Chapter 54 : Nahya ( Nyai Haji )
Ustadzah Laila

Ustadzah Ayni

Ustadzah Shaipah

Ustadzah Ayni

"Tuuh kan bapak sakit lagii" Ucap nengsih yg malam itu sedang mengetik surat2 legal bersama Laptop yg dipinjamkan oleh Nyai Haji.
Badan suaminya menggigil, Nengsih duduk bersama Roy yg malam itu begitu sibuk dan serius mengurusi surat2 legal, sesuai dengan janji Roy tadi siang sore saat melaporkan kejadian dikampung selatan itu
Nengsih berdiri...
Ia ke dapur mempersiapkan obat untuk suaminya, ternyata 4 jam zikir siang hari digua membuat suaminya sakit lagi..
"Sakit kenapa lagi pak?" Tanya Roy.
"Ga tau, akhir akhir ini bapak sering sakit semenjaakk....."
"Wangsitnya ilang semenjak udah ga jadi jawara" hihiii.. " ucap Nengsih didapur.
Dharma tertawa, "nanti nanti kalo zikir jangan lama2, masuk angin lagi kan" ucap Nengsih yg datang dari dapur membawa obat dan air. Malam itu ia memakai Rok putih, kaos putih yg tak berlengan , membuat lengan telanjangnya terlihat, namun herannya, Dharma tidak keberatan karena ia sedang membuat tugas bersama Roy. Di meja Laptop yg tertutup itu Roy sering mengusap lengan telanjangnya, bahkan ketika suaminya sedang mengaji tadi mereka saling bersentuhan dimeja tertutup didepan laptop itu
"Tugasnya masih banyak ?" Tanya Dharma melihat Nengsih kembali duduk disamping Roy, ia tak keberatan istrinya tak berlengan duduk disamling Roy.
"Lumayan pak, kan harus sesuai ketentuan dan syarat dari sana legalnya," ucap Nengsih. Lengan telanjangnya bersentuhan dengan lengan Roy yg memakai kaos levi's pendek itu.
"Harusnya bapak mengaji lagi ke Kyai Basri, tapi badannya menggil lagi begini, ya udah" ucap Dharma meminum obatnya
"Mengaji apa pak" ucap Roy, ia menarik Rok Nengsih ke atas menelanjangi pahanya, nengsih hanya menepis namun membiarkan tangan itu menarik Rok ke atas.. Tangan Roy langsung mengusap paha mulus itu.
"Ga tau, biasanya kitab yg diterjemahkan"
Roy menarik Rok itu sampai ke atas, menampakan cangcut merah jambu nengsih, begitu Cute cangcut utu, nengsih hanya diam menunduk saat tangan Roy mengusap canngcut dan belahan memeknya
"Biasanya tentang apa?" Roy memijat mijat memek yg dibungkus cangcut pink itu.
"Tentang pertaubatan, tentang perjalanan kisah orang2 dulu, agar Bapak optimis dan semangat beristiqomah di dunia baru ini,
Kali ini nengsih yg membalas, ia remas cetakan kontol Roy yg menggunung, "emang udah sampai bab mana pak?" Tanya Roy yg membuat nengsih tersenyum, ia ingat pertanyaan itu ketika di gua. Kini tangan Roy sudah masuk kedalam cancutnya, ia mulai menusuk nusuk memeknya yg sudah basah, begitu pula Nengsih yg tak terasa sudah masuk tangannya kedalam celana karet Roy, dan menggenggam batang kontolnya, mereka mengocok satu sama lain..
"Bab percisnya bapak kurang hafal, cuman memang Kyai bilang, orang yg dalam proses hijrah itu banyak sekali penghalangnya, berat tantangannya, mangkanya biar bapak tetap optimis dinasehati supaya semangat"
"Hmmm " ucap Roy, saat tangan mungil nengsih mengusap usap pelirnya, memek Nengsih pun sudah basah.
"Udah bapak istirahat dulu dikamar belakang, nanti malem mau tahajud mamah bangunin, mamah masih tanggung" ucapnya menahan sange semaksimal mungkin.
"Brrrrrr.. menggigiiill" ucapnya menuju kamar.
Setelah Dharma masuk ke kamar, Roy dan Nengsih saling bertatap, Kontolnya dikeluarkan dan dibetot serta dipijit pijit, "nakal banget, memek istri orang main colok ajahh" shhhhh .ucapnya mencubit tangannya.
Setelah ada 15 menit Dari Dharma masuk, Roy dan Nengsih masih saling remas
Roy berdiri, ia menuntun nengsih menuju dapur belakang, kemudian ia pangku nengsih dan ia dudukan di meja dapur, setelah didudukan Roy tarik Roknya ke atas, dan ia buka cangcut pingnya dengan kasar, kontolnya masih dikocok nengsing,
Roy jilat wajah nengsih dari dagu ke jidatnya dengan sekali jilatan dan mulai memasukan kontolnya
'Masih aja kamu doyan banget" okhhhhh
.blessss
Kontol itu masuk, ia goyang begitu kencang memek itu seperti tak perduli bila Dharma sudah tidur atau belum.
Ohh ohh ohhh ohhhhhh suara moaning di daput itu begitu kencang sampai 17 menit kedepan Roy muncrat berkedut kedut didalam memeknya
-_-----'____________-____________________
Paginya... Di Pesantren Awwabin..
Santri dan para ustad semua siap dengan kegiatan belajar mengajarnya. Mereka berbondong bondong menuju kelas. Di awali dengan Bell untuk santri terlebih dahulu, kemudian sekiar 15 menit disusul dengan bell para asatid yg hendak mengajar.
Sebentar lagi anak2 santri menghadapi ujian, sudah menjadi ekstra kegiatan mereka semua fokus dengan mata pelajaran masing2. Tapi yg namanya anak santri, tetap saja anak anak. Mereka lebih sering menghabiskan waktunya bermain bersama teman temannya ketimbang fokus ke mata pelajaran.
Karena sebetulnya, yg membentuk karakter mereka bukan pelajaran pesantren. Melainkan sikap sosial mereka bersama para santri lain. Kebersamaan itu yg membuat mereka kuat, dan akan dikenang sampai mereka tua nanti.
Betapa banyak kabar dari para alumni yg bilang, bila hubungan persahabatan mereka dari pesantren, tak pernah putus sampai mereka sekarang sudah banyak anak.
Pertemenan itu yg membentuk karakter mereka.. juga kesulitan yg membangun Jiwa mereka yg kuat..
Nyai haji sebagai ibu Kyai bukan tidak tahu perihal ini. Pengalamannya dalam merintis pesantren, pahit manis sudah pernah ia rasakan.
Dari mulai pesantren ini hanya dalam bentuk Kobong atau Gubug, sampai menjadi pesantren post modern seperti sekarang. Dari mulai sistem keninian, konservatif, sampai akhirnya terjadi kejadian komanya Agus, pesantren menggabungkan antara Modern - Konservatif.
Baik buruk kejadian yg di alami pesantren ini, membuatnya lebih kuat dari sebelumnya. Setiap keluhan pasti ada jalan keluarnya pikir nyai haji.
Terbukti saat ia merasa diujung tali, datang ide dari mantan santri yg dulu kelakuannya pernah merubah sistem pondasi pesantren itu sendiri, dari modern, kembali menjadi konservatif, dan penggabungan antara keduanya, sehingga Awwabin disebut Post - Modern. Dari ide mantan santri yg bandel itu, yg berhasil mengambil kepercayaan para walisantri meng invest kan uangnya untuk pembangunan pesantren, membuat Nyai Haji bangkit lagi, semangat lagi. Seperti kabut segar ditengah padang pasir yg panas. Ia menemukan Ritmenya kembali semangat mengembangkan pesantren ini.
Ia sibuk berpikir secara otodidak, hendak dibangun apa dulu pengembangan pesantren ini kedepannya. Abah haji bilang, Ryan semalam datang ke rumah atas menyetujui investasi pembangunan pesantren itu.
Membuat ia sibuk sepagi ini, turun langsung ke lapangan. Melihat keadaan lapangan sekitar. Sebagai wanita, tentung insting ingin rapihnya tinggi, ia paling tahu di sebelah mana asrama baru yg akan dibangun. Juga yg paling membuat ia senang, untuk bulan2 kedepan nanti , Nyai haji bisa lebih mensejahterakan guru gurunya.
Ia tersenyum dalam kesenangan.. sehingga kejadian ustad Ujang yg memalukan itu mudah2an tidak terulang lagi.
Setelah keliling pesantren, ia berdiri di atas gedung Ri'ayah. Gedung ini memang seperti mercu suar, 180 derjat bisa melihat keseluruhan pesantren. Abah haji orang yg pintar memang, ide yg pertama membangun Gedung Ri'ayah (pengasuhan) ini sengaja ia buat terlebih dahulu supaya bisa melihat keseluruhan pesantren, terutama kegiatan para santrinya. Bisa lebih dekat dalam membimbing santri santrinya.
Saat ia di atas sini, ia senang melihat para santri berbondong bondong pergi belajar. Thalabul ilmi, menuntut ilmu dengan tulus, sebagaimana kemauan orang tua mereka masing2, terutama orang tua yg sangat antusias, agar asrama pesantren yg baru segera dibangun.
Salah satu hiburan hatinya adalah mendengar suara anak2 santri. Melihat mereka ke surau, melihat mereka ke sekolah entah kenapa membuat nyai haji begitu senang, tenang, dan jelas ini salah satu yg mebahagiakan hatinya membimbing santrinya, itu alasannya ia merintis pesantren ini bersama Kyai Basri.
Saat ia melihat ke bawah, ia melihat Nengsih memasuki gedung Ri'ayah. Membawa laptopnya juga kertas kertas legal yg tersimpan rapih di map2 kuning. Nampaknya ada yg mau dilaporkan Nengsih mengenai pembangunan asrama barunya itu. Karena Nengsih dan Shelly lah, yg ditugaskan membuat legal itu semua.
"Nyai haji" panggil nengsih dari bawah, ia memakai jilbab rapih semenjak suaminya Hijrah.
"Kirain ga jadi dateng, sebentar" Ucap Nyai Haji dari atas.
Saat mau turun, ia melihat mobil Roy datang, Roy turun sambil membawa sesuatu seperti bibit buah2an. Apa itu? Pikir Nyai Haji.
Anak2 santri sudah masuk kelas masing2, begitu pula para asatidnya. Membuat gedung Ri'ayah ini sepi. Nengsih sudah duduk di kursi Ri'ayah sambil merapihkan Berkas juga mulai membuka laptopnya.
"Du du duuh.. cantik banget ini emak emaakk" ucap Nyai Haji.
"Aih.. Nyai Haji bisaan.. Nyai lah yg cantikk, " ucap mereka cipika cipiki.
'Gimana gimana, aduuh, katanya kemarin Ryan udah ke Kyai, kamu udah beres urus perencanaan awalnya."
"Itu Nyai haji.. saya kesini mau laporan legal standing antara pihak pesantren dan PT Guest House itu, udah saya rapihkan point pointnya, sambil Nyai lihat dulu",
Dengan serius Nyai haji melihat berkas berkas itu, point point nya, sampai izin imb nya dan izin2 lainnya yg segera menyusul"
"Bagus ini, Nyai bawa dulu yah, buat dilihat Abah Haji"
"Iya nyai.. Nyai haji, ngomong2 mau ngebangun asrama dimana dulu?'
Royhan masuk, ia membawa bibit buah dari plastik, badannya terlihat sangat tinggi, seperti mencari cari seseorang, "eh Nyai haji, " ucapnya
"Antum nyari siapa?"
"Ustad Fian.. katanya ada di Ri'ayah tapi koq Ga ada yah, ada bibit strawberry dari pak Dharma segera ditanam dikebun pesantren" Ucap Roy yg memang dipercaya abah haji mengurus kebun pesantren setelah dilihat ia berhasil mengembangkan kebun ustad Fian hingga bisa melunasi hutang hutangnya.
'Ana ga ngeliat ustad Fian Roy, mungkin lagi ngeganti ustad yg lain ngajar"
Roy garuk garuk kepala, ia melihat berkas berkas yg semalam diseleseikan dirumah Dharma,
"Shelly kapan kesini Roy, dia harus kesini ngasih info pajaknya ke kita" ucap nyai haji
"Belum tahu Nyai haji, " Roy duduk dikursi sebrang" saya masih sering whassap kata dia nunggu urusan kantornya selesei, katanya bakal tinggal sama Teh Neneng nanti sementara sama Agus"
"Bagus bagus, harus secepatnya, kapan lagi ide kamu di eksekusi kalo legalnya belum beres beres"
"Siap Nyai "
"Sekarang nengsih.." panggil Nyai Haji... ".Nyai mau tanya, apa Kamu ga keteteran ngurus legal Guest House sama urus legal standing pembangunan pesantren?"
Nengsih tersenyum "Saya malah seneng banget ngebantu nyai sama Abah Haji, lagian tinggal ngetik2 koq Nyai, tambah ada Shelly yg bantu bantu, terus duitnya dapet gede deh.. hihihiiii" Ucap Nengsih tertawa ke Arah Roy.
"Ya udah, bulan ini Legal harus Selsei yah cantik, senin depan sudah mulai pembangunan asrama, antum tahu Roy, belakang kamar mandi santri ada pohon mangga, disitu kita bangun asrama"
Royhan ingat kebun itu pernah ia pakai ngobrol dan santai bersama para asatid membicarakan banyak hal tentang pesantren, "Ohh itu sih tempat nongkrong saya nyai, paling saya bersihkan dulu kebunnya nanti suruh orangnya Pak Dharma"
"Iya, Nyai tahu, itu tempatnya bapak bapak nge gosip, harus dibubarkan biar ga kaya ibu2" ucap Haji lagi
"Jadi untuk tahap pertama, asrama disitu, bangunan perpustakaan yg terbengkalai diteruskan, sama membuat fasilitas Haji Kecil"
"Maksud Nyai?"
"Kamu tahu anak anak Niha'i (kelas akhir) mendapat pengajaran manasik haji tiap tahun, Nyai mau nyediain fasilitas kabah kecil kecilan, shafa - marwah kecil kecilan, lengkap bersama ornamen ornamen, supaya mereka mudah dan lebih faham memahaminya, jadi untuk sementara 3 pembangunan itu dulu"
"Inshaallah Nyai Haji, saya buat R.A.B nya yah sekarang buat 3 pembangunan itu."
Roy yg baru tahu mengenai fasilitas haji itu kaget, ia sudah menyiapkan tim memang untuk membangun asrama dan perpustakaan pesantren, tapi untuk fasilitas ini, ia belum siap.
"Kalo gitu, Roy mau buat tim lagi buat fasilitas itu Nyai, Roy baru siap bila asrama dan perpustakaan, Ana harus buat tim lagi buat fasilitas haji, biar cepat dan tepat pengerjaannya",
"Tim dari para asatid apa dari luar? Tanya Nyai.
"Para asatid, buat asrama, ketuanya ustad Boim, untuk perpus, ketuanya ustad Juned, dan untuk asrama selanjutnya ustad Fian"
Nyai haji kaget mendengar nama ustad Juned, "Antum masukin nama ustad Juned buat perpus?"
"Iya Nyai"
"Hmmm.. kayaknya harus diganti Roy",
Gantian Roy yg kaget, Ada apa sama ustad Juned?, apa ada masalah, apa dia sudah tidak dipercaya lagi?,
"Ada masalah apa yah Nyai haji?"
Agak ragu bila ia harus memberi tahu ini, tapi mau tidak mau harus ia beri tahu, supaya ia cepat diganti dan cepat selesei perpus itu " Antum belum tahu yah, Nyai tahu nya dari Bunda Ayni sih.. sampe sekarang Nyai belum mau ngomong sama si Cantik (ustazah Ipah), soalnya dia belum bilang ke Nyai, Nyai mau biar dia bilang sendiri.. Kalo ustad Juned bakal dipercaya memimpin pondok pesantren dari tanah wakaf keluarganya, mau dipanggi supaya jadi Kyainya, Si Cantik baru bilang ke Bunda Ayni, tapi belum bilang Ke Nyai" Ucapnya sedikit merajuk.
Roy kaget bukan main, ustazah ipah tak pernah bilang apa2 tentang ini, mungkin ini kabar baru, dan Ustazah ipah belum mau bilang ke Keluarga mudir.
"Mungkin lagi cari waktu yg pas Nyai buat bilangnya, mungkin berat juga buat ustazah ipah bilang ke Nyai sama abah Haji"
Nyai haji terdiam, mungkin benar juga ucapan Roy, pasti berat juga bila ipah langsung bilang mendadak seperti itu. Mungkin benar, ia cari waktu untuk bicara hal yg serius seperti itu, "Iya bener Roy, tapi maksud Nyai bilang info ini, supaya antum secepatnya cari pengganti ustad Juned, supaya ga acak acakan kedepannya, seharusnya Nyai ga bilang ini dulu ke siapa siapa, antum juga Nengsih jangan bilang kesiapa siapa dulu mengenai info ini, biarkan Ustad Juned bila sudah waktunya pasti bilang ke kita"
"Inshaallah Nyai"
"Seharusnya abah haji sudah datang nih buat keliling pesantren dimana fasilitas haji itu dibangun, tapi belum datang, antum aja Roy ikut Nyai, supaya antum tahu dimana tempat fasilitas haji itu dibangun"perintah Nyai "biarin bibit strawberry itu disini dulu" perintahnya lagi.
"Klo gitu saya pulang dulu Nyai, mau revisi legal perencanaan yg salah" Ucap nengsih.
"Ya sudah, lancar cantiiik" ucap Nyai menyalami .
"Ihh.. Nyai mah ngeledek aja"
Begitulah Nyai Haji, satu sisi ia menjadi pemimpin, satu sisi juga ia menjadi teman yg sangat menyenangkan, ia adalah Nyawa Pesantren Awwabin yg paling dihormati. Nengsih pergi berjalan keluar Ke atas. Roy menyimpan bibit strawberry dikursi dekat gedung Ri'ayah dan pergi menyusul Nyai Haji.
Selama diperjalanan, Nyai beberapa Kali bercerita tentang rencanya merenovasi asrama asramanya, ada beberapa Kobong yg sudah lusuh namun Nyai tak berniat merubuhkannya, ia berniat merenovasinya nanti seiring berjalan. Ada beberapa fasilitas seperti lapangan badminton, lapangan basket, lapangan Bola beserta gubug gubuk kecil tempat belajar santri. Ada beberapa sign atau tanda pesantren seperti bacaan bacaan motivasi bacaan bacaan yg berasal dari kutipan orang2 yg berilmu, semua ia ceritakan sedetail mungkin rencana rencana kedepannya. Nyai haji begitu semangat dan kembali menemukan Ritmenya mengembangkan pesantren ini.
Roy tak bisa berbohong, selama berjalan dan melihat Nyai haji bercerita, Ia senang mencium wangi Tubuhnya. Perpaduan Jasmine dan Cherry, seperti wangi wanita kharismatik yg menyenangkan hidungnya. Juga suaranya yg serak serak basah menyenangkan untuk didengarkan, dan ia tidak bisa berbohong, Wajahnya Ranum, Matang dan sangat terlihat mulus dan berkilau. Wanita yg memang sering jadi fantasinya ini bukan wanita sembarangan.
Dia Berilmu, Ceria, Kharismatik, cerdas dan ambisius. Kyia Basri begitu beruntung memilikinya,
Tak bisa dibohongi juga, segala macam yg terjadi dipesantren ini adalah wilayah domainnya, wilayah karyanya, wilayah kuasanya, hampir 70 persen dari asrama, tata taman, tata site plan adalah hasil Karya Nyai Haji yg otodidak, ia hafal betul apa yg mesti dilakukan untuk pesantrennya.
Dimana, wanita yg tahu apa yg mesti dilakukan, cerdas dan ambisius selalu terlihat seksi dimata pria, wanita ini selalu menjadi para idola asatid dan santrinya.
Kadang saat Roy memikirkannya membuat ia konyol sendiri, istri Kyai ini bukan wanita sembarangan, ia membutuhkan Great deal, sesuatu yg besar, untuk mendapatkan perhatiannya, membuat Roy selalu bilang ke dirinya sendiri tiap ia mulai memikirkannya, "Ngehayal nya jauh Lu Roy" ucap Hatinya sambil tertawa.
"Kenapa ketawa?" Tanya Nyai Haji ditengah tengah penjelasannya tentang rencana pesantren.
"Ngga Nyai haji, maaf, inget kelakuan anak santri joget joget kemarin di lapangan badminton" Ucap Roy berkilah, entah santri siapa yg joget.
Nyai Haji memandangnya bingung, kayaknya bukan nih pikirnya. Sayang ia tak bisa mukasyafahnya pikirannya, meski sedikit demi sedikit sudah menguasai, jangankan ia, suaminya pun tak bisa membacanya.
"Nah, ini Roy " ucap Nyai haji menunjuk ada beberapa anak santri Nihai sedang belajar manasik haji. Letaknya lumayan jauh dari gedung Riayah lebih tepatnya didepan gedung perpustakaan yg sebentar lagi disempurnakan.
Anak anak Nihai itu memakai pakaian ihrom, supaya benar benar paham dan merasakan seperti apa Manasik haji dan umroh itu saat mereka besar nanti. Berbondong bondong mengitari kadus kotak seakan akan itu Kabahnya.
"Disini Roy , miniatur kabahnya ditengah tengah sini, miniatur shafa - marwah disebelah kanannya, dan miniatur miniatur lengkap lainnya, dan kalo ini udah jadi Roy, bukan cuma kita memakai, tapi orang2 lain juga bisa menyewa tempat kita" ucap Nyai haji mengambil satu kain ihram yg ia jadikan selendang punggungnya, ia terlihat cantik karena memakai gamis putih di sertai selendang kain ihrom itu mempercantik penampilannya. Ia menyapa ustad yg mengajar manasik haji, dan meminta izin menyimpan kain ihram itu.
Sambil melihat santri nihai itu melakukan manasik hajinya, Nyai haji membawa selendang kain ihram itu menuju perpustakaan yg belum jadi didepannya, ia pegang kedua ujung kain ihram itu denan kedua tangannya yg kiri dan tangan sebagai selendang punggungnya. Roy mengikutinya dari belakang.
"Perpustakaan ini sudah satu tahun terbengkalai Roy" ucapnya berjalan menuju dalam gedung perpus itu, suara manasik haji para santri terdengar, "Nyai haji sempat putus harapan saat perpus ini belum diseleseikan" ucapnya, kemudian ia membalikan badannya, "Semua karena ide kamu Roy " ucapnya tersenyum ke arah Roy melihat kebelakang, saat menengok kebelakang, Kain ihram itu tak sengaja turun dari punggung ke bagian pantatnya, "Nyai haji harus berterima kasih sama antum" Ucapnya masih tersenyum dan melihat kain Ihram itu menggencet pantatnya,
Tunggu dulu.. Ucap Roy..
Ada yg salah dari gamis Bu itu, selama ini Nyai selalu memakai Gamis yg lebar, sangat lebar, mungkin menutupi aurat tonggengan bujurnya dari pria yg bukan mahramnya, menjaga pandangan, tapi saat Kain ihram itu tak sengaja turun kebawah, tercetak jelas gede pantatnya seperti apa..
Holy testicle Tuesday...
Tebal, montok, Gede,... The best ass ever.. paling Gede di antara para ustazah yg dilihatnya, Shit
Kain ihram itu masih menggencet gamisnya dibagian belakang, "Roy cuma mau melakukan yg terbaik buat pesantren ustazah" Ucap Roy menjawab ucapan terimaksih nya
Lagi ia tersenyum, ada nada kagum yg ia tangkap dari ucapan rumah sakit itu, apa Nyai haji tahu, bila Mantan santri ini bisa lebih jelas melihat cetakan pantatnya.. Gede banget.
"Tapi tetep Nyai haji mau ucapin terima kasih sama antum" ucap nya "Antum udah bisa ngebuktiin dipplesantren ini" ucapnya lagi pelan, masih menggencet Bujurnya yg Gede itu, Roy bisa membayangkan bila Gamis itu diangkat seperti apa bentuk Gedenya

Ohh Nyai Haji, Gede banget Bujurnya, ucapnya tak sengaja meremas kontolnya sebentar, melihat gencetan kain Ihram itu.