Chapter 7
Man Of The House (Part 2 )

Setelah kejadian malam ITU..,
besoknya Roy bangun seperti biasa, Ia bertemu dengan Ustad Fian dan merasa tidak enak bila ingat kejadian semalam.
Kenapa hal hal yg indah selalu singkat sih, ucap Roy dalam hati, walau sebenarnya ia merasa bersalah bertemu pak ustad pagi ini.
Ketika bertemu ustazah pagi itu, tak ada satu kata pun yg terlontar mengenai kejadian semalam, ia hanya komentar,
"Makasih udah meriksa bunyi yg semalam"
Roy baru menjawab iya, tapi ustazah langsung pergi meninggalkannya, mungkin ustazah tak mau Membicarakannya. Ia hanya menganggap kecelakaan kecil, semua menganggap bahwa kejadian itu hanya ketidaksengajaan,
Mereka hanya bersikap seakan akan tidak terjadi apa apa semalam. Padahal Roy menuncratkan laharnya tiga kali membayangkan seksi ustazahnya.
Ustazah mengajar pagi itu disusul dengan pak ustad. Roy membersihkan atap rumah dari suara semalam yg ternyata suara buah kelapa yg terjatuh dari atas menimpa genteng rumah ini.
Roy juga merasa bersalah dengan kejadian semalam, ia hilangkan pikiran itu dengan ikut kegiatan bulis (pendidikan menjaga) digerbang pesantren itu.
Siangnya....
Roy Berangkat menuju lahan yg disewa ustad Fian,
Setelah sampai sana dan melihat lihat, memang lahannya tidak terlalu besar. Mungkin hanya sekitar 2000 meter, terdiri dari sepetak sawah dan perkebunan darat, setelah ditanya harga sewanya, ternyata sebulannya sudah sampai 5 juta.
Pantas pak ustad tak mungkin bisa membayar dengan lahan sewa yg sekecil ini. Padahal menurut pengalaman Roy, betapa banyak orang yg main asal serobot tanah orang diserobot lahannya tanpa izin, digarap tanpa izin bahkan hasil garapannya tak pernah dibagi dengan orang yg punya tanah. Daddy nya punya banyak sawah, tapi tetap saja beras ia harus beli.
Dasar Pak ustad yg terlalu jujur, juga terlalu percaya dengan orang.
"Ini sih pemerasan ustad" ucap Roy..
"Justru itu awalnya dia bilang hanya dua juta Roy sebulannya, tapi dasar pak dharma, mentang2 ingin untung besar dengan alasan harga tanah naik, ia naikan sewanya sesuka hatinya, dulu tahun pertama masih sanggup ustad bayar, tapi makin tahun makin naik saya ga sanggup bayar, hasi hasilan juga cukup buat sehari hari, akhirnya saya numpuk hutang ke dia ".
" kenapa ga dibatalin aja ustad sewanya"
"Saya sudah terikat kontrak Roy selama lima tahun, tapi dasar saya tidak teliti, dikontrak itu ada himbauan harus siap membayar sesuai dengan harga tanah setiap tahun yg memang pasti naik, saya bisa dituntut kalo melanggar".
Ceritanya percis sebagaimana yg diceritakan ustazah, sudah lima bulan pak ustad menunggak lahan yg disewanya ini..
Pelik juga masalah ini...
pikir Roy...
Hal yg pertama mau tidak mau yg harus dia lakukan adalah membantu pak ustad membayar hutang hutangnya terlebih dahulu, karena ia sudah terikat kontrak, dan itu bermuatan hukum.
Roy memang punya sedikit simpanan uang di tabungannya, tentu pak ustad tak mungkin mengizinkannya bila beban hutangnya itu ditanggung dirinya.
Namun.. Bukan Roy bila tak ada ide. Roy memang bukan orang yg menguasai usaha dibidang agribisnis. Namun Darah memang sangat kuat. Artinya, ayahnya adalah seorang pengusaha, darah ITU sudah mengalir bersama Roy.
Sebetulnya, kacang Tanah adalah bisnis yg menjanjikan. Dengan luas darat yg disewa pak ustad ini, bisa menghasilkan gunungan kacang tanah. Dan pada dasarnya, banyak orang yg membutuhkan kacang tanah untuk kebutuhan dirumah, di tempat kuliner dan restoran. Hanya saja pak ustad kurang bisa memasarkannya.
"Pak ustad ngejualnya kemana? "
"Ke pasar"
",Hanya ke pasar ?"
"Iya disana saya kenal dengan pedagang kacangnya langsung",
" Bukannya disana banyak tempat kuliner, tempat makan pak ustad"
"Saya ga kenal",
" padahal kalo pak ustad mau, dan bisa ngejual ke mereka untungnya bisa lebih besar pak ustad".
"Maunya sih, tapi saya ga bisa memasarkannya",
Roy mencabut salah satu pohon kacang yg ada di kebun itu, terlihat ia membersihkan dan melihat jenis kacang itu,
" Wah, ini kacang yg bangus pak ustad, banyak orang yg nyari ini" Ucap Roy.
"Iya, tapi saya ga bisa memasarkannya",
" Biar saya pasarkan" ucap Roy...
Modal Roy memang supel dan mudah bergaul. Tentu ia bisa memasarkannya di berbagai tempat agar lebih bisa dihargai mahal kacang milik pak ustad ini.
Selama diperjalanan pulang dari kebun pak ustad banyak cerita tentang keadaan lingkungan pesantren dan kampung ini. Ia juga berterima kasih ke Roy karena berencana untuk membantunya.
Sesampainya dirumah, Roy menceritakan tentang ide - idenya agar bisnis kacang ini bisa menghasilkan untung yg lebih besar. Sehingga pak ustad bisa membayar hutang sewanya dan menghasilkan ekonomi yg lebih besar untuk keseharian pak ustad dan ustazah.
Ustazah ayni yg melihatnya kagum dengan ide idenya, ide Roy yg bisa mengeluarkan keterpurukan ekonomi selama ini.
Sekarang, Setiap pagi sebelum mengikuti kegiatan pesantren, Roy pergi keluar meloby warung2 kuliner itu. Ia membawa contoh kacangnya dan menunjukkan bahwa kacang tanah milik pak ustad itu adalah jenis yg bagus, tidak kopong tidak pula cacat. Dari warung ke warung bahkan dari restorant ke restorant, Roy meyakinkan mereka bahwa dirinya distributor kacang terbaik hasil tanam sendiri.
Dan hasilnya tanpa diduga, banyak di antara warung2 itu yg menitipkan ketersediaan kacang tanah bagus itu kepadanya. Bahkan ada satu Restorant elit yg melihat kacang itu bagus hingga order begitu banyak. Roy memang cerdas melobby, sengaja ia miringkan harga kacang itu sedikit namun dengan menunjukkan kualitas yg baik dari jenisnya.
Akibatnya, seminggu dari hasil usaha melobby itu, sudah banyak order sampai ber bak bak mobil tuyul untuk dikirimkan ke mereka.
Pak ustad dan ustazah sangat senang mendengarnya. Ustazah bilang, bila pak ustad bisa memasarkan seperti Roy, mungkin sudah dari dulu ia bisa keluar dari keterpurukan.
Dua minggu kemudian Pak ustad bisa membayar sewa lahannya dan perekonomiannya membaik. perlahan mereka keluar dari keterpurukan.
Ustazah sedang duduk dikursi depan sambil melihat Roy, pria inilah yg BISA mengeluarkannya dari keterpurukan ekonomi yg padahal harus sdilakukan oleh suaminya, pria ini juga yg BISA mengangkat martabat dirinya sebagai seorang istri yg itu juga seharusnya dilakukan oleh suaminya. Namun sayang suaminya tak bisa, hanya pria ini yg bisa. Hari hari berikutnya ia semakin dekat dengan Roy
"Ternyata bener yah, kamu bisa ngelakuin yg ga bisa dilakuin pak ustad" Ucap ustazah ayni bangga menatap anak itu,
"Yang penting ustazah senang " Ucap Roy.
"Kamu udah bikin aku senang" ucap ustazah lagi tersenyum.
Lama kelamaan di Hari - hari berikutnya, Roy menjadi semakin dekat dengan ustazah, ia menjadi penguasa Rumah, Beban ekonomi yg seharusnya ditanggung suaminya, Roy yg menanggung. Roy juga yg mengendalikan rumah.
Ia menjadi Man Of The House.. Penguasa Rumah.. Karena semua tugas suaminya dia yg memegang.
Semua pekerjaan yg seharusnya dikerjakan suaminya di ambil alih oleh Roy. Dari mulai mengangkat martabat ustazah, sampai menjamin ekonomi yg baik. Bahkan semua pekerjaan rumah tak pernah bisa di kerjakan suaminya kini Roy yg mengerjakan. Dia seakan - akan yg mengusai rumah ini. pak ustad sudah tidak berani lagi menyuruh nyuruhnya.
Ustazah mulai melihat perubahan ini, melihat suaminya menghormati Roy, ia mulai sering berkeliling rumah tidak memakai jilbab bila dilihat Roy, ia menganggap Roy seperti... Master.
Disisi lain, Roy semakin nafsu melihat ustazah. Dia sering melihat ustazah membuka jilbab didepannya meski ada Suaminya dirumah, ia bukan hanya ingin menguasai Rumah.. Ia ingin menguasai ustazah.