Chapter 6
Man Of The House ( Part 1 )

Tak terasa, Sudah 10 Hari Roy tinggal dipesantren ini. Ia sudah tidak canggung lagi dirumah pak ustad, ia juga semakin dekat dan akrab dengan ayni.
Semua terasa damai, terasa nyama karena diluar dugaan, Roy bisa membuktikan untuk berubah. Ia menjadi pemuda yg diandalkan dirumah ustad Fian. Segala macam pekerjaan yg biasanya dikerjakan oleh ustad, bisa dikerjakan olehnya. Ustazah pun mulai senang dengan sikapnya selama disini.
Bahkan pekerjaan yg tidak bisa dikerjakan ustad dengan mudah dikerjakan olehnya.
Common handy.. Begitulah mungkin sebutan yg tepat, ia visa di andalkan.
Diluar dugaan, Roy juga ternyata serba bisa. Semenjak lukanya sudah pulih,
sudah banyak kegiatan pesantren yg sudah dia ikuti bahkan dia bantu.
Dia ingin membuktikan, bahwa anak yg dulu di usir, sekarang bisa menatap bangga ditempat ini. Memang Roy juga sudah tekad bulat ingin mencari ketenangan disini. Semalam ayahnya menelepon menanyakan keadaannya, iya bilang "disini Roy sudah tenang dad, Bisa atur emosi ga kaya dulu dikit dikit emosi".
Ayahnya bangga mendengar kabar anaknya itu. Bahkan karena menguasai seni bela diri campuran yg bernama MMA, Roy ikut nibrung dipadepokan silat dipesantren itu. Ia menjadi suhu dadakan karena memang mengerti cara melumpuhkan lawan.
Dipesantren juga Roy sudah banyak kenal dan dekat dengan para ustad dan ustazah disana. Ia memang supel, mudah bergaul bahkan ketika diluar sana.
Suasana pesantren sore menjelang magrib itu sangat ramai, ratusan santri dan santriwati berduyun duyun pergi ke surau yg terletak di depan pesantren. Kebetulan ustaz Fian yg akan mengajarkan pengajian Rutin malam jumat setelah magrib nanti. Roy hendak pergi ke gerbang untuk ikut kegiatan itu,
" Roy.." panggil suara wanita yg menyetopnya saat hendak melewati pipir rumah, ustazah ayni,
"Habis magrib, kamu bisa ga pasang lampu rumah belakang,"
"Kenapa ustazah?"
"Lampunya Mati, truuss..." agak ragu ustazah membicarakannya" Abi ga nyampe jangkauan tangannya, padahal udah pake kursi, udah pake bantal pula, tapi ga nyampe,. Hihiii.. tolong yah kamu kan tinggi, ustazah mau tolong siapa lagi, kamu kan serba bisa hehee"
"Bisa aja ustazah"
"Jangan geer"
"Hehee"..
" jangan lupa yaaah ba"da magrib, ustazah ga nyaman kalo gelap gelapan" pintanya dengan manja.
Yah, Roy memang Sudah biasa akhir2 ini mengerjakan pekerjaan yg tidak dikerjakan suaminya. Kemarin Roy memperbaiki air pompa belakang, karena suaminya tidak mengerti sama sekali. Ia cuma ingin berterima kasih karena paj ustad sudah mau menyembunyikan kriminal sepertinya.
"Beres ustazah..."
"Makasih".. Ucapnya sambil senyum.
Ustazah bangga dengan pemuda itu, beda dulu beda sekarang, Ayni sudah memakai Mukena putihnya untuk magriban, Roy melambaikan tangan meninggalkannya untuk menuju Gerbang.
Dijalan Roy agak sedikit linu saat mengingat ustazah ayni menyebut suaminya tak teejangkau tangannya. suaminya memang lebih pendek Dari Roy, membayangkan ustazah berbicaya seperti itu, penisnya malah mulai mengembang.
Solar magrib berjamaah dimulai, Ramai riuh ratusan santri dengan segala macam kegiatannya di surau. Roy merasa senang dengan suasana seperti ini, teringat masa kecilnya sewaktu nyantri kesini. Masa nakalnya, canda tawanya disini.
Seusai solat magrib berjamaah, Roy melihat Ustad Fian terlihat lebih murung dari biasanya.
Ia memang menjadi imam di masjid itu, namun ia seperti terbebani masalah. Mungkin biasa karena dialah yg dipercaya dipesantren saat Kyai Basri keluar munggah haji bersama nyi Lailah, mungkin tekanan itu yg membuatnya murung sore itu.
Itu bukan beban biasa. Itu seperti beban pribadi. Selama sepuluh hari ini Roy memang menangkap ada beban yg disembunyikan oleh ustad Fian, entah apa itu, Roy belum yakin. Terlihat dari cara mengajar ngajinya sehabis magrib ini, ia terlihat kurang bersemangat. Malam ini seperti puncak resah yg selalu ia sembunyikan.
Namun, feeling Roy ternyata benar, ketika hendak mengaji setelah magrib itu, terdengar teriakan dari luar pesantren,
sontak membuat para santri terbangun dari lantai suraunya. Roy kaget, Ramai Riuh suara santri terdengar dimana mana setelah mendengar teriakan itu. Sampai2 Roy menghampiri ustad Boim yg sedang berdiri dipintu masjid,
"Mata eta pangurus pasantren, aing aya urusan!!!! (Mana itu pengurus pesantren saya mau ada urusan sekarang!!!)" teriak orang itu.
"Loh, siapa itu ustad?" tanya Roy ke ustad Boim setelah menghampirinya.
"Orang yg punya urusan sama ustad Fian" Jawab ustad Boim.
Dia melihat ustad Fian sedikit pucat berjalan hendak menghampiri orang itu, ia ditemani ustad Boim yg datang menghampiri, juga ustad azis, orang2 itu terdiri dari lima orang dan mereka membawa golok semua.
Awalnya,
Roy ingin menghampiri ikut berurusan, namun ditahan oleh ustad Fian,
'Kamu jangan ikutan, kamu emosian, saya ga mau mancing kamu, kamu pulang temani ustazah, nanti saya ceritakan" ucap ustad Fian.
Nampaknya ini masalah serius,
namun Ustad Fian tidak ingin Muridnya kepancing emosinya, takut takut dia malah menntang orang itu berkelahi. Hal seperti ini harus dihadapi dengan kepala dingin pikir ustad Fian.
Ia juga tidak ingin merusak kedamaian Roy yg sudah ia dapatkan dipesantren ini.
Ia tidak ingin Roy ikut campur masalah ini. Ketika menghampiri mereka, ustad Boim mengajak kelima orang itu ke loby pesantren. Untuk berbicara dngan hati yg sejuk.
Roy harus pulang ke atas sekarang juga, disamping janji dengan ustazah, ia juga ingin tau lebih awal dari permasalahan yg menimpa ustad Fian itu.
Diperjalanan, Roy melihat ustazah sudah pulang dari surau putri, ia juga sudah sampai didepan rumah, dari kejauhan ini Roy sudah bisa melihatnya. Nampaknya dia juga pulang sehabis mengajar kitab.
Surau putri terpisah dengan surau putra, otomatis ustazah tidak tau tentang kejadian tadi. Ia tak ingin memberitahukannya dulu, ia tak ingin membuatnya panik.
"Cepet juga kamu pulangnya, udah beres ?"
"Udah langsung kesini kan inget ustazah"
Ustazah tersenyum
"Salin dulu, lampunya didalam". Perintahnya lagi.
ustazah menyimpan sendalnya dirak sambil menenteng kitab berwarna hijau itu, Roy beranjak masuk kedalam ke samping Rumahnya untuk mengganti bajunya, namun ia tak ingin mengganti sarungnya, ia ingin bersantai.
Memang jarak antara magrib ke isya hanya sebentar, bila ikut kegiatan pesantren biasanya tidak terasa. Roy suka malas pulang kerumah bila sehabis magrib seperti ini, ia biasanya ikut pengajian dibawah, hanya saja karena ada kejadian tadi, juga dia ingat dengan tugas ustazah untuk memasang lampu belakang rumahnya, Roy memilih santai dengan sarungan disini.
Memang akhir2 ini Roy yg mengurus pekerjaan Rumah, ia lelaki yg bisa di andalkan, termasuk memasang lampu belakang ini, ustazah meminta tolong kepadanya, bukan ke suaminya.
Ia masuk ke dalam Rumah, sambil memanggil ustazah menanyakan lampu..
" Ada dilemari Belakang" ucap ustazah dari dalam kamar. "Warna bungkusnya hijau di sebelah tengah lemari" ucapnya lagi.
Roy kebelakang melihat ke tengah lemari belakang ini. Ia melihat dua lampu putih dengan merk yg sudah dikenal banyak orang. Ia ambil lampu itu ia persiapkan kursi untuk naik.
Ustazah keluar kamar, ia sudah membuka mukenanya, ia memakai stelan kelalawar khas arab berwarna ungu, namun kali ini, ia melepas jilbabnya, baru kali ini Roy melihat ustazah tanpa jilbab, rambutnya lurus sebahu,
oh sungguh cantik dilihat,
lehernya amat putih mulus, karena model kelalawar seperti itu biasanya kerahnya agak rendah kebawah, pandangan leher putih itu sedikit menggunung di sekitar payudara montoknya.
"Astagfirullahalazim, aku lupa kerudungan, sebentar " ucapnya sambil tertawa kecil.
Mungkin karena biasa dirumah santai seperti itu, ia lupa memakai jilbabnya,
Setidaknya.. Entah ia lupa, atau pura2 lupa, pandangan sekilas itu membuat Roy tahu lehernya putih mulusnya, juga rambut sebahunya, dengan penampilan tadi istri ustad itu terlihat semakin full semoknya.
Meski sedikit berdiri penisnya, Roy tetap naik ke atas kursi, ustazah sudah keluar lagi dari kamarnya dengan jilbab birunya,
Ia melihatnya sambil meraih mangkuk lampu di atas "Kamu santai banget" ucap ustazah yg melihatnya sarungan itu,
"Kan niat ga da kegiatan lagi ustazah"
Tangannya meraih mangkuk lampu dan memasukan lampu itu dan memutarnya,
"Tuhh kan, kamu tinggi" ucap ustazah senang, ia melihat dari bawah, tangannya yg berotot itu menjangkau mangkuk lampu dan memutarnya "klik"
Lampu itu sudah terpasang dan nyala.
"Untung kamu tinggi" ucap ustazah lagi.
"Seneng punya lelaki yg bisa di andelin" ucapnya sambil melihatnya turun dari kursi. "Pak ustad ga bisa diandelin kadang"
Ah Lagi Roy merasa linu mendengar ucapannya itu, ia lebih di andalkan dari suaminya,
"Makasih ustazah"
" Tapi aku ga enak ngerepotin kamu, makasih udah banyak ngerjain yg ga bisa dikerjain pak ustad".
Meski kembali sedikit linu mendengar ucapannya itu, Roy tetap tersentum "Yang makasih itu aku harusnya ustazah, udah nyembunyiin orang kriminal kaya saya",
" Emang kamu masih bandel ?" tanya ustazah dengan gayanya, pertanyaan itu seperti tantangan, ia memperhatikan baju kelalawar ustazah, juga hijab kepalanya yg sudah menutupi leher putih itu,
"Masih koq ustazah"
"Masa sih.. Awas kalo lagi ?"
Roy melihat kebawah,
Kaget ia melihat belahan kaki dibaju kelalawarnya...
Belahan itu memanjang sampai ke pahanya, memang kecil belahan itu, namun terlihat kulit putih bersih mengintip diantara belahan kecil itu,
Damn,
Ustazah tidak sadar dengan bajunya itu, Roy yakin seratus persen ustazah tidak sadar.
"Pokoknya, kalo ada pekerjaan yg ga bisa dilakuin ustad, saya siap "
ucap Roy, sambil melirik ke belahan kaki itu.
" Banyak..",Ucap ustazah,
"Banyak apa ustazah?
" Banyak yg ga bisa dilakuin pak ustad",
" Hmmm.."
Apa termasuk menghamili, ucap Roy gila dalam hati..
"Tinggal suruh saya aja ustazah"
Ustazah kembali mencium aroma laki lakinya dari jarak sini "seneng ada lelaki bisa di andelin" ucapnya lagi,
Sarung Roy sudah membuat tenda, terutama ketika ustazah bilang, banyak yg ga bisa dilakukan suaminya.
Ustazah tidak yakin ada yg membuat tenda yg terlihat memanjang dari sarung itu, apa itu? Tidak mungkin kalo itu.. Oh !!
Sebelum ustazah terlalu sadar, Roy membalikan badannya untuk bisa duduk di sini, ia berharap ustazah tidak melihatnya, ia berharap agar ustazah tak menilainya macam2, tapi nampaknya ia masih tak sadar dengan belahan itu.
"Pak ustad belum pulang ngaji ?" tanya ustazah,
Kebetulan,
Roy baru ingat tentang kejadian ba'da magrib tadi didekat surau putra tadi, dengan pelab pelan dan santai Roy menceritakan kejadian tadi satu persatu, ia tidak ingin ustazah panik dengan kejadian tadi,
Roy menceritakan tentang lima orang yg membawa golok itu, ustazah langsung ikut duduk karena kaget mendengarnya.
", aduhh aku jadi was was, kenapa kamu ga bilang dari tadi"
"Roy ga mau bikin ustazah khawatir, Roy mau bantu tapi dilarang ustad, ya sudah Roy kesini ga mau bikin ustazah khawatir"_
" Pasti itu si darma" ucap ustazah.
"Siapa",
" hufff.." sambil menarik nafas "Juragan Dharma" ustazah ayni terlihat sedikit berat untuk cerita..
"Dua tahun lalu, Ekonomi kita sedang sulit, pak ustad terpaksa mencari tambahan dengan meminjam lahan untuk dia garap agar dijadikan sawah dan kacang2an untuk tambah tmbahan ekonomi, kami juga ga mesti beli beras lagi bila menyewa lahan itu"
"Terus ?"
"Sayangnya lahan itu milik juragan darma, ustazah sudah bilang jangan suka berurusan dengan orang seperti dharma, bisa ditipu, ternyata benar, tiap tahun dia naikan harga sewa , padahal awalnya kita bisa membayar murah, sekarang sudah lima kali lipat dari kesepakatan awal",
" Kenapa ga berhenti aja sewanya ustazah",
"Itu dia, Guru kamu terlalu percaya sama orang, dengan bodohnya main tanda tangan kontrak lima tahunan tanpa membacanya, dikontrak itu ada imbauan kalo ia harus menyetujui harga sewa lahan yg naik tiap tahun, akibatnya, ekonomi kami makin sulit, hasil kebun tidak bisa membayar sewa, cukup untuk sehari hari, hutang main menumpuk, akibatnya pak ustad sering diancam akhir akhir ini oleh dharma,"
"Kontrak lima tahun ustazah?",
" iyah",
Aduh pantas pak ustad terlihat stress, kenapa dengan bodohya percaya begitu saja akhirnya pelik seperti ini.
Pantas lima orang tdi sangat marah, ternyata masalah hutang,
"Pak ustad ga mau bikin malu pesantren karena masalah ini, mau ga mau pasti orang itu langsung menunjuk pesantren yg salah, karena pak ustad paling senior disini. Padahal yg sewa pribadi ustad sendiri, dia juga tidak mau meminjam uang pesantren, sudah banyak merepotkan, termasuk Rumah ini dihadiahkan oleh pesantren, mangkanya ia sewa lahan milik pak dharma untuk digarap, tapi acak2an.. cukup untuk sehari hari akibatnya hutang sewa tidak dibayar"
"Tapi bukan berarti darma harus marah2 ke pesantren seperti itu kan ustazah ?",
" Biarin lah, dia emang dikenal jagoan dikampung ini".
"Aku ga takut" Ucap Roy santai
Di awal ustazah sudah tau kalo Roy pemberani dan tipe lelaki yg melindungi, ia ingat bayangan tentang seandainya maling yg datang dirumahnya itu, dia tetap merasa aman.
"Sebenarnya, Dharma sering mengancam pak ustad, bila tidak segera melunaskan sewa lahannya, aku takut yg kena pesantren".
'Ustazah ga usah takut, biar saya ngurus semuanya"
"Awas loh Roy kamu jangan menemui pak dharma nantang berkelahi".
" Ngga, pokonya ustazah duduk manis, swmua pasti beres kalo saya yg urus masalah ini, ustazah ga bakal khawatir lagi" Ucap Roy.
"Gimana caranya ?",
Roy yg memang berotak encer itu punya satu dua ide dibenaknya untuk meningkatkan ekonomi keluarga ini
" Gini aja ustazah, besok aku mau lihat lahannya dulu dimana dan seperti apa, aku mau ngebantu pak ustad nyelesain masalah ini".
Agak lega ayni dengan pernyataan pemuda ini ..
Lagi lagi ayni merasa aman, ia senang dengan pemuda yg serba bisa ini...
Besok ikut aja ke sana siang", ucap ustazah, ia memang berharap Roy bisa meringankan bebannya selama ini, atau setidaknya, keluar dari keterpurukan ini.
"Nanti kamu liat, disana ada sawah satu petak dan kebun daratnya juga..." ustazah menghentikan omongannya sejenak sambil melihat kebawa, ia baru sadar, belahan kaki di baju kelalawarnya ini terbuka" Astagfirullahalazim" ucap Ustazah beristigfar, ia kaget, terutama belahan kakinya mengekspos kulit putih mulusnya, ia melihat Roy dan merasa malu sambil buru2 nyelonong kekamar.
"Astagfirullah... Astagfirullah ... Astagfirullah.." ucap ustazah bertubi tubi sambil jalan ke kamarnya,
Namun anehnya..
Sambil berjalan itu dia membuka menutup, membuka menutup , membuka nenutup kembali secara singkat belahan itu sampai benar benar pernah terlihat paha mulusnya, putih mulus membahagiakan mata, ucap Roy dalam hati. bokongnya yg semok itu bergerak ke kiri dan ke kanan saat ia berjalan kekamar, ah Shit.
Roy pergi ke kamarnya, ia memegang kontol ngacengnya mengingat bayangan leher putih mulus dan paha mulus istri ustad Fian itu, ia pegang kontol ngacengnya ia remas - remas.
_-______
Malam sudah semakin dingin...
Roy sudah bersantai dikamarnya. Begitu pula dengan ustazah..
Setelah cerita dan kejadian tadi, pak ustad terdengar baru datang memasuki rumah, tadinya Roy ingin menemuinya, namun ia sudah tahu permasalahnnya, ia tak mau mengganggu suami ustazah ayni itu untuk beristirahat.
Roy memutuskan untuk berbicara dengannya besok dan membantunya, yg jelas Roy tak merasa takut sama sekali melihat lima orang membawa golok tadi, Roy biasa berhadapan dengan tujuh orang membawa pedang sekalipun, ia mantan pelaku tawuran, perkelahian sudah menjadi bagian hidupnya, hal itu dampak positifnya adalah Roy tak oeenah punya rasa takut sedikit pun,
"Aku akan membantu ustad besok" pikir Roy dari kamarnya itu.
Sementara ustazah ayni...
Ia sedang santai didalam kamarnya..
Ia sedang bersolek untuk menyambut suaminya, ia ingin menghibur suaminya yg pasti sedang stress karena memikirkan utang. disamping itu juga,
Ini adalah malam jumat...
Sudah lama ustazah ayni tak disentuh oleh suaminya. Ia ingin suaminya bisa melepas lelah dari masalah itu. Ustazah ingin bercinta dengan suaminya malam ini, malam jumat, pikir ustazah, malam untuk sunahan, ia kadang suka tertawa sendiri bila mengingat istilah itu.
Ia juga merasa tenang kalo Roy akan membuat semuanya baik baik saja dari masalah ini. Ia ingin mengeluarkan ustazah dan pak ustad dari beban ini.
Roy.. pemuda kekar tadi memang memperhatikan lekuk tubuhnya, ia merasa malu bila melihat baju kelalawar yg sudah dilepasnya ini.
Ia menutup wajahnya bila ingat, menutup wajah sambil tersenyum, sudah tentu pemuda itu melihat paha istri gurunya, meski tak sengaja, itu seperti bonus untuk Roy,
Saat ini, ustazah ayni memakai pakaian yg sangat seksi terbuka,
Ia memakai tangtop kecil belang hitam putih memamerkan payudara montoknya yg putih bersih, juga hanya memakai celana dalam pink yg mungil di pantat gedenya, ustazah seperti wanita umur 20 tahunan yg seksi. ia ingin memancing gairah suaminya yg akhir akhir ini jarang menyentuhnya,
Ustad Fian masuk, ia terkejut dengan penampilan seksi istrinya, namun seperti biasa, ia seperti orang yg hilang selera, uszazah sedikit kecewa, padahal ia sudah seseksi itu. Mungkin karena dilanda stress berkepanjangan pak ustad seperti orang yg kurang bergairah.
Pak ustad sendiri tau bila istrinya berpenampilan seperti itu berarti ingin bercinta, ia juga tau sudah lama tak menyentuh istrinya. sejenak pusingnya hilang melihat istrinya berpakaian seksi seperti itu.
Ia duduk sambil membuka kokoknya dan mulai bercerita, ustazah pun memberitahunya bahwa Roy sudah tau perihal masalah ini dan ia hendak membantunya, tentu pak ustad tenang mendengar kabar ini, tapi tetap ia tak mau merepotkan muridnya itu.
Ia juga tidak mau muridnya yg sudah tenang itu terganggu kembali tingkat emosionalnya, itulah alasannya kenapa tadi pak ustad tak mengajaknya menemui lima orang tadi , bila melihat gurunya ini digentak gentak orang, bisa berabe urusannya, ia tau muridnya itu temprament.
Setelah lama mengobrol... ustazah mulai memancing,
"sudah abi jangan stress" ucap istrinya, sambil tiduran ia menggesek gesek kaki suaminya yg memakai sarung itu, tangannya menyentuh dadanya yg telanjang setelah buka kokok tadi, dan mulai mencium pipinya, dari dada tangannya menjalar berjalan menuju sarung dan masuk kedalam sarung itu untuk meremas juniornya.
Hmm.. Masih lembek,
pak ustad mulai bergairah, ia cium bibir istrinya lagi dan lagi sampai kedua bibirnya basah, ia mmbuka tali tangtop istrinya yg kecil itu kesamping mengeluarkan paydaranya yg besar tumpah , "ohh ummi kaya ga ada cacat" ucap ustad saat melihat payudara putih mulus itu tanpa ada goresan sedikitpun, ustazah sering tertawa bila tiap mendengar suaminya berucap seperti itu. Pak ustad memang senang dengan payudara istrinya, ustazah hanya cekikikan saat merasakan diserobot bibir suaminya ke arah puting itu, sampai ia mendesis "aduhh shhhh aduhh"
Clop clop srooot"suara mulut Fian menyerobot putingnya itu.
Ustzah tetap menggenggam juniornya yg sudah sedikit tegang, berukuran sekiatar 13 centi, ia kocok - kocok, sambil merasakan mulut suaminya menyerobot payudaranya terus menerus, sampai ia melepasnya, dan berdiri disammping kasur melepas sarungnya
" sini umi sini," ucapnya menyuruh istrinya mengangkang dipinggir kasur yg tinggi itu, agar mudah pak ustad melakukan penetrasi sambil berdiri.
Ustazah segera membuka celana dalam kecilnya, karena bila agak lama sedikit saja, biasanya penis pak ustad langsung melemas, entah kenapa ia tak mempertahankan ereksinya, mangkanya ustzah buru2 memasang posisi terlentang dipinggir kasur dengan memasang posisi mengangkang,
pak ustad meludahi vagina istrinya yg tembem berbulu itu. agar mudah melakukan penetrasi,
Ia kocok2 juniornya terlebih dahulu, ia masukkan, ahh tidakk, ucap pak ustad, penisnya melemah, ia coba lagi, ternyata letoy melembek,
susah lagi, susah lagi saat ia ingin melakukan penetrasi itu,"padahal tdi udah kenceng, sekarang lemes" ucap pak ustad, ustazah sedikit kecewa, padahal mesinnya baru mulai bergairah, ustazah tidak tau mungkin terlalu lama ia membuka celana dalamnya tadi, perasaan sudah secepat kilat ia membukanya, kenapa ereksi suaminya tidak maksimal,
Namun pak ustad terus menerus membasahi vagina itu dengan meludahinya bertubi tubi, karena sudah terlalu basah, akhirnya bisa masuk, penis yg sudah lembek itu
mungkin hanya sekitar 7-8 centi saja yg karena tidak bisa mempertahankan ereksinya, sampai2 ustazah bertanya, "masuk ga sih ini?" ucap ustazah sambil tertawa karena tak terasa,
"Masuk umi, nanti kencang didalam" ucap
Pak ustad.
Ia mulai memompa memaksakan penis kurang kencang itu ke vagina tembem milik istrinya itu, ustazah menggoyangkan maju mundur, agar penisnya kencang didalam, agar ia bisa lebih merasakan nikmat.
Sedikit demi sedikit penis itu memang mulai membesar didalam, namun tak sampai tiga detik, penis itu mulai melemas lagi, lagi dan lagi , sampai terdengar lenguhan panjangnya tanda ia orgasme, aahhh ,
Ustazah sedikit kecewa, ia sudah selesai, sedangkan aku belum apa2, pikir ustazah, namun ia tak mau menyakiti suaminya, ia tersenyum sambil ikut melenguh pula, pak ustad mencabut penisnya dan tiduran disampingnya, padahal baru sebentar, tapi ia sudah seperti orang kecapean,
Ustazah , merapihkan tubuh semok montoknya itu, dengan menarik tali tanktopnya dan memakai cangcut pinknya, sering ia merasakan tanggung seperti ini, ia memegang lehernya dan mengusap paha mulusnya, pak ustad benar benar menyia nyiakan tubuh seksinya.
"Nikmat banget mii" ucap pak ustad,
"Tapi aku tanggung" ucap ustazah dalam hati
"Iya bii" ucap ustazah keras. Kadang ia ingin memeriksa kesehatan suaminya.
Tiba tiba ada suara keras seperti benda jatuh ke atas genteng, Blughh",
"Apa itu?" tanya ustazah kaget, pak ustad bangun sejenak namun ia tak bangun dari kasur, tidur kembali, ia terlalu malas untuk turun dari kasur, "Abi, periksa" ucap ustazah
"Paling dahan pohon belakang jatuh lagi" ucap suaminya malas bangun, istrinya mulai kesal dengan suaminya, ia tak mau bangun, "Masa saya harus nyuruh Roy bi buat meriksa, itu kn kerjaannya abi"
"Abi ga bisa naik ke atas mii"
Benar Kata Roy tadi, dia bisa mengerjakan banyak pekerjaan yg GA bisa dilakuin oleh suaminya.
Ustazah berdiri, merapihkan Tanktop belang hitam putihnya, dan celana dalam pinknya yg sudah dipakainya itu, ia terlihat seksi. ia ingin melihat keadaan sekitar dengan membuka Gorden,
Sebweumnya ia mengintip intip keluar, saat membuka, tak ada siap siapa sisana, kemudian ia membuka lebih lebar gordennya...
Kreeekkk...
Masih terlihat sepi, namun ketika melihat ke arah samping, ia kaget melihat Roy berdiri melihat dirinya ke arah jendela ini, tempat dirinya berdiri, Roy melihat putih bersihnya payudara montok milik istri ustad Fian itu dibalut tangtop belang hitam putih yg mungil.
Dia juga melihat memek tembemnya dicelana dalam pink yg kecil itu, ah shit,
Roy refleks memegang Kontolnya, ustazah menutup gordennya perlahan, dengan posisi badan menyamping, bokong besar itu terlihat oleh pemuda kekar itu.
Roy tak percaya melihat tubuh setengah telanjang ustazah, begitu pula ustazah, ia sama penasarnnya mendengar suara blugh yg tadi jatuh, sehingga sama2 ingin melihatnya,
ustazah menutup wajahnya dikasur, malu tubuh setengah telanjangnya dlihat pria kekar itu, apa ia akan cerita ke suaminya, bila tubuh stengah telanjang istrinya ini dilihat lelaki gagah itu.
Uatazah tak tahu bagaimana bila bertemu dengan Roy besok, namun bayangan dia meremas batang dibalik sarung itu jelas terlihat, .. Panjang.
Ustazah menggigit jarinya sambil tidur.
Sementara Roy masuk kamar ia langsung mengocok ngocok kontolnya membayangkan tubuh setengah telanjang ustazah ayni tadi, istri ustad itu ternyata tembem memeknya, ia muncrat bertubi tubi malam itu.
_----_____