gede itu melewati suaminya. Wajar bila Dharma bilang seperti ada orang yg berjalan dibelakangnya. Dan Gilanya, ia memang sengaja menggoyang goyangkan kontol itu seakan akan bilang "Aku baru aja Ngentotin Istrimu Dharma.. shhh enakk.." ke kiri dan ke kanan ia giyangkan batang kontol itu. Karena ketika keluar, ia seperti sengaja tak memakai boxernya lagi.
Goyangan kontol itu nge bully suaminya yg lagi zikir taubat.
Ia orgasme 4 kali disodok Kontol Gemuk panjang 8 inchi itu. Bergetar getar, dan linu, dan Hasil dari 4 kali dibuat ogasme itu, Roy dua kali ngecrot berkedut di memek istri jawara itu.
Seakan akan kedutan itu Supremasi, Muncratin peju dimemek istri orang yg bertaubat, menjadi wilayah taklukannya.
Nengsih merasa kelelahan, dua jam ia dihajar, dan tak pernah sekali pun ia merasakan kepuasan seperti ini dengan suaminya. Meski hatinya menjerit hal seperti ini tak seharusnya terjadi, tapi tak bisa dipungkiri pemuda itu membuatnya melayang. Membuat badannya mengkilap penuh dengan air keeingat. Sambil mengatur nafas Ia rapihkan kembennya. Ia juga menggeleng gelengkan kepalanya, saat ingat tadi Roy berucap,
"Sudah mana bab taubatnya?"
Ia menelanjangi kembennya dan menjilati sekujur tubuhnya.
Tidak seharusnya ia melakukan ini, sudah seahrusnya ia harus menghindar, dan harus mendukung support proses suaminya, tapi kenapa ia horny diperlakukan seperti itu.
Jelas tadi ia melarang bilang "Jangan Roy, suami lagi zikir, masa istrinya malah lu telanjangin?".
Namun ia menjerit tadi saat disodok kontol Gemuk Panjangnya. beruntung suara air terjun itu bisa menutupi pendengaran suaminya
Sambil mengambil Bakul itu, Neneng bergumam..
Apa yg mesti dilakukan setelah ini?, pikirnya, apa yg harus dilakukan bila bertemu Roy lagi.?
Ia sadar, ini kesalahan, dan cukup kesalahan itu sebetulnya sampai disini saja. Tak mesti diulangi, Karena pada dasarnya tiap orang pasti melakukan kesalahan. Sudah seharusnya ia tidak meneruskan dan menghindar.
Harusnya ia mendukung support proses taubat suaminya. Ia berucap, ini harus berhenti, jangan sampai diterusin. Mau jadi apa kalo diterusin, bisa acak acakan si Bapak, pikirnya. Aku harus Fokus, Fokus untuk si Bapak, support si Bapak, taubatnya lancar. Harus jadi istri sholehah, sedikit tertawa mengucap kalimat itu. Tapi Memang itu harusnya dilakukan.
Aduh, bra ku di banting Roy tadi mana?, pikir nengsih mencari cari bra nya yg tadi dilempar Roy. Jangan2 dibawanya tadu. , alih alih takut dibawa oleh pemuda itu, ternyata tergeletak di samping batu besar tempat ia duduk tadi.
" eh ini ada," Ucapnya.. " emang dasar calon wanita solehah, ada aja yg nolong hidupnya hihiii, ucapnya sedikit gila, Tapi ia juga berharap, jangan sampai lagi terjadi lagi. Sambil menarik nafas panjang, ia beranjak menuju ruangan Dharma.
Saat disana, suasana sudah sedikit gelap. Namun masih terang dan jelas. Suara air terjun begitu kencang terdengar, ia melihat piring goreng pisang. Piring yg ketika berisi tadi digesek kontol Roy. Agak berdesir darah Nengsih melihat Goreng pisang itu habis, Goreng pisang yg tadi digeseki Kontol Roy sudah habis dimakan suaminya. Ia mengucap dan menyebut, tapi tetap saja merasakan ada berdenyut di memeknya, Ia merasa crotan peju Roy yg kental yg mengalir kepahanya belum mengering.
"Udah Sore pak" Ucapnya, Nengsih mengangkat piring bekas Goreng Pisang yg isinya sudah habis itu.
Dharma membuka matanya, "Iya" Ucapnya sambil melipat sejadah yg basah. Badannya pun basah karena terkena percikan air terjun.
"Bapak Ga kedinginan?" Ia ambil sejadah basah itu dan menyimpannya diBakul.
"Iya .. bapak menggigil,"
"Tuh kan.. Hayu nanti masup angin.."
Ada yg beda saat Dharma melihat istrinya sore itu. istrinya Terlihat lebih seksi dari biasanya. Sangat seksi dengan kulitnya yg mengkilap karena basah.
"Koq mamah beda, .. seksi.." Ucap Dharma
"Ahh. Si bapak, Itu Karena Gua ini Lembab pak.. jadi mamahnya campur keringet. kalo seksi mah itu bapaknya aja yg piktor (pikiran kotor) soalnya kedinginan" Jawab Nengsih dan berharap tak ada aroma Roy yg dicium Dharma.
"Hehee.. bisa aja mamah, Tapi emang makin cantik sih?" Tanya Dharma tersenyum, sambil melihat kulit bahu mulus istrinya yg mengkilap karena keringat, Nengsih memang terlihat makin seksi sekarang
"Istri siapa duluu..," Ucap Nengsih, membanggakan suami.
Dharma mulai berjalan keluar menelusuri batu kali yg berukuran besar berjejer seperti tangga itu, "Nanti malam kita datang ke pengajian Kyai Basri lagi"
"Jam berapa Pak"
"Ba'da isya, jemput Roy saja"
Loh.. ucap Nengsih, ia termenung, berusaha menghindar "Kalo ga sama Roy emang kenapa Pak"
"Bapak kan belum bisa nyetir, Emang kenapa, anak2 juga malem ini ga da yg dipadepokan",
"Ya, naik motor aja sama mamah"
"Terus bapak dibonceng?, bisa heboh sekampung mah, mantan jawara dibonceng cewe, disangka bapak udah cacat lagi"
" hahaha, ya ngga lah pak.. lagian.. ga enak aja Pak sama Roy, Takut ngerepotin, udah banyak direpotin Kita ' Kilah Nengsih.
"Ga apa2, lagian ada yg perlu bapak omongin sama Roy juga, kalo dia ga bisa, kita panggil mang iding aja, " ucapnya
Perlahan lahan mereka menuruni batu yg berjejer, sambil mengobrol membicarakan proses zikir tadi. Sementara Neneng masih merasakan linu seperti ada yg mengganjal di memeknya. Sampai tak terasa mereka sudah sampai kepinggir sungai.
"Nanti kita zikir disini lagi yah, tempatnya tenang".
"Bisa kedinginan lagi"
"Kan ada mamah"
Sedikit serak suara tenggorokan nengsih saat mendengar itu..
"Bapak mau bersih bersih dulu sebentar disungai, mau Mandi" lanjutnya
"Loh, kan dingin pak"..
"Justru itu, supaya kerasa hangat, harus mandi air dingin" ucapnya.
"terSerah bapak deh, kalo masuk angin jangan salahin mamah" ucap Nengsih kembali duduk menyimpan bakulnya,
"Mamah Pulang aja dulu, biar bapak mandi dulu",
"Emang mau berapa lama Bapak Mandi, jangan lama2 deh, udah mau magrib, mamah tunggu aja" ucapnya mengangkat handuk dan sarung suaminya yg basah dari dalam bakul itu.
"Ya udah" ucapnya membalikan badan dan melihat ke arah air terjun dengan wajah Kaget
" Loh ituu ?.... " ucap Dharma
Dharma kembali membalikan badannya, buru buru ia berbicara dengan Nengsih.. "Mah, Bahunya tutupin, tutupin pake sarung basah itu, ada Roy lagi mandi diam air terjun"
"Mana?"
Nengsih Kaget, sambil menutupi bahunya yg telanjang itu ia melihat Roy bertelanjang dada hanya memakai boxer putih yg tadi dipakai sedang mandi dekat air terjun. Badannya terlihat berotot atletis dan dadanya bidang, punggungnya terlihat kekar l.
Badan begitu, pantesan kuat banget nge....,
Ah, apalagi sih ini pikir Nengsih, baru saja ia memutuskan untuk tidak mengulangi lagi, ia malah mengingat performa di gua tadi, ini harus jauh jauh pikir Nengsih.
" Roy... Kenapa ada disini" Ucap Dharma.
"Eh Pak Dharma, Teh Neneng" Ucap Roy spontan dan kaget, Nengsih tak melihatnya, ia alihkan tubuhnya, mencuci baju suaminya.
"Lama disini Roy?"
"Ngga Pak, Baru, dah lama ga mandi deket air terjun gini"
"Kaget bapak liat kamu mandi disini"
"Bapak bukannya tadi ke Gua ya, udah selesei Pak zikirnya " Ucap Roy sambil melihat Belahan dada istrinya tetap terlihat meski sudah ditutupi sarung. Segar dan basah karena keringat.
"Alhamdulillah sudah, nih bapak mau pulang, ga nyangka kamu disini, Bapak tadi zikir udah sesuai targetlah" ucap Dharma.
"Enak ya Pak disitu, kapan2 saya main... mau tahu " Ucap Roy tersenyum ke arah istrinya.
"Boleh.. tadi liatkan, tinggal naik ke batu2 berjejer itu terus masuk kedalam".
"Oke"
"Oh iya, ba'da isya kamu bisa anter bapak ngaji ke Kyai, biasa nerusin, supaya dapet kebaikan",
"Ooh. nanti dilihat deh pak, liat Pr soal sistem keuangan pesantren, biar beres, kan legalnya diurus Shelly sama Teh Neneng"
"Oh ya, Teh Neneng juga yg urus, kalo kamu sibuk lebih baik jangan, paling bapak manggil mang Iding, tapi kalo bisa kamu, soalnya ada yg mau bapak omongin"
"Omongin apa Pak?",
Dharma melihat ke kekiri dan ke kanan, dan melihat sekitar sungai
'Ga baik ngomong ditempat umum gini, nanti dilihat orang, nanti aja, sekarang kalo kamu nanti kerumah bapak, ambil bibit strawberry yg udah bapak sediain, biar ditanam dipesantren, denger denger panen pesantren sudah terjual semua ya"
"Hehee, iya pak, alhamdulillah.. yg ngebeli juga para walisantri juga, termasuk kebun ustad Fian juga yg panen, saya ga mesti ke kota, walisantri banyak yg beli hasil panen ustad Fian",
"Syukurlah, mangkanya saya mau kamu ambil bibit strawberry, lumayan penghasilannya, di daerah kita strawberry pasti tumbuh subur"
"Boleh pak nanti saya kabari, saya juga penasaran bapak mau ngomong apa, Kirain mo ajak saya tapa dua hari dua malam digua, wah saya ga sanggup dah",
"Hehee.. ngga, kalo zikir disini sih bukab tapa Roy, emang nyaman aja tempatnya, mo teriak juga ga bakal ada yg denger, kebetulan tasbihnya juga dari Kyai nih dikasih..." ucapnya sambil mengodok kantongnya.. "Loh.. kemana?" Tanya nya sambil mengodok ngodok kantong celana itu.
"Kemana apa pak"
"Tasbih Kyai ... eh Mahh, bawa tasbih bapak yg tadi dipake ngga ?",
Disebrang Teh Neneng menggelengkan kepalanya "
"Wah, ketinggalan kayaknya digua Roy, untung kamu bicarain, sebentar, ", ia bergegas masiih bertelanjang dada naik kembali ke jejeran batu untuk pergi ke arah gua.
Nengsih terdiam, melihat suaminya pergi, dihampiri Roy yg bertelanjang dada basah itu ketempat ia sedang mencuci..
"Roy.." Warning Teh Neneng sambil melihat ke arah suaminya pergi, ia sudah naik ke atas.
"Teteh masih keringetan?" Ucapnya, melihat belahan dada itu basah berkilau,
Nengsih menutup belahan dadanya "Roy, Kita harus tahu, Si Bapak serius Komitment buat ngejalanin program Hijrahnya, kita harus sudahi yg kaya tadi Roy"
Karena nengsih menutup belahan dada itu seadanya, sarung penutup itu terbuka lagi, menampakan kembali sepasang buah dada montok berkilau dan berkeringat, Roy malah meremas remas kontolnya, celana boxer basah itu tentu membuat neneng jelas melihat Cetakan Kontolnya.
"Apa Kamu ga liat, dia antusias banget, benar benar berubah "ucap nengsih
Roy terus meremas kontol, karena Nengsih tak menutup kembali sepasang Buah dada montok berkeringat itu..
"Bagus ya kalo lagi keringetan gitu" Ucap Roy
"Aku harus jadi istri yg baik.. Suamiku udah Taubat" ucap Nengsih melihat cetakan kontol Gede itu diremas, seakan sengaja tak menutup lagi belahan dadanya supaya dilihat Roy.
Roy ulurkan tangannya, ia usap Keringan belahan Dada itu sambil mengeluarkan kontolnya, ia usapkan keringat itu mengocok Kontol Telanjangnya, " Shhh.. Licin.. enak.."
Slekk sekk slekkk
"Roy" ucap Nengsih mengingatkan, Dharma sudah turun lagi menuruni batu yg berjejer itu keluar dari Gua, Roy menenggelamkan setengah badannya dalam air sungai, Karena tak mungkin bisa menyembunyikan btang yg ngaceng sebesar itu.
Terlihat Dharma menagngkat tasbih pemberian Kyai itu, "Ini Dia" teriaknya. Jenis tasbih itu tasbih Kayu, yg khas wanginya bila dicium. Nengsih merepatkan kembali tutupan sarung dibahu telanjangnya.
"Yuk ah kita pulang, Roy bapak pulang dulu ya, jangan lupa kalo ga sibuk datang bada isya",
"Oke pak, dilihat dulu",
Dharma duluan berjalan di depan, Nengsih masih merapihkan baju suaminya dibakul dan pergi berdiri menyusul suaminya. tepat saat Nengsih didepannya, Roy berdiri... ia menempelkan batang kontol itu diusapkan ke punggung tangannya. Nengsih kaget dengan aksi nekat pemuda ini berusaha menyingkirkan batang kontol itu, alih2 menyingkirkan batang itu malah memantul, sehingga ia malah meremas dan memijit kontol itu sebentar sambil melihat suaminya berjalan didepan, kemudian melepasnya.
Saat Nengsih sudah ada didepan dan membelakangi, Roy tarik Sarung Kemben itu dari belakng ke atas sampai memperlihatkan bongkahan pantat yg mulus juga licin karena keringat.
Anehnya, Nengsih tidak menurunkan lagi sarung kemben itu kebawah, ia biarkan daging pantat nya dilihat Roy sambil ia mengocok Batang Kontolnya..
"Tuhan, tolong aku" Ucap Nengsih dalam hati.
_-_________-___________
"Inget, Rencana Investasi Tunda itu harus segera dibuat dan dibentuk timnya, kemudian langsung di eksekusi" Ucap Ustad Boim ke Ustad Fian saat mereka sedang duduk dipendopo depan Rumah Kyai.
"Lebih baik, ustad Boim aja yg ngomong langsung Ke Roy "
"Loh.. Kenapa?"..
"Nggg... Ga apa .. biar lebih jelas aja". Ucap ustad Fian.
Agak gugup sebetulnya ustad Fian saat Menjawab pertanyaan ustad Boim, entah kenapa akhir akhir ini ustad Fian tidak lagi berani bicara dengan Royhan. Semakin kesini semakin besar ustad Fian menaruh rasa Hormat ke Pemuda itu. Pemuda yg sepertinya sudah menjadi kepala rumah tangga dirumahnya sendiri. Paling bicara menegur seadanya, tidak berani bicara dengan nada memerintah seperti yg dijabarkan ustad Boim tadi. Ustazah Ayni yg kebetulan berada di pendopo juga mendengar, ia juga merasa semakin kesini suaminya itu semakin menaruh rasa Hormat ke pemuda itu, takut bicara, apalagi nada memerintah.
Buktinya, ia jadi teringat saat hari dimana ustad Fian membiarkan susu montok istrinya dilihat Royhan selama 6 detik. Meski sebentar dan tak sengaja, tetap saja itu bukti bila ustad Fian takut dengan Roy, semakin hari semakin menghormatinya sebagai kepala rumah tangga dirumah ini.
"Antum itu stad, padahal kita semua satu tim untuk program itu, kita udah sering rapat, emang apanya yg kurang jelas sampai harus ana yg menjelaskan" Ucap Ustad Boim sedikit bingung.
"Urusan membangunkan ustad Boim lebih tahu, jadi sekalian bicara bentuk bangunan asrama itu seperti apa, apa sama atau ada perbedaan, biar ustad Boim aja yg ngomong" Kilahnya.
Bubda Ayni kedalam, Disana ia bertemu Nyai Haji untuk membicarakan Rumor ustad Juned dan ustazah ipah yg sudah menyebar. Entah benar atau tidak rumor itu, kepastiannya harus ustazah ipah sendiri yg bicara.
"Kalo itu biar mudir ( Kyai ) saja yg menentukan, ustad Juned sama Roy kemana?, banyak yg mau saya bicarakan".
"Loh, emang antum ga tau rumor ustad Juned?"
"Rumor apa,,?" Tanya ustad Boim "ga baik ah rumor ga jelas begitu".
"Belum pasti sih tadz.. katanya keluarga ustad Juned yg dikampung ada yg mawakafkan tanah buat bangun pesantren, ustad Juned sama ustazah ipah ditarik sama keluarga yg bangun pesantren itu supaya menjadi Kyai dan Bu Kyai disana".
Ustad Boim terbuka mulutnya beberapa detik, kaget tak percaya.. " Hah, ustad Juned mo jadi Kyai.. !!! Ah yg boneng antum, tadi siang ane ketemu ustad Juned, dia ga bilang apa2", ucapnya kaget sedikit teriak.
"Ssttt.. jangan kenceng2 tadz, kedengeran pak Kyai ga enak, mangkanya ini masih rumor, katanya, mereka ga mau kasih siapa2 dulu sebelum mereka terang terangan mau bicara apa adanya ke Kyai.. mereka diam diam dulu",
"Antum tau rumor itu dari siapa tadz?"
"Tadi sore, Ayni ngobrol berdua sama ustazah Ipah, katanya keluarganya telepon berkali kali, menyuruh mereka pulang dulu, memang ustazah tidak bilang jelas, tapi menyiratkan kesana, ada keluarganya yg mewakafkan tanah supaya dibangun pesantren, otomatis telepon itu mereka meminta bantuan ustad Juned supaya jadu mudir, itu Bunda Ayni lagi didalam sama Nyi Haji, mungkin sambil nunggu ustazah Ipah juga buat kepastian",
"Wah, alhamdulillah, dasar hidup, emang ga ada yg tau, lagian ustad Juned udah cukup banyak pengalamannya juga gimana perjuangannya sama kita2 tadz, dia bagian dari perintis pesantren ini juga dari awal, pasti mampu kalo jadi Kyai",
Dua duanya sama sama terdiam, sama sama mem proses informasi ini..
"Kita tunggu kabar kepastian dan ceritanya, saat mereka bilang Ke Kyai Basri, otomatis ini pamitan stad" Ucap Boim
"Kan belum tentu sekarang tadz, mungkin baru beberapa hari lagi baru mereka kesana, mereka harus bilang Kyai dulu, merencanakan keputusan yg matang dulu, walau bagaimanapun pesantren ini sudah jadi keluarganya, kalo memang Rumor itu benar, ustad Juned , ustazah ipah ga bisa dijadikan tim panitia dalam rencana investasi program pembangunan asrama Roy itu".
"Saya ga tau harus bilang apa tadz, tapi sejujurnya kalo rumor itu benar, saya betul senang dengan kabar ini, saya rasa dengan pengalaman dan keilmuannya, ustad Juned dan ustazah ipah sudah pantas menjadi Mudir (Kyai), meski dalam hati sedih juga kalo mereka harus pergi dari pesantren ini untuk merintis pesantren kesana".
"Baru rumor juga tadz"
Datang Roy dari arah samping rumah ustad Fian, ia datang membawa beberapa kertas dan berkas yg disimoan melalui map map yg rapih.
"Stad, kebetulan" ucap Roy yg berjalan ke arah mereka. Membuat ustad Fian kaget dan ustad Boim tersenyum,
"Antum dari mana aja aja Roy?" Tanya ustad Boim.
"Ana lagi atur porsi pekerjaan tim nih stad, buat rencana program pembangunan asrama dan perpustakaan pesantren, supaya lancar dan terarah kita bagi bagi tugas, ga mungkin bila pekerjaan sebanyak ini diurus satu orang.. ini Rincian timnya" ucapnya sambil duduk dan menyerahkan map warna kuning ke ustad Boim.
Mereka sama2 melihat, diantara daftar orang2 yg bertugas disitu tercantum nama ustad Juned disana. Tentu Roy mengikut sertakan ustad Juned, secara ia salah satu ustad paling senior perintis pesantren ini.
"Hmmm.. Roy" ucap ustad Fian, namun ia tak berani bicara..
Dipotong oleh ustad Boim " Udah bagus ini Roy, inshaallah kita rapatkan sama Pak Kyai nanti" ucapnya menyembunyikan Rumor bila ustad Juned akan meninggalkan pesantren ini dan menjadi Kyai disana. Entah benar atau tidak.
"Ini Rincian R.A.B (Rancangan anggaran belanja) secara universal tadz, untuk gambar dan bentuk asramanya, ana serahkan ke Pak Ryan dan Pak Kardi, otomatis mereka harus berbicara dulu sama Pak Kyai ingin seperti apa arsitektur asramanya, "
"Bagus Roy, begini yg ana suka, matang" ucap ustad Boim, Lagi2 Ustad Fian tak berani bicara apalagi memotong saat Roy menjelaskan lebih detail tentang perencanaan eksekusi pembangunan asrama dan perpus yg belum jadi itu, ustad Boim hanya ingin program ini berjalan secepat mungkin.
"Ya sudah, kita tinggal tunggu saja Pak Ryan kesini, " Ucap Ustad Boim yg membuat ia bingung, kenapa sahabat yg disampingnya itu tak berani bicara didepan Roy. Ustad Boim mendeteksi sepert8 ada rasa takut, entah rasa takut karena rasa hormat atau hal yg lain.
"Iya tinggal nunggu A Ryan kesini, loh sekarang jam berapa ya tadz" Ucap Roy yg baru sadar dari tadi sibuk menyusun Rencana pembangunan asrama sampai2 lupa dengan janjinya denga Pak Dharma sepulang dari Air sungai tadi.
"Jam 8"
"ana ga bisa lama tadz, lupa harus anter Pak Dharma ngaji, Pak Kyai udah ada disurau?"
"Pak Kyai belum pulang dari Magrib, Nyai haji pulang sendiri tadi" Ucap Ustad Boim.
"Saya pergi dulu tadz", Roy memencet remot double cabinnya sambil membawa map yg dia susun tadi.
"Assalamualaikum"
" waalaikum salam"
Dia pergi..
Ustad Boim melihat Ustad Fian, seperti melihat dengan heran, "Antum kenapa diem aja tadi?",
"Ahh ngga, saya lagi melayang aja kepikiran ustad Juned kalo beneran pegi dari sini" Kilah Fian.
"Ooh.. Kaya canggung tadi Liat Roy, kirain kenapa"
Mereka sama2 terdiam, sama - sama menunggu Kebenaran Rumor itu
_-____-___________
Terlihat didepan Rumah Dharma ibu ibu pengajian masing2 membawa splastik yg isinya sembako yg didapatkan dari Teh Nengsih. Rupanya mereka kembali menyelenggarakan kegiatan amal.
Itu memang merupakan salah satu kegiatan yg dilakukan bagi orang orang yg sedang hijrah. Menebar Kebaikan sebanyak mungkin,agar lancar tujuan hijrahnya. Saat Roy sampai sana, ia berpapasan dengan ibu2 yg pulang membawa kantong plastik itu. Mereka semua pulang berbondong bondong dari rumah itu.
Suasana Rumah kembali sepi...
Bale padepokan tempat para pendekar dan jawara biasa berkumpul disamping rumah itu memang sepi. Bahkan tak ada orang sama sekali.
"Bagi sembako lagi Teh" Ucap Roy yg malam itu memakai kaos Oblong berwarna hitam mencetak tubuh kekar tingginya, melihat nengsih yg memakai stelan gamis putih yg sedikit lebar.
"Eh Roy" ucap Neneng terkejut "Kirain masih sibuk ga dateng.." lanjutnya, sambil mengingat kejadian disungai tadi. Saat Roy menghampirinya, Tinggi Nengsih sedagu pemuda itu. Nengsih merasa nyaman, karena memang untuk ukuran wanita indonesia ia termasuk tinggi.
"Pak Dharma mana,?, Jadi Ngaji Ke Kyai?"
"Anda belum beruntung" Ucap Nengsih mengangkat Baskom bekas berisi sembako yg tadi di bagikan ke ibu2 pengajian yg sudah pulang, "Pak Dharma masuk angin ga enak Badan, kelamaan basah2an Zikir di... Gua tadi" Ucap Nengsih, ia memelankan suaranya saat mengingat kejadian sore tadi.
"Loh, berarti ga jadi?"
"Ngga mungkin, orangnya abis Aku Kerok tadi, sekarang lagi zikir abis isya tadi"
Roy masuk kedalam, Rumah begitu sepi, "Kamu ambil Bibit strawberry aja di dapur, udah disiapin sama si bapak tadi" Ucap Nengsih yg ikut kedalam menuju dapur.
"Bapaknya zikir dimana?"
"Tuh dikamar belakang"
Roy pergi menghampiri kamar itu, karena ia juga ingat, Dharma ingin berbicara sesuatu, sesuatu yg cukup penting,
Saat didalam, terlihat Dharma memakai kemeja berwarna Cream, memakai sorban putih yg ia pakai di bahunya, dan sarung berwarna biru, sambil memejamkan matanya di atas sajadah memutar Tasbih Kayu pemberian Kyai yg tadi sore sempat ketinggalan di gua tadi.
Dharma bisa tahu ada orang yg memasuki kamarnya, ia kaget Roy sudah berdiri tinggibdi depan Pintu
"Roy, masuk, maaf bapak Kurang sehat tadi masuk angin mungkin kelamaan di Gua" Ucap Dharma.
Roy duduk di atas kasur, terlihat kitab2 kecil yg berisi bacaan doa berserakan diatas kasur. Dharma bangkit daru sejadahnya ia juga duduk di atas kasur.
"Berati ga jadi Ke Kyai pak" Tanya Roy memastikan.
"Ngga , bapak istirahat dulu aja" Ucap Dharma "Makasih udah dateng kesini, itu bibit strawberry sudah bapak siapkan didapur, kamu pasti sudah hafal cara merawatnya supaya bagus, kalo strawberry lumayan Penghasilannya bisa nambah2 pesantren" Ucap Dharma.
"Tadi bapak mau ngomong apa?" Tanya Roy.
Oh, Dharma baru ingat kejadian disungai tadi, "Begini Roy.. Bapak mau cerita, tapi kamu janji jangan emosi dulu",
Suara Dharma pasti terdengar nengsih yg dari tadi bulak balik membereskan rumahnya setelah acara amal tadi, Nengsih pun sebetulnya sedikit tahu apa yg ingin dibicarakan suaminya.
Roy sedikit terkejut, Belum apa2 sudah disuruh janji untuk tidak emosi. "Emang kenapa pak yah, oke saya janji" balas Roy yg mulai menganggap pembicaraan ini penting.
"Tadi ada laporan dari anak2, bila mobil barang yg mengangkut semen untuk Guest House ditahan sama orang2 kampung selatan " ucap Dharma.
"Koq bisa pak, ada masalah apa?",
"Kamu udah janji jangan emosi dulu, biar bapak jelasin semuanya, Ujung2nya, intinya mereka itu ingin kebagian ayam, ingin minta uang jalur segala macem, memang biasa Roy dikampung kampung seperti ini".
"Kenapa mereka beraninya baru sekarang pak, bukannya Mobil barang itu sudah banyak yg lewat dari semenjak saya bikin Rumah sementara di tanah proyek, bukannya mereka tahu, kalo proyek itu berafiliasi dengan pesantren, tau pak Dharma juga yg jaga?" Tanya Roy bertubi tubi.
Ditanya seperti itu Dharma tersenyum, seperti tertawa kecil.. "Kamu harus tahu Roy, dalam dunia Jawara itu, ada yg namanya ngetes Nyali, semacam tantangan, apa kita berani atau malah takut, bila kita menunjukan kelemahan, tanpa ampun mereka akan semena mena karena menganggap kita takut",
"Apa mereka mau menantang Bapak, Kalo saya Hayu Pak, Saya Berih satu satu, saya ga takut" Ucap Roy sedikit emosi, tapi ia ingat dengan janji tadi, pantas Dharma bilang agar ia tidak emosi dulu, karena Dharma Tahu ia pasti emosi " Maaf pak, jadi emosi saya"
Lagi Dharma tertawa, Kemudian Teh Neneng masuk membawa Teh Jahe hangat untuk Dharma dan dirinya. Dari tadi ia bisa paham kenapa orang kampung selatan itu menahan mobil barang yg biasa lewat menuju proyek Guest House.
"Justru itu Roy.. mereka ga mungkin lagi menantang saya', Ucap Dharma sambil meminum Jahe itu..
"Kabar saya sudah berhenti dari dunia kejawaraan sudah menyebar luas, mereka tahu saya sudah bertaubat, mereka ga mungkin menantang saya, mereka menyangka, ga mungkin Dharma membalas galak seperti dulu, ini kesempatan cari uang pikir mereka",
"Hmmm.'. Roy mulai paham, Teh Neneng melirik Roy saat suaminya bilang kabar hijrah itu sudah menyebar, bearti komitmen taubat pak Dhatma memang sungguh sungguh, pantas orang itu baru berani sekarang.
"Gitu Roy, sekarang Si Bapak sudah Komitmen, Kalo ga gitu, dendam satu bakal melahirkan dendam yg lain" Ucap Neneng yg merasa Senang suaminya berhehenti. Ia begitu telaten melayani Dharma.
"Sekarang gini aja deh, saya janji ga bakal ribut ribut, tapi bapak sendiri yg bilang, kalo kita nunjukin kelemahan, mereka terus menyerang kita, saya mau ketemu langsung sama mereka, supaya ga ribut, saya ajak anak2 padepokan kesana" Ucap Roy.
Lagi Dharma tersenyum, sudah bisa ditebak tes nyali itu pasti balik ditantang oleh Roy.
"Ya sudah, hati2, anak2 yg denger ini juga nunggu keputusan dari kamu, besok saya kamu ajak anak2, tapi ingat, jangan Ribut kalo mereka mancing"
"Siap Boss"
"Bapak mau nerusin zikir dulu, kamu pilih bibit strawberry itu di Dapur, jangan pulang, ngopi ngopi dulu disitu"
Roy berdiri bangkit menuju dapur, saat keluar kamar, ia melihat banyak buku buka religi di atas meja dari karangan tokoh yg terkenal, rata2 tentang tema keagamaan hijrah, Aqidah, akhlak, juga tema2 religi lainnya, memang betul komitment orang itu pikir Roy.
Saat menuju dapur, ia melihat Teh Neneng berganti baju, memakai terusan panjang yg lebih santai dengan sleting belakang. Melihat buku2 hijrah milik suaminya itu malah membuat Roy senang melihat istrinya. Daster itu cukup ketat memamerkan tubuh semok tingginya.
Nengsih yg melihat buku hijrah suaminya itu diam saja saat Roy melihat lekukan tubuhnya di daster ketat itu. Mengingat kejadian di gua tadi membuat nengsih juga salah tingkah.
Tadi Roy sudah tahu betul cerita suaminya yg bercerita bahwa ia benar2 komitmen pikir Neneng, ia tahu buku hijrah suaminya berserakan diatas meja, tapi tetap saja pemuda itu jelalatan matanya melihat lekuk tubuh istrinya.
"Sstt" ucap nengsih menyentuh mata Roy yg jelalatan melihat lekuk tubuhnya, sambil Nengsih menunjuk nunjuk buku hijrah suaminya. Sentuhan itu membuat Kontol Roy mulai bangun.
"Teteh ga masuk angin?" Bisik Roy melihat Nengsih masuk kamar depan,
"Emangnya kamu mau ngerok" Jawab Nengsih tersenyum.
"Mau" Balasnya..
"Inget" Jawab Neneng tentang ucapannya disungai tadi, ditambah cerita suaminya juga acara bagi sembako tadi, rasa2nya sudah cukup Jelas bila suaminya benar benar ingin bertaubat.
Roy melihat Dharma, ia sila sibuk berzikir. Dan Nengsih sebagai istrinya memperingatkan Roy sambil menunjuk nunjuk buku hijrah suaminya, harus jadi istri solehah, ucap Batinnya.
Nengsih membelakangi Roy dikamar itu, Roy masuk menghampiri, dengan nekat ia buka sleting belakang terusannya yg berwarna belang coklat hitam itu, sehingga punggungnya terlihat.
"Ihh" ucapnya kaget, sleting itu terbuka sampai bawah sehingga belahan pantatnya pun terlihat,
Nengsih menunjuk nunjuk kembali buku hijrah suaminya yg berserakan diatas meja "Tuh" ucapnya tanpa berusaha menutup lagi sleting belakang yg terbuka itu,
"Katanya mau dikerok" ucap Roy mencium punggung telanjangnya.. hmmm.. aroma kulit tubuhnya membuat kontolnya mengeras,
Hmmmm.. balas nengsih memejamkan matanya, "Tuhan, Tolong aku" ucapnya merasakan Lidah Roy mulai membasahi punggungnya.
Dari punggung ciuman itu menjalar ke leher, atau lebih tepatnya, menjilat dari punggung keleher, ia lebarkan lagi sleting terusan itu sampai pantatnya terlihat "shhhh uhhh". Terus ia ciumi leher itu sampai tangan Roy rekreasi kedepan meremas toket telanjangnya
Ugh ughh ughh
Tangan Nengsih tak tinggal diam, ia arahkan tangannya kebelakng meremas tonjolan kontolnya terasa begitu solid dan besar ia remas.ia buka sleting celananya, ia genggam langsung Kontol gemuk panjang 8 inchinya kemudian ia kocok kocok..
"Shhh.. Gila kamu Royyyhhhh"
Kocok kocok kocok
Roy remas pantat telanjangnya, terusannya sudah jatuh kebawah. Saat terusan itu jatuh, Nengsih lepaskan kocokan Kontolnya, sambil telanjang bulat ia duduk ditepian kasur kamar itu. Ini kamar yg biasa ia pakai tidur bersama suaminya. Sambil duduk itu ia melihat Roy menghampirinya, dengan batang Kontol Gede ke arahnya, "Kamu ga Liat Itu" Ucapnya menunjuk lagi Ke Buku2 Hijrah suaminya.
Roy gesek gesekan kontolnya disekitaran Toket semok itu, "Angkat tangannya" Bisik Roy.
Awalnya Nengsih menolak, namun lama kelamaan ia angkat juga tangan itu keatas, Roy gesekan Kontol itu diketiaknya, shhhh ahhh shhhh ahhh shhhh ahhh, Ujarnya kepedesan.
Air pelumas kontolnya membasahi ketiak itu, Roy arahkan Kontol itu kemulutnya.. "Liat sini" ucap Roy agar mata Nengsih menatap matanya.sambil melihat Roy seksi, Nengsih membuka mulutnya, dan ia masukan batang Kontol itu ke Rongga mulutnya yg basah.
Okhhhhhh... Bisik Roy
Istri Dharma itu mulai menyepong Kontolnya, mulutnya maju mundur membasahi kontol itu, kemudian ditariknya kontol itu kemulutnya, dan ia gesek gesekan kembali ke ketiaknya. Melihat Ketiaknya digesek kontol yg gemuk panjang itu membuat Nengsih bergetar, shhhh ahhhhh
Ia masukan kembali Kontol itu kedalam mulutnya, tangan kanannya tetap ke atas, disangkutkan ke dada bidang Roy, matanya tajam menatap mata Roy, Mulutnya seksi berusaha memasukan setengah kontol panjang itu ke dalam mulutnya
Holy fuck holy fuck holy fuck.. enaakkk enak enaaakk shhhhh... ucap Roy dalam hati tiap Kontol itu lebih dalam memasuki tenggorokan bini Dharma itu.
Dengan sekali paksaan...
Roy memegang kepalanya, ia paksakan kontol itu lebih jauh ke dalam tenggorokannya, sampai akhirnya ia tersedak dan batuk..
KLOQQ KLOQQ KKOQQ KHHHHHOOEEKHHH.. UHUKK UHUKK UHUKKK..
matanya mulai berair, ia memukul mukul Roy khawatir bila Deepthroathnya itu terdengar suaminya, Kembali Nengsih menyepong Kontolnya, lebih dalam lebih dalamm lebih dalammm KHHHHHHOOOOEEKHHH SHHHHH AKHHHH..
sedikit menjerit nengsih menerima batang kontol setebal itu,
Roy mencium bibirnya, dari bibir itu ia jilati seluruh wajahnya penuh nafsu, sampe basah oleh air ludah, kemudian ia jilati ketiaknya, aroma tubuhnya membuat ia makin sange, dari ketiak ia habisi toketnya, mengenyot secara bergantian. Tak kuat dengan aroma tubuh itu, Roy Gampar pelan pedas pipi Nengsih dan mencekik lehernya.. plakk.. "Lu bakal Gw Ewe Lagi Shhhhhh akhhhhh"
Roy tiduran diatas kasur, Nengsih berdiri, ia mengintip ke arah kamar suaminya yg tertutup itu, tanda orangnya masih zikir didalam, ia ambil remot tivi dibatas meja dekat pintu dan menyalakan tivi dengan Volume sedikit keras, kemudian yg menutup Pintu dan menguncinya.
Nengsih menggigit bibirnya saat melihat batang kontol Roy menjulang tinggi di atas kasur, ia menggigit jari sambil naik ke atas kasur, toketnya bergoyang goyang, ia menaiki kontol itu dan dimasukan kedalam memeknya.
Akhhh shhhh.. Kontol ini membuatnya merasa terbelah menjadi dua tiap ketika kepalanya masuk...
AKHHHHHHHH... ucapnya sedikit kencang, berharap suara tivi itu bisa menghilangkan suara jeritannya dari Kuping Suaminya sedang Khusu' berzikir itu, tak seharusnya ia sebagai istri memasukan Zakar 8 inchi itu saat suaminya sedang berzikir.. ia rasakan zakar itu mulai menembus lebih dalam sampai rahimnya, kemudian ia berbisik seksi..
" ohhh.... Lu seneng bener ya ngewein memek istri orang yg tobat Roy shhh.. enak ya kontol lu Roy ngentotin bini orang yg lagi tobat shhh, seharusnya lu bilang sama si Bapak, lu doyan banget ngentotin memek istri orang yg Lagi tobat..
Akhhh.. Plok plok plokk plokk plokk...
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKKKK
FFUCKKKKK......
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK..
"ENAAKK KAN ROY SHHHH.. ENAK KAN MEMEK GW SHHHH.. KONTOL JAUH LEBIH GEDE SIHH.. LEBIH GEDEBM DARI DHARMA.. SHHHH MEMEK GW JUGA JADI KERASA ENAK AKHHHH...
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKK..
KELUAR KELUARRR KELUARR..
bergetar getar badan Nengsih sambil terasa Ngilu yg hebat, "BANGSATTT" jeritnya saat badannya bergetar,
Betina itu tak diberi ampun, Roy terus sodok ke atas sambil menutup mulutnya agar tak terlalu berisik,
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
Sekitar 20 menit mereka mendayung, akhirnya Roy tumpah lagi di Memeknya...
OKHHHHH CROTTT CROTTTT SPALSH... FUCKKK
Kedua kalinya badan Nengsih bergetar getar.. seiring tumpahnya kembali peju Roy di dalam..
"Kamu bangor amat siih, masa dicrotin lagi" Ucap Nengsih manja, mengalir peju itu keluar membasahi kasurnya. Roy menciumi bibirnya lagi.
Dengan hati hati mereka merapihkan baju masing2, dan Roy ambil bibit strawberry itu dan pergi keluar.
Kembali Nengsih dilanda perasaan menyesal, tapi ia puas dibuat melayang dua kali oleh pejantan itu, Nengsih tertidur dikasur tanpa menghampiri lagi suaminya yg sedang zikir.
-_--------_---------------
Nyai Haji termenung setelah Bunda Ayni pergi, kaget mendengar si Cantik Ipah akan pergi meninggalkan pesantren ini bila kabar itu benar. Ia kaget, senang, sekaligus sedih. Entah apa perasaan ini, yg pasti, perasaan ini dirasakan yg sama oleh Bunda Ayni, Karena Ipah salah satu Ustazah Kembang oesantren yg memberi warna ceria manja untuk oesantren, dedikasinya juga sangat tinggi. Tentu ia tidak bisa mendengar Manjanya ipah lagi yg bikin Kangen itu. Dia memang paling cantik, paling Manja juga paling berdedikasi di antara ustazah yg lain.
Ia berharap itu hanya Rumor...
Sengaja saat bertemu dengan Ustazah Ipah dan Juned tadi Nyai haji tidak mau bertanya terlebih dahulu sebelum mereka mengemukakan sendiri dihadapan Kyai, Tapi Nyai Haji tersenyum, memang sudah pantas bila ustad Juned dan ustazah ipah menjadi Pak Kyai dan Bu Kyai, ia sebetulnya senang, hanya saja, ia merasa bakal kehilangan salah satu Paku pesantren ini, Sengaja ia juga tidak bilang ke Abah Haji mengenai kabar itu.
Sudah cukup bagi suaminya, menghadapi rentetan kejadian yg menimpa pesantren. Biarkan ia dengan waktunya memproses. Mengenai Rumor itu, biar Juned sendiri yg bicara langsung dengan abah haji, untuk meyakinkan kebenarannya seperti apa.
Rentetan kejadian pesantren itu, membuat suaminya remuk, Lelah, bahkan jika tidak ada support oleh orang terdekatnya mungkin abah haji bisa tumbang. Belum lagi Ki Ideng yg infonya belum bisa diketahui, masih menjadi momok untuk seisi pesantren, namun ia ingat perkataan abah haji, Tabir itu sedikit demi sedikit akan terbuka, hanya saja kita harus sabar dan tetap Kuat, energi baik itu akan terpancar bila kita kuat. Tinggal tunggu waktunya.
Namun satu sisi, selalu ada titik terang ketika gelap, Nyai haji merasa senang..
Karena ide dari mantan santrinya itu bisa jadi akan menolong kesulitan Finansialnya. Beban itu terasa hilang begitu saja. Juga bakat mantan santri yg masih misteri yg bahkan suaminya pun belum bisa menebaknya,
Nyai haji memikirkan itu sambil membuka Mukena bawahnya di depan kaca lemari panjang. ia memakai legging berwarna hitam menampakkan cetakan pantatnya yg tebal, Montok, besar dibalik mukena itu. Sambil melihat cetakan pantat itu di cermin Nyai Haji memikirkan mantan santri itu pernah melihat cetakan pantat tebal montok Gede istrinya ini. Mantan santri yg tidak mampu dibaca dengan ilmu terawangan suaminya.
Hmmm.. tidak masalah berpikir kesitu.. ucap Nyai Haji... Toh Suaminya Ga tau...