javascript hit counter

Kembali Ke Pesantren Sebagai Lelaki Sejati

EPS :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

Chapter 52 : Test The Water (Nyali)




Teh Neneng





Selly





Ustadzah Shaipah








"Bii.. Kopi Itemnya Satuu.."

"Bii..?"

"Biiii..?"

Pagi ini Roy begitu Hype.. Semangat dan penuh dengan rasa penasaran

Sekarang ia ada dikampung selatan, dia pergi sendirian Ke Kampung itu untuk melakukan pengintaian. Mungkin sebagai pemanasan, mengintai dan melihat langsung apa yg sebenarnya terjadi?, mengapa Mobil Barang yg membawa barang matrial proyek berupa semen itu sempat ditahan disini.

Sesuai rencana semalam, Roy ingin tahu terlebih dahulu, seluk beluk sampai terjadinya mobil itu ditahan. Ia sudah berencana menyamar sebagai petani. Dengan memakai pakaian selusuh mungkin, memakai Topi bundar khas petani dari anyaman kayu. baju hitam, celana hitam beserta pacul juga alat2 kerja lainnya yg ia bawa dengan karung goni.

Dia tak mau Gegabah..

Bisa saja keributan itu terjadi lagi jika ia gegabah. Tapi ia ingin tahu kejadian sebenarnya. Tidak mungkin bila tidak ada provokatornya.

Setahu Roy..

Selama Pesantren itu berdiri, tak pernah ada ceritanya mobil barang untuk membangun pesantren itu ditahan warga. Ada juga dulu ketika Dharma masih memusuhi pesantren. Bahkan Dharma sendiri yg waktu itu mencabut Plang Pesantren yg berdiri tak jauh dari Gerbang Pesantren. Karena ia kecewa dengan Keputusan Kyai Basri yg mengusirnya.

Ini Yakin pasti Orang yg sama, pikir Roy. Orang yg akhir2 ini dengki dengan menunjukan kedengkian di pesantren.

Sengaja Roy pergi sendirian ke Kampung itu. Tanpa memberi tahu ustad Boim, Tanpa tahu ustad Arief, ustad Fian, apalagi Pak Kyai. Ia sudah cukup membuat Pusing Kyai, Ia tidak mau membuat beban kyai pusing setelah rapat kemarin ia melihat adanya secercah senyuman dari Keluarga mudir, Rapat dengan Agus dan para ustad Lainnya, Sayang Agus keburu pulang waktu itu. padahal ia masih ingin mengajaknya bermain, ingin mengajaknya duel silat lagi sebagaimana dulu pernah duel silat waktu sama sama masih menjadi santri diajarkan oleh ustad Boim.

Roy senang secercah senyuman itu akhirnya terlihat, idenya diterima Kyai juga keluarga mudir. Sebetulnya, Ia cuma ingin membuktikan, bila ucapan ustad Ujang tentang dirinya dan pesantren itu salah, Ucapan malam mencekam saat ia ditusuk anak Buahnya Ki Ideng , anggapannya tentangbpesantren salah, Ucapan itu yg membuat ia terpukul, terpojok, dan masa masa sulitnya, dikhianati oleh ustad Kesayangan yg sangat rajin sekali mengabdi, sudah dianggap menjadi salah satu keluarga mudir, dikhianati oleh orang yg sangat ia percaya, Akhirnya, manusia memang tidak ada yg tahu.

Dalam lautan tentu bisa kita ukur, tapi dalamnya hati manusia, siapa yg bisa mengukur.. ucap Kyai yg diingat Roy.

Seiring waktu, ucapan itu bisa dibuktikan salah. Pesantren bisa lebih baik dari waktu ke waktu. Saat idenya diterima Kyai mudah2an ini pertanda baik Ucap Roy, Pesantren bisa bangkit kembali.

Sesaat Roy mendengar dari Dharma semalam, Roy langsung berencana ketempat ini sendiri mencari tahu apa yg sebenarnya terjadi. Apa jangan jangan mereka marah karena pesantren terbukti lebih kuat dari sebelumnya pasca penyerangan anak Buah Ki Ideng itu.

Berdiri Lebih Kokoh dari sebelumnya...

Kenapa mobil barang harus distop segala oleh orang kampung sini. Ia langsung ingin cari tahu seperti apa kebenarannya.

Sekarang, ia berusaha berpenampilan sesederhana mungkin, selusuh mungkin agar dianggap sebagai petani biasa oleh orang2 yg melihatnya.

Semakin jauh berjalan menuruni sawah dari tempatnya ia memarkirkan mobilnya. Mungkin mobilnya terparkir sekitar 1 Kilo dari kampung ini, sedari tadi ia berjalan menelusuri sepanjang persawahan yg berjejer menuju kampung selatan sampai akhirnya ia menemukan warung kopi.

Hari masih sangat pagi, bahkan suara bermacam aneka burung terdengar sepanjang ia berjalan di area persawahan tadi, cuaca dingin sekali. Tempat menuju selatan ini memang seperti turun Gunung. Karena pesantren Awwabin pada dasarnya berada di puncak dataran tinggi daerah ini. Wajar bila Tanaman jenis strawberry pun bertumbuhan disini. Wajar bila Dharma ingin sekali bibit Strawberry itu tertanam ditanahnya Kyai Basri. Pemandangan hijau seperti area persawahan, kebun2 sayur, Kabut yg masih tebal, menemaninya selama ia berjalan menuju kampung selatan ini.

Tak sedikit dijalan ia bertemu para petani yg sedang memanen sayur sayurannya. Percis ketika Kebun pesantren sudah panen, para santri yg memanen bahkan langsung diborong oleh para Wali Santri sendiri.

Saat ia berjalan tadi, ia mulai melihat satu Truk besar yg isinya semen terbengkalai dipinggir empang jalan. Mungkin sekitar 100 sak isinya semen itu. Mungkin mobil ini yg dstop warga pikir Roy. Sambil menarik nafas dia meneruskan perjalanan mencoba mencari tahu sendiri apa, kenapa dan siapa yg menyetop truk semen itu.

Tak ada asap bila tak ada api bukan?

Kadang kita harus berpura pura bodoh bila ingin mencari kebenaran. Dengan memakai sedikit lumpur diwajahnya ia ingin terlihat kumal, menyamar seperti ini ia berjalan melewati truk itu.

Masih terngiang ucapan Dharma semalam, juga bayangan dirinya dirumah Mantan Jawara itu masih belum bisa ia lupa. Bahkan bau badan istrinya yg enak itu belum bisa hilang dari hidungnya,

Gawd... pikir Roy..
Ia selalu membetulkan letak Kontolnya bila ingat semalam..

Namun ia harus fokus mencari tahu tempat ini. Setelah melewati truk dipinggir empang itu, Roy melihat ada warung yg buka tak jauh dari lokasi mobil semen itu terparkir dibpinggir empang, karena ia belum sarapan, ia hendak mampir terlebih dahulu diwarung itu.

Sudah berkali kali ia memanggil orang warung nampaknya belum juga ada yg keluar. Padahal segala macam aneka gorengan, kudapan berjejer disepanjang meja warung itu, bahkan Roy sudah memakan dua gorengan di atas meja.

"Ceuu.. Buu.. pakk.. Mangg... punteen, Kopii iteemm" Teriaknya memanggil semua nama panggilan. Sedari tadi ia memanggil tak ada orang pun yg keluar, baru saja ia ingin meninggalkan warung itu, terdengar suara..

"Eehhh... Enyaa enyaaaa ujaaang keddapp (tunggu) Paak mangga(silahkan)" suara ibu2 terdengar dari dalam rumahnya dan ia keluar, lebih tepatnya itu nenek nenek berumur 60 tahunan. Dengan ramah dan sopan ia sedikit berteriak " Punteen Jaang, emak lagi masak dipeungkeur (belakang), Kopi item kan tadii"

"Iya Maak, Keun (Biarin) Wae Mak kalo masih masak di Peungkeur, " ucap Roy Ramah, kemana anaknya, kemana cucunya pikir Roy. Kenapa orang setua ini ga ada yg membantu?.

Tapi yg buat Roy salut, sudah renta, tapi emak2 itu masih lincah fisiknya, gerakan tubuhnya masih gagah, suaranya masih kencang, mungkin selama tinggal dikampung ia selalu gerak, diumuran se renta ini ia masih segar fisiknya.

Mereka berbicara ringan memakai bahasa daerah yg kental. Sebisa mungkin bersikap ramah seakan akan ia adalah salah satu warga kampung sebelah. Mereka bertukar informasi, mengobrol dengan bahasa daerah, berbasa basi, mengobrol ringan sambil menubggu kopi yg lagi diseduh. Ia juga meniup goreng ubi dan gemblong yg panas nikmat khas warung2 perkampungan.

Dari wajah dan bahasa tubunya, Roy bisa menilai bila emak2 ini senior dikampung ini, ia pasti tahu banyak, sambil mengobrol ringan Roy berpura pura bertanya sambil menggali informasi tentang distopnya mobil barang. Lucunya, Mobil itu tak diambil lagi, pemilik matrial takut membawa mobil itu dan langsung kabur tak mau ambil resiko.

"Itu ada masalah apa Mak, Koq mobil semen diparkir disitu?"

"Ohh, ujang baru tahu yah, itu kemarin rame, ribut ribut orang2 kampung, emak sampe tutup warung jang, takut warung emak kenapa napa, katanya sih, itu mobil barang buat dibawa ke proyek depan" ucapnya memanggil panggilan ujang yg arti umumnya adalah nak, panggilan dari orang yg lebih tau kepada pemuda seumuran Roy.

"Proyek apa Mak?" Tanya Roy berpura pura

"Itu, proyek hotel penginapan apa gitu emak lupa, padahal itu punya pesantren kan, emak juga ga tau masalahnya kenapa, setahu emak dari dulu pesantren dibangun ga pernah para pemuda sini main stop stop mobil barang, minta uang jalur lah minta uang dari pesantren lah, orang2 sini menghormati Kyai Basri jang, ini kayaknya ada yg nge junjungin jang, ada yg ga senang".

Degg.. Roy kaget..

Aneh memang, Kalo sekedar uang Jalur, bukannya itu sudah selesei, Roy tidak masalah dan malah mau mengeluarkannya, Toh itung2 mengumumkan ke warga kampung sekitar bila pesantren sedang membangun penginapan. Ah ini bukan masalah uang , pikir Roy. Ini masalah yg lain. Karena uang jalur, uang turun barang, arau uang proyek lainnya semua sudah beres, Sudah dipegang anak2 padepokan dirumah Dharma, bila anak2 padepokan tahu ini karena uang, mereka pasti sempat tersinggung bila uang jalur itu dpermasalahkan warga kampung sini, karena urusan itu sebetulnya sudah beres. Anak2 yg pegang dan biar kelurahan yg menentukan dipakai untuk apa uang itu ke masyarakat sekitar nanti, meski jumlahnya tidak besar

Memang sebelum membangun proyek itu,
Hal2 semacam itu sudah beres sebetulnya. Roy sudah bertemu pak Lurah, para Rt dan Jaro serta sepakat berapa nominal turun barang meski jumlahnya tidak besar per mobil, ini pasti masalah lain.

Dilihat dari umur emak penjaga warung itu nampaknya pengalamannya banyak. Secara tukang warung biasanya sumber berkumpulnya bermacam gosip dan rumor karena banyak orang yg ngopi dan membicarakan masalahnya. Mereka pasti bercerita tentang keadaan kampungnya diwarung ini

"Soalnya nih Jang, emak Kaget juga, orang2 yg ngopi kesini pada ngomongin Dharma yg udah Insyap, Kemarin pagi sebelum ribut ribut itu, ada orang yg bawa bawa kertas ke warung emak, mak suruh tanda tangan, isinya ada nama emak disitu, ada mungkin sekitar 60an warga kampung yg emak kenal disitu, emak disuruh tanda tangan, pas emak baca, ternyata pernyataan yg intinya warga kampung di sini ngga setuju jalurnya dipakai untuk pembangunan proyek,.. emak tanya, proyek yg mana?, yg penginapan pesantren, ya emak ga mau tanda tangan lah, mak hormat sama KYai Basri Jang, Kyai Basri orangnya baik, sering mimpin doa ceramah dikampung ini, sering ngopi juga di warung emak, warga kampungbl sini hormat jang sama Kyai Basri, kemarin juga yg nyetop mobil itu sedikit dari kampung sini, kebanyakan pemuda kampung luar, ga tau dah emak bingung, emak dikasih uang 50 rebu tapi emak tetep ga mau, emak bilang aja ga bisa nulis, malah emak dipaksa jempol segala",

Dari pembicaraan emak itu Roy sudah bisa menebak, kemana ini arahnya. Nampaknya benar orang itu pendengki yg sama yang tidak suka dengan pesantren. Memakai tameng warga kampung sini supaya bisa menyetop mobil itu, padahal urusan seperti ini sudah beres sewaktu rapat bersama Pak Lurah juga Rt Rw disini.

Pelaku utamanya bisa jadi orang yg sama.. Otak yg sama

Damn.. pikir Roy, sekarang maen provokasi orang kampung
Bisa di Bayangkan bila anak2 padepokan mendengar ini, atau terdengar Kyai atau ustad Boim pasti ribut lagi. Biasanya Dharma yg meredam masalah seperti ini, tapi mereka tahu Dharma sudah tidak lagi seperti dulu, mereka tau Dharma sudah hijrah, mereka seperti menantang enteng jawara itu pasca hijrahnya.

"Ini sih Uji Nyali" Ucap Roy dalam hati

"Emak kenal, sama orang yg bawa kertasnya?" Tanya Roy

"Sama yg bawa kertasnya emak kenal Jang... si Radi anaknya mang haji Jupri, mangkanya emak Jewer tuh anak pake maksa emak segala,.... tapi ada orang yg naik motor bapak2 itu mak ga kenal, emak suka liat sering lewatin warung emak.. dia yg ngasih emak duit 50ribu, emak tolak" ucapnya memberikan kopi yg ia seduh, ia juga merapihkan letak piring gorengan.

Roy kaget, bapak2 katanya "Rambutnya Panjang, terus berjenggot mak?" Tanyq Roy

"Nah, iya bener Jang, tua, rambutnya panjang, ada jenggotnya pake baju pendekar gitu deh jang, bawa2 golok, emak sih ga takut, soalnya emak tau dia bukan orang sini" ucapnya.

Bangke, ga salah lagi.. itu Ki Ideng... pikir Roy..

"Orangnya kemana yah mak"

"Ya ga tau Jang, kalo orang sini mak tahu, itu bukan orang sini, ciri2nya begitu, kaya Preman"

Andai orang itu ada sekarang ga banyak pikir lagi ucap Roy..

"Jang kenal?" Ucap Emak, dia,

"Ga tau Mak" Kilahnya

"Emang Kamu sawah yg dimana Jang, Koq Emak juga kaya pernah liat kamu aya".

"Hahaa., Ngga mak, saya mah tukang Kebunnya Pak Dharma, saya cuma mampir aja kesini".

"Pak Dharma Jawara itu?"

"Iya"

"Wah itu Juragan Jang, kebunnya emang dimana mana Jang, banyak, denger2 Dharma insyap yah Jang?"

Roy tersenyum menahan tawa mendengar pertanyaan emak itu, iya menganggukan wajahnya,

"Syukurlah kalo dah Insyap, biar makin berkah hidupnya"

"iya mak, Pak Dharma sering kumpul sama Abah Kyai Sekarang.

"Iya itu sukurlah kalo Dharma dah insyap, dulu ga ada yg berani sama Dharma Jang, Lagian emak tau, dulu Dhram sama Pak Kyai emang udah deket, Pak Kyai Orangnya Baik, suka mampir ke warung emak, suka ceramah mimpin doa dikampung ini, mangkanya masyarakat disini hormat ke Kyai, bingung emak juga sama yg nyetop Truk itu", ucapnya lagi memastikan.

"IYa deh Mak makasih mak udah nemenin ujang ngobrol, ujang mau ke sawah dulu, seneng denger Mak cerita pagi pagi.., berapa tuh Mak Kopi sama Gorengan" ucap Roy, ia merasa sudah banyak dapat informasi.

"Buru2 amat jang, jam 7 juga belum?"

"Hehee.. Biasa Mak, siap siap dulu"

Roy beruntung berhenti diwarung itu, hampir 60 persen info penting sudah ia dapatkan, terutama bapak2 tua yg diceritakan emak tadi. Sudah pasti, itu si Bangsat,

Segera Roy berjalan pulang, kayaknya mau uji nyali tuh orang pikirnya,

Ia harus merespon.....

Merspon dengan cara yg similar....






_-________________






Dharma bangun pagi itu melihat bibit strawberry sudah diambil Roy. Badannya segar, meski hampir tengah malam ia terus melakukan Zikir. Ia sempat bertanya ke Nengsih Roy pulangnya tak Pamit, Nengsih bilang ia tertidur.

Yang buat dia sedikit aneh, Sehabis zikir semalam itu, ia melihat ada seberkas cairan putih mengering dikasurnya. Kebetulan spreinya berwarna kuning.

Ia seperti merasa.. Tau jika sesuatu yg tidak meng enakan perasaannya, sepertinya wiridan itu bekerja seperti alarm, seperti memberi tahu dia jika ada sesuatu yg tidak beres yg mengaganggu hatinya.

Ia buang jauh jauh pikiran itu..

Karena Kyai Basri bilang, orang yg sedang dalam proses hijrah, pasti banyak sekali gangguannya. Ia harus tetap fokus, Kadang ada juga yg sampai kekurangan hartanyap, tapi dibalas dengan sesuatu yg lebih, seperti ketenangan hati dengan tujuan hidup yg lebih jelas.

"Mah, ini apa?" Tanya Dharma ke istrinya semalam melihat bekas basah bercak putih yg sedikit mengering itu.

Nengsih yg memang sedang tertidur memang kaget, tapi ia berusaha tenang,. "Mana..?.. ooh itu... itu bekas susu Pak, mamah semalem minum susu tumpah" kilah Nengsih,

Dengan sedikit Cuek ia membersihkan cairan itu dan kembali melanjutkan tidur. Nengsih kelelahan setelah di Creampie Roy sampe ngecrotnya tumpah diatas kasur yg keluar dari memeknya. Begitu banyak memang anak itu ngecrot, seperti sangat nafsu,

"Kenapa pak?" Tanya Neneng yg suaranya sedikit ngantuk dan bersikap tenang melihat suaminya membuka peci, sorban juga tasbihnya,

"Ngga, perasaan bapak aja, kaya ga enak , ini perasaan cobaan, bapak ga mau gubris, kata Kyai perasaan ga enak juga termasuk cobaan, bapak ga mau ngedenger perasaan ga enak gini"

Nengsih kembali mumenunjukan Gesture "ampir", untung ia tidak mencium aroma cairan itu . Baru kali ini ia disetubuhi pria lain dikasur biasa ia tidur dengan suaminya. Bekas cupangan Roy ditoketnya masih ada. Mereka tertidur seperti biasa.

Paginya, Dharma melihat bibit strawberry itu sudah habis diambil. Ia berharap Royhan bisa segera menanam bibit itu karena lumayan untuk penghasilan pesantren. Memang saat ia menjalani proses hijrah seperti, ia berderma banyak sekali ke orang orang. Semalam misalnya ia memberi sembako ke ibu2 pengajian. Itu memang bagian dari proses yg harus ia jalani.

Nengsih sudah mandi Junub pagi itu, ia sudah berdandan rapih dengan stelan hijab dan terusan coklat. bahkan ia juga Dhuha berjamaah bersama suaminya. Ia harus tetap semaksimal mungkin support suaminya hijrah.

"Bapak Ga mandi?" Tanya Nengsih yg sudah rapih memakai Jilab dan terusan berwarna coklat ketat.

"Mamah mau kemana?"

"mau siap siap pengajian dirumah bu haji ithoh.. ada pengajian bapak bapaknya juga, kita diundang, hayu ikut",

"Mau sampe jam berapa?,

"Emang kenapa. . Katanya Jam sebelas ?"

" Nanti siang bapak mau ke Gua lagi, cari ketenangan lagi sambil zikir, ngeilangin perasaan ga enak bapak yg semalem"

Nengsih terdiam, ia merasa ga enak, betapa seriusnya Dharma menjalani pintu taubatnya, terutama setelah kejadian semalam, tapi kenapa.. ahh sudah lah

"Ihh bapak, tar masuk angin lagi.. " kilahnya

"Ngga, bapak masuk angin soalnya kita sore kesananya, kalo siang mungkin enak, bapa udah sehat sekarang.. bapak mau nerusin zikir cari ketenangan disana"

"Assalamualaikum",

Tiba2 terdengar suara salam dari pintu Rumah,

"Waalaikum salaam, Eh Roy" Ucap Dharma

" Dari mana?" Tanya Dharma lagi.

Roy masuk kedalam melihat Nengsih sudah rapih sepagi ini, berbeda dengan Dharma yg hanya memakai sarung.

"Roy Abis manggil anak2 padepokan pak", Ucap Roy melihat Nengsih memakai stelan hijab dan terusan Coklat ketat.

"Mau ngapain.. oohh" ucapnya mengingat penbicaraan mereka semalam " Emang kamu jadi kesana?

Roy ternyum, ia mengajak Dharma Duduk..

"Ada yg mau Uji Nyali Pak",

Dharma bingung, ini anak makan apa pagi2, tiba2 bilang ada yg Uji nyali

"Kamu sarapan apa, tiba2 bilang ada yg uji nyali.. uji Nyali Uka Uka?" Tanyanya.

Roy tertawa, melihat Nengsih juga yg ikut tersenyum

"Saya tadi ke kampung selatan"

"Hah, yang bener ?"

"Hmm.. Iya saya tadu ke kampung selatan, mau tahu penasaran ada apa sih sebenernya, ternyata bener kata bapak, intinya, ada yg mau ngetes kita,"

Test The Water..

" Mereka tau Bapak sudah Hijrah, sudah berubah, mereka seperti mengetes, seperti coba noel noel ,kalo kita lembek pasti mereka makin jadi jadi, masa uang jalur mereka permasalahkan, itu cuma alesan, sudah beres itu waktu rapat sama pak lurah",

"Tunggu dulu, kamu sampai yakin berkesimpulan begitu gimana?"

Roy mengganti Cara Duduknya lebih mendekat ke Dharma.. " masyarakat situ bilang nyebutin ciri Ki Ideng pak, sudah pasti otak yg sama, , Ki ideng"

Dharma kaget " Yang bener kamu"

"Emak emak warung ngejelasin ciri cirinya, siapa lagi pak jawara yg bapak kenal rambutnya panjang putih berjenggot",

"Tarzan juga rambutnya panjang juga Roy, tapi ga berjengkot "

Roy tertawa, sempat sempatnya Dharma ngebanyol saat ia ngomong serius seperti ini.

"Ngga tau yah Roy, bapak ingat masa lalu, ingat waktu bapak nge ganggu pesantren, percis bapak dulu seperti itu"

"Itu masa Lalu pak, Ga usah dipikirin, Saya udah manggil anak2 padepokan, mereka kumpul dekat klinik haji Badri, jangan sampe pihak pesantren tahu pak, jangan sampai Pak Kyai Pusing lagi.. ini urusan mudah, biar saya yg dateng sama anak2..,

"Kamu tahu Roy, bapak ga bisa lagi ikut ikutan lagi, bisa gagal program bapak..bener kata Kyai ada aja cobaannya, tapi jujur denger kata Ki ideng, bapak mau nangkap langsung Orangnya"

"Pak Dharma ga usah ikut , biar saya aja sama anak2 gantiin bapak nyamperin, tenang, saya bakal main rapih, ga ribut ribut, ga enak ribut ribut, apalagi kalo sampai terdengar pesantren kalo ribut ribut"

.............."Kecuali..... mereka nimpuk duluan...." ucap Roy lagi melanjutkan

Dharma tertawa, dasar anak muda pikirnya, 'Ngomong aja baik baik, kalo memang masalahnya jalur, jelaskan.. kecuali kalo ki ideng muncul, Tangkep aja",

'Ga usah pak tenang, saya tahu caranya, itu alasennya saya nyamar tadi datang langsung kesana, yg penting gimana caranya pihak pesantren ga tau, saya urus, anak2 udah siap, saya kesini cuma mau bilang sama Pak Dharma",

"Ya sudah, kalo orang kampung selatan kenal bapak semua, itu pasti dari orang luar",

Roy berdiri mau pamit dan melihat Nengsih yg sudah rapih.

"Loh udah rapih Teh"

Dharma tersenyum "Mau ikut pengajian",

Baik Roy dan neneng terdiam, sekarang Teh Neneng memakai hijab meski tidak sering,

"Ke Pesantren, Sama Nyai Haji?" Tanya Roy.

"Bukan, undangannya dirumah Bu Ithah, pengajian pagi",

"Loh, bukannya searah ke klinik haji Badri",

Dharma baru sadar, ia melihat Nengsih, "iya searah, mo nebeng kesana?" Tanya Dharma,

Andai suaminya tahu, ucapannya itu seperti memberi ikan ke kucing, ikan cantik milikinya.

"Ga usah, mau naik motor aja sendiri, da janji mau bareng sama teh euis", ucapnya, ia ingat suaminya bilang merasa tidak enak perasaannya saat melihat bekas crotan peju itu, dan berusaha menghindarinya

Lagi Dharma sedikit khawatir "Loh, kalo naik motor, mamah pasti suka kelayaban, ga inget waktu, kan siang harus nemenin bapak kesana, nanti pulangnya dijemput" ucapnya, Dharma paling tahu bila Nengsih sering banyak mampir kalo keluar.

Nengsih melihat Roy, baru saja suaminya Bilang merasa tak enak perasaannya, sekarang ngizinin pria ini supaya ikut nebeng ke pengajian. Ya sudah lah, lagi pula memang niat ingin ke pengajian, ga terlalu jauh juga searah ke klinik haji Badri ucapnya dalan hati.

"Ya udah mamah berangkat dulu ya" menggerakan kepalanya seakan akan bilang "Yuk", Ke Roy, seakan gerakan itu seperti ajakan dengan kode yg berbeda..

Mereka bercium tangan dengan Dharma, mengucap salam dan langsung pergi

Dengan diam dan menarik nafas Nengsih masuk ke mobil, dan mereka pergi menuju klinik haji Badri.

Diperjalanan, Roy berusaha menggenggam tangan Nengsih namun nengsih berusaha menghindar,, namun akhirnya tangan itu berhasil ia genggam dan ia usap usap punggung tangannya, memberi sensasi struman yg membuat matanya sayu secara tiba2.

"Pengajian bu"

"Udah tau mau pergi ke pengajian malah tanya". Ucapnya membiarkan tangannya diusap. Lama tangan itu diusap, akhirnya Roy taruh tangan itu diselangkangannya, terasa menggunung dan tebal selangkangan itu mencetak batang kontolnya yg sudah ngaceng.

Awalnya tangan itu diam, namun seperti lupa, dengan nakal lama2 tangan itu bergerak, mengusap usap dan meremas, "ih, mau ikut ke pengajian koq malah ngeremes Kontolnya Roy sih" ucapnya dalam hati.

Tepat saat ia meremas batang rudal itu, Nengsih melihat Rumah Bu haji ithoh tempat pengajiannya lewat, namun Roy tidak berhenti, ia melewatinya, masih mengusap cetakan rudal itu Nengsih melihat Roy tajam,

"Koq dibajak sih" Ucapnya.

Roy tersenyum sambil memegang tangannya lagi yg terparkir diselangkangannya agar lebih kencang meremas,

"Kamu mau ngebajak istrinya Dharma?.. dibajak ini mah" ucapnya lagi malah meremas lebih kencang cetakan kontol itu.

"Aku lagi gantiin tugasnya Dharma, pengen istrinya nemenin"

Nengsih mencubit batang rudalnya "Aku mau datang ke Pengajian Roy, bukan malah dibajak terus suruh nemenin yg gantiin suami aku.. kamu mau jadi jawara Roy?"

Roy memegang pahanya, ia naikan terusan itu ke atas, terlihat paha telanjangnya dan bilang "Pake warna apa sekarang?" Nengsih membiarkan Roy itu terus menaikan terusan itu sampai bisa melihat celana dalamnya,

ahh item transparan

Shit, seksi banget ucap Roy, ia jalankan mobil itu ke klinik haji badri sambil mengusap celana dalam itu. Namun sampai disana, tak ada anak2 padepokan yg berkumpul, kemana anak2 pikir Roy, tak lama handphonenya berbunyi,

"Dimana?" Tanya Roy tanpa basa basi.

"Maaf Ka Roy, anak2 udah ada dikampung selatan, soalnya tadi iding bawa mobil, kita baru sampai ka Roy, langsung ramai disini, nanyain duduk perkara"

"Ya udah hati2, jangan pada nge gas dulu, tahan"

"Siap Ka".

Roy tancap Gas kesana sambil sesekali merasakan usapan itu. Sementara Satu sisi Nengsih berpikir Roy memang mampu menggantikan suaminya, ia bisa menghandle situasi seperti ini, Seperti sudah menjadi haknya ia membawa istri Dharma kesini, menemaninya seakan akan ia wanitanya, semakin tak terkontrol nengsih memijit mijit cetakan batang Kontol itu saat Roy tancap Gas.

"Itu Roy datang" Ucap Iding yg membawa mobil membawa anak2 padepokan, ia langsung menelepon Roy,. "Ka Roy jangan turun dulu, khawatir Ki Ideng kalo liat Ka Roy dia malah ga bakal Muncul, nanti kalo dia muncul baru turun" ucapnya.

"Ya sudah, tunjukin kita kuat, jangan kasih lembek, harus bertempo tegang tapi terkendali, "

"Siap Ka Roy"

Melihat anak buah Dharma sekarang menuruti perintah Roy membuat nengsih tersenyum, ia melihat anak2 diluar sedang saling tegang, nengsih berpikir, sudah sepantasnya ia ada disini, nemenin orang yg gantiin suaminya, dijadikan wanitanya, bahkan istri Dharma itu dibajak saat ia pergi ke pengajian. Ia membuka sleting Roy, dan perlahan mengeluarkan barang kontolnya, Roy menghela nafas saat batang itu dikeluarkan dan di genggam.

"Shhh Gede banget" ucap Nengsih langsung terkesima dan sayu melihat gemuk dan panjangnya kontol itu, "Punya Si Bapak Cuma segini" ucapnya menyentuh titik lebih bawah dari panjangnya kontol itu, menandakan Dua kali lipat lebih bila dibandingkan suaminya, ia kocok2 sambil merasakan uratnya.

Ia mendekati tempat duduk Roy, dan berbisik "Kamu gantiin suami aku Roy?, terus ngebajak bininya kesini, kamu mau icipin aku juga" bisiknya mengocok kontol gemuk itu.

"Keluarin lidahnya" perintah Roy,

Perlahan Nengsih mengeluarkan lidah, dan Roy icip lidah itu dengan lidahnya, benang ludah dari jilatan lidah itu cukup lama putusnya

" Gimana rasanya?" Bisik Nengsih

"Enak.. banget.. ",

Roy mengumpulkan ludah simulutnya, ia kirim ludah itu ke mulut neneng perlahan, Sambil memejamkan mata dan mengocok kontolnya, Neneng telan ludah itu sampai habis.

Mereka berciuman..

Mereka berciuman dengan panasnya, Strike Kiss, seperti ciuman saling memukul, seperti nafsu hewani, membabi buta, bahkan saling menciumi wajahnya, berputar putar, sambil mencium Roy singkapkan pinggiran celana Dalam ia tusuk tusuk memeknya..

Ohhhhh...

Lagi mereka saling cium saling jilat, bibir, lidah, wajah masing masing, sampai akhirnya kepala berhijab Neneg turun ke kontolnya.

Tanpa ampun ia deepthroath langsung membuat Roy kelojotan

Ohhh Fuck..

KLOQ KLOQ KLOQQQ AKHHHH SHHHH UHUK UHUKK

Langsung ia terbatuk memaksa masuk kontol gemuk panjang itu, kemudian lidahnya menari nari diujung kontol itu, menari nari menjilat jilat cepat dari ujung, memanjang turun ke batangnyanya, sampai ia menjilat pelirnya, Roy memegang kepala berhijabnya, saat mulut itu mencaplok satu biji pelernya, akhh, She is pro with Cocksucker thing ucap Roy.

Saat mencaplok biji pelir itu bergantian, nengsih mengocok batangnya yg basah karena ludahnya, "akhhh fuck shhhh"

Kemudian nengsih naik ke atas jilatannya dan memasukan batang kontol itu ke dalam mulutnya, Slokk slokk slok slokk,

Tenggorokannya ke segrek, matanya mulai memerah, Nengsih naikan kepalanya ke atas menciumi bibirnya, dan berbisik,

"Si Bapak ngeliat bekas peju kamu Roy, peju yg tumpah saat kamu crotin ke memek aku,... tumpah dikasurnya" Bisik Nengsih.

"Ah fuck.. dia tau"

Neneng masih mengocok kontolnya dengan mata sayu "Biarin dia tau" bisiknya sambil menjatuhkan ludah dan jatuh tepat dibatang kontolnya kemudian ia kocok basah.

Shhh fuckk.. Roy menurunkan lagi wajah Nengsih dan ia mulai menyepong kembali, kali ini sepongan itu lebih dalam,

"Astaganaga, shhhhh fuck"

Meliuk liuk kepala berhijabnya menyepong kontol itu sampai akhirnya mata neneng benar benar menangis,

Neneng menaikan kepalanya lagi, Ia melihat anak2 masih bersitegang satu sama lain, namun bisa dilihat, mereka justru mengikuti arahan Roy agar tidak menunjukan kelemahan, kemudian Neneng berbisi dikupingnya,

"Aku mau di entot digua lagi Roy, shhh.. sibapak ngajakin zikir siang, entot lagi Roy" bisiknya bitchy mengocok kontol gede itu.. "sambil liat si bapak.. zikir" bisiknya lagi..

"Bilang dulu ini memeknya siapa?" ucap Roy, mencolok colok memeknya

"Ahhh..." Nengsih menurunkan Kepalanya, ia jilat batang kontol itu sambil bilang " punya Kamuhhh"

Shhhh ahhh



-_--------------_-------------



5 Jam Kemudian..


Dharma zikir dengan Khusunya, diiringi suara air terjun siang itu, meski pikirannya masih saja memikirkan kabar anak2 padepokan dan Roy tentang kampung selatan itu.

Ia baru saja menjemput istrinya jam 11 tadi ditempat pengajian Bu haji Ithoh. Dan lagi lagi ia terlihat lebih berkeringat dari biasanya. Tepat setelah makan siang, Dharma mengajak Nengsih langsung pergi ketempat ini. Kembali menenangkan hatinya.

Meski pikirannya masih menunggu telepon dan kabar anak2, yg sampai sekarang iding pun belum memberi kabar. Mungkin sore pikirnya Ia tetap menjalankan programnya, memejamkan Mata, dan ber Zikir.

Sementara Nengsih...
diruangan kedua itu menghisap hisap Jari Roy, sambil merasakan Roy kembali menelanjangi Kembennya. "Ah" ia telanjang didepan Pria bukan muhrimya.

Awalnya Nengsih tak Percaya Jika Roy cukup berani datang lagi siang ini saat suaminya sedang zikir , namun ternyata ia datang, mennyurunya menjilati jari tengahnya sambil menelanjanginya. Kenekatannya membuat Neneng semakin rela ditelanjangi olehnya.

Saat telanjang Roy meremas remas susu itu bergantian sambil membuka celananya, kemudian Roy cium lehernya, Merasakan aroma tubuhnya yg enak, membuat Nengsih menggenggam kontolnya dan meremasnya, seolah tak sadar suaminya yg memutuskan untuk hijrah itu sedang berzikir diruang sebelah.

"Nekat banget ngebajak bini orang" ucap Nengsih melihat kenekatannya mencium dan menjilati lehernya. Roy menggampar pantatnya, Plakkk

Shhh... leher itu terus dijilati Roy, Nengsih mengangkat lengannya ke atas, kemudian Roy menjilat jilati ketiaknya merasakan aroma tubuhnya dan mencaplok kedua toketnya secara bergantian.

Nengsih meludahi tangannya, dan ia oleskan ludah itu dikontolnya, shhh ahhh.

Nengsih disuruh tiduran di atas batu alami gua itu dengan posisi sedikit menungging "Cepetan masukin memekku Roy, udah gatel dari mobil tadi",ucapnya bitchy

Oooohhhhhhh

Kepala kontol itu menembus langsung dan masuk secara keseluruhan, nengsih menaruh tangannya kebelakang menyentuh dada Roy, posisi doggy seperti ini memang lebih terasa batang kontolnya, perlahan Roy maju mundurkan batangnya sampai ia menemukan irama yg panas,

Moaning Nengsih yg seksi hot itu terdengar kencang. "Bangkeee...... Dalemhh bangheetthhh"

shhh ahhh shhhh ahhhhh

Plok plok plok plok

PLAKK.. ohhh.. Roy gampar pantatnya sambil mengayuh, selama 5 menit Nengsih seperti merasakan Little Death, merasakan mati skala kecil karena ia seperti hilang ingatan merasakan Nikmat yg membuatnya melayang.

Batang Rudal itu tembus sampai ke titik dua kali lipat lebih dari suaminya. "Ohhhh fuckk Royy, gw keluaarr, gw keluaarrrr akhhhhhhhh"

Creett crettt cretttttt...

Memeknya memuncratkan cairan begitu banyak, belum pernah selama tahunan berumah tangga dengan suaminya merasakan Squirt seperti itu, pantatnya bergetar getar, Roy mencabut kontolnya saat memek itu muncrat,

"Enaakkk Royyy enaaakkkk ahhhhhhh " ucapnya merasakan pantat itu bergetar getar,

Tanpa banyak waktu, ia masukan lagi batang Kontol itu, membuat nengsih kewalahann..

".. Gagahin gw Roy gagahinn gagahinn akhh"

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKPLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKPLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKPLOK

PLOKPLOK

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOKPLOK

FFFFFUCKKK...!!!

kemudian Roy mencabut kontolnya, ia pangku Nengsih yg tinggi itu sambil berdiri, kaki nengsih yg jenjang itu melingkar dipantatnya, dengan sekali sodokan Roy masukan kembali kontol itu kedalam,

"Uuuuhhhh.. shhhh. Uuhhhh..... shhhhh... uuuhhh.... enak banget enak banget.. ahhhhh.. uhhh.. enak banget Roy enak bangett enak ahhhhhhh

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Roy caplok kedua toket montok itu secara bergantian, ia henjutkan batang 8 inchi itu teruss selama 10 menit bertubi tubi sampai Nengsih menjerit lagi.. "Keluar Roy Keluar keluar akhhhhhhhhhhh"

Creettt creeettt creetttt.. bergetar getar pantatnya saat Roy mencabut kontolnya,

Kemudian ia tidurkan Nengsih diatas batu Alam, ia sodok kembali kontolnya bertubi tubi dengan tempo lebih cepat

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK... "akhhh bilang ini memeknya siapa?" PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Memek Kamuhh Royy.. Memek Kamuhhh shhhh " PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Bukannya punya Dharma" PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Ahhh.. Kamu yg merawanin Roy..ahhh. PLOK PLOK PLOK.. Kamu yg udah gantiin... Kamu yg icipin memek bininya.. ahhh... PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

Akhh keluarrrrr
Ahhhhhh

Roy cabut kontolnya ia muncratin peju itu diwajahnya

CROOTT CROOTTTT CROOTTTT CROOTTTT

Tujuh kedutan tak henti2 peju itu tumpah diwajahnya, sampai banyak membasahi toketnya

"Astaga.. banyak banget peju kamu Roy.. Gara2 ngentotin bini orang lakinya lagi zikir ya kamu ngecrot sebanyak ini.."

Fuck.... shhhh hahhhhh

"Hmmm nakal kamu Roy.". ucapnya memejamkan mata... beberapa pejunya menembak matanya...

EPS :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55